Pada sebuah desa di Bali, hiduplah dua orang anak yang bernama Bawang dan Kesuna. Keduanya masih memiliki orang tua yang lengkap, ayahnya seorang petani dan ibunya menjaga kedua anaknya di rumah.
Pada suatu hari, Ibunya pergi ke pasar cukup lama, seperti biasa ayahnya menggarap sawah. Mereka membagi pekerjaan rumah untuk memasak nasi, dll.
Kesuana yang baik hati, meminta Bawang untuk menumbuk padi, karena dia mau mengerjakan yang lain.
“Maaf Kesuna, kamu yang menumbuk, nanti aku yang mengayak,” begitu ucapan Bawang.
Akhirnya Kesuna yang sering mengalah, diapun mulai menumbuk padi. Selepas itu, Kesuna kembali meminta Bawang menepati janjinya mengayak padi yang sudah menjadi beras, “Bawang, ini…”
Sebelum Kesuna berbicara, bawang memotong ucapannya itu, “Kesuna, kamu ayak saja, biar aku yang memasak”
Kesuna yang sabar terus diuji, dia pun mengayak. Setelah itu, Bawang masih terus beralasan lagi untuk menolak semua permintaan dari Kesuna, akhirnya merasa Bawang tidak ingin menolongnya, dia mengerjakan sendiri semua pekerjaan rumah itu.
Karena merasa kegerahan, Kesuna mandi ke sungai. Tidak lama dari itu, Ibunya datang dari Pasar, Bawang yang sifatnya pemalas dan si tukang fitnah, diapun segera berlari menuju dapur untuk mengotori semua tangan dan mukanya.
“Bawang, kamu mengerjakan ini semua sendiri?” tanya ibunya yang kaget melihat muka Bawang yang tampak kelelahan.
Bawang mengiyakan dan menjelaskan bahwa Kesuna tidak membantu apa-apa, dia juga si tukang fitnah kesuna.
Baca Juga: Kancil dan Anak Harimau
Merasa kesal dan marah, ketika Kesuna kembali dia dipukuli dan diusir oleh ibunya. Merasa bingung harus kemana, akhirnya dia berjalan tanpa arah dan sampailah di tengah hutan. Akhirnya Bawang dan Kesuna tidak tinggal bersama lagi dan itu yang diinginkan Bawang sejak lama.
Tiba-tiba dia mendengar ada burung crukcuk kuning yang terus berbunyi yang seperti memperhatikannya.
“Crukcuk kuning, patuklah ubun-ubunku dan bunuhlah aku,” ucap Kesuna sambil memohon.
Burung Crukcuk kuning menghampiri dan segera mematuk ubun-ubun Kesuna, betapa kagetnya dia bahwa bukan sakit yang dirasakan justru malah rangkaian bunga emas yang menempel di kepalanya seperti mahkota.
Tidak hanya ubun-ubun yang dipatuk, burung itu juga mematuk kupung, leher, tangan, dan kakinya. Semua yang dipatuk berubah menjadi perhiasan yang mewah.
Sumber : https://www.penuliscilik.com/cerita-rakyat-pendek-dari-bali-bawang-dan-kusuna/
 
            Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
 
                     
            aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
 
                     
            Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang
