Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
cerita rakyat Sumatera Utara Sumatera Utara
Cerita Rakyat Asal Mula Nama Simalungun dari Sumatera Utara
- 5 Januari 2019
Zaman dahulu kala di Sumatera Utara terdapat sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Tanah Djawo yang terletak di wilayah kampung Nagur.

Suku batak yang bermarga Sinaga yang memimpin kerajaan Tanah Djawo ini selalu berlaku adil dan bijaksana dalam memerintah kerajaannya.

Disamping Raja adil dan sangat mencintai rakyatnya, Raja juga didampingi beberapa hulubalang pilihan yang gagah dan selalu siap sedia untuk mempertahankan tanah kelahiran tercintanya.

Dengan demikian kerajaan Tanah Djawo menjadi negeri yang aman sentosa dan rakyatnya hidup dengan penuh ketenangan dan kesenangan hidup.

Tersebut pula di luar daerah Nagur masih ada dua kerajaan yang hidup dalam kedamaian, yaitu kerajaan Silou yang bermarga Purba Tambak dan yang terakhir adalah kerajaan Raya marga Saragih Garingging, itulah nama-nama kerajaan yang bertetangga dekat, jaraknya sangat dekat dengan kerajaan Tanah Djawo.

Dan masing-masing kedua kerajaan tersebut selalu menjalin hubungan persaudaraan dengan kerajaan Tanah Djawo.

Mereka hidup damai berdampingan dalam kerja sama antar negeri mereka masing-masing terus terjalin dengan harmonis juga baik.

Kerajaan kecil yang subur makmur ini sangat menarik musuh dari luar untuk menguasai dan ingin pula merebut kekayaan yang dimiliki kerajaan serta menjajahnya.

Dan betul saja tersiar kabar bahwa kerajaan Majapahit akan datang menyerang kerajaan Tanah Djawo, dengan demikian sang Raja dengan cepat meminta bala bantuan pasukan kerajaan negeri tetangga untuk bersiap-siap menghalau datangnya serangan mendadak dari pihak luar.

Tentu saja kerajaan Silou Dan kerajaan Raya siap membantu kerajaan Tanah Djawo tersebut sebagai rasa persaudaraan dan kekerabatan yang terjalin erat.


Maka bersatu tiga kerajaan negeri kecil ini untuk menghadapi serangan dari luar yang akan terjadi kapan saja, dan benar saja ketika pasukan kerajaan Majapahit datang menyerangpun mereka semua dapat mengusirnya dari daerah wilayah Nagur.

Begitupun ketika kerajaan Silou diserang pasukan kerajaan dari Aceh, mereka bersatu dan kerajaan acehpun dihalau dan diusir dari kerajaan Silou.

Namun kemenangan demi kemenangan yang mereka raih dapat pula diporak porandakan ketika keadaan yang secara mendadak datang, musuh menyerang dan musuh yang menyerang secara mendadak ini memakai pola acak dalam berperang menggempur kerajaan kecil ini.

Yang pertama mereka serang kerajaan Tanah Djawo yang ketika itu belum siap karena serangan mendadak dan kebetulan musuh telah membaca setrategi kekuatan yang bersatu.

Serangan ribuan pasukan telah menghancurkan kerajaan, semua rakyat dibuat menderita pergi entah kemana membawa diri bersama anak istri tercintanya menyelamatkan diri.

Serangan berikutnya terhadap kerajaan Silou sama setrategi yang mereka terapkan dalam menggempur kerajaan Tanah Djawo, negeri kecil inipun dapat ditaklukan dengan segera, seluruh rakyat menjadi tumbal dalam peperangan yang terjadi dan sebagian dari mereka hidup menderita sekali.
Dan yang terakhir adalah kerajaan Raya yang tidak luput dari serangan yang membabi buta dari pasukan yang tidak dikenal ini, demikian pula rakyat dan seluruh pemimpin negeri lari tungang langang menyelamatkan diri, masing-masing mengungsi ketanah yang lebih aman dari mata musuh yang menjajah negeri tercinta.

Musuh yang mengejar dengan ganasnya selalu membuat semua rakyat yang mengungsi dalam ketakutan dan kesengsaraan hidupnya.

Berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain ketika musuh mencium tempat mereka mengungsi, banyak sudah yang mati kelaparan dan sakit dalam pelarian tersebut, inilah korban dari kekejaman zaman perang.

Dan dalam pengungsian itu, satu kelompok orang-orang dari negeri Nagur menemukan tanah subur serta jauh dari jangkauan musuh.

Tanah ini bernama Sahili Misir yang sekarang dikenal dengan nama Pulau Samosir, Pulau yang terletak di tengah-tengah sebuah danau yang sangat terkenal yaitu Danau Toba kini.

Lama kelamaan kelompok orang-orang dari daerah Nagur yang tinggal di tanah Sahili Milir yang subur tersebut menjadi tempat menetap yang sangat ideal bagi mereka.

