×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Lampung

Cerita Muli Pilihan (Gadis Pilihan)

Tanggal 27 Dec 2018 oleh Admin Budaya .

Tersebutlah cerita ada seorang gadis mempunyai seorang kekasih pemuda tampan, mereka saling mencintai dan bermaksud akan segera melangsungkan pernikahan. Mereka merasa susah karena ibu si pemuda tidak menyetujui anaknya mengambil gadis itu menjadi istri. Berulang-ulang si pemuda mengajukan permohonan dan restu dari ibunya, namun ibunya tetap tidak menyetujuinya. Akhirnya si pemuda mengambil keputusan tetap mengambil gadis itu untuk  menjadi istrinya walaupun ibunya tetap membenci gadis itu.

Mereka tetap tinggal satu rumah, ibunya sangat memusuhi menantunya. Sang menantu sangat sabar, dia tetap patuh kepada mertuanya, segala suruhan dan larangan dikerjakannya dan dijauhinya. Untunglah disamping ibu mertua yang membencinya, suaminya