Dan dikehidupan tanah baru ini pun, mereka atur dan metata sedemikian rumah dengan dibangunnya tempat tinggal yang layak serta dibukanya hutan untuk dijadikan lahan pertanian yang baik.

Sampai hidup merekapun menjadi merasa kerasan dan betah tinggal di daerah tersebut bertahun-tahun kemudian sampai mempunyai anak cucu yang terlahir dari anak-anak istri mereka.

Jadilah tanah baru ini sebuah perkampungan kecil dengan penduduknya yang setiap tahunnya bertambah saja, dengan faktor alam yang bagus, cocok untuk sebuah perkampungan yang subur makmur.

Namun kecintaan terhadap kampung halaman yang telah melahirkan mereka tetap saja menjadi kerinduan yang mereka rasakan pada saat tertentu.

Dan dalam suatu pertemuan yang membahas tentang hal apa yang perlu mereka bangun untuk kemajuan kampung kecil mereka tercinta, maka tercetuslah pembicaraan dari seseorang diantara mereka yang rindu terhadap kampung halamannya sendiri.

"Apakah diantara kalian ada yang rindu terhadap kampung kita di Nagur?" sesepuh dari tetua kampung angkat bicara dan bertanya kepada peserta musyawarah.

Semua orang yang hadir ditempat itu pastilah rindu terhadap kampung halaman sendiri, namun kebanyakkan dari mereka sudah kerasan tinggal di tanah Sahili Milir tersebut.

"Mengapa banyak dari bapak-bapak yang hadir disini tidak mau ikut pulang ke tanah Nagur, tentunya bapak-bapak rindu terhadap kampung halaman sendiri?" Sang tetua atau sesepuh bertanya kepada semua orang yang hadir di tempat tersebut.

"Kami sekeluarga bukan tidak ingin ikut, namun kami atas nama keluarga mohon maaf sekali karena sudah betah hidup dengan nyaman di tempat ini!"

"Betul Tuan tetua yang kami hormati, kalau masalah rindu kampung halaman jangan ditanya lagi kami semua sangat rindu dan ingin kembali, namun pastinya kami harus memulai lagi hidup dari awal," keluarga yang lain yang tidak ikut pulang kampungpun menjawab.

"Yang penting bagi keluarga kami adalah tidak kurang sandang dan pangan serta hidup nyaman serta segala kebutuhan terpenuhi sudah cukup tuan Tetua yang terhormat!" seru peserta musyawarah lain yang hadir di tempat itu.

"Baiklah untuk semua yang hadir di sini, saya sangat mengerti sekali keinginan dari kalian, dan untuk yang ikut pulang kampung saya mohon untuk segera mempersiapkan diri dari sekarang," Sang Tetua sesepuh yang memimpin rapat memutuskan rapat ditutup dan mereka semua boleh pulang ke rumah masing-masing.

Dan keesokkan harinya bagi yang ikut pulang kampung telah siap dengan segala perbekalan dan persiapan yang akan dibawa dalam perjalanan yang cukup jauh menuju kampung Nagur.

Dari hari ke hari mereka berjalan dengan semangat sekali dengan angan-angan telah sampai di rumah yang dulu mereka tempati sebelum penjajah datang menguasai negeri tercinta ini.

Akhirnya tiba juga rombongan ini di kampung halaman yang kini sangat berbeda sekali, rumah-rumah yang dulu berdiri kini tinggal puing-puing kayu saja yang tertinggal.

Hati orang-orang ini sangat sedih sekali melihat semua itu, bahkan ada sebagian yang menangis tersedu-sedu mengapa tidak, bayangan angan-angan yang tadinya telah sampai lebih dahulu di kampung halaman adalah angan-angan indah tetapi apa yang terjadi kini.

Sambil menangis orang-orang tersebut berkata-kata dengan histeris, "sima-sima nalungun," mereka semua berkata hampir serentak.

Dan kampung Nagur yang sunyi itupun berubah nama menjadi Sima-Sima Nalungun atau daerah yang sunyi dan sepi tidak ada seorang keluargapun kala itu yang tinggal di sana.

Akhirnya nama kampung itupun lama kelamaan berubah menjadi Simalungun, dan nama Simalungun dipakai juga untuk nama sebuah Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

Itulah sekilas tentang asal muasal kata atau nama Simalungun yang terkenal sampai sekarang.

Cermin kehidupan manusia yang hidup di alam nyata ini adalah dinamika yang harus dijalani apapun adanya, berjuanglah semampu yang kalian bisa.

Namun saling membantu dalam segala hal yang positif akan menghasilkan hal yang lebih baik lagi atau persatuan yang erat dan kuat akan menjadi kekuatan yang susah dikalahkan.
 
Sumber : https://nusantaralogin.blogspot.com/2018/02/cerita-rakyat-sumatera-utara-asal-mula_12.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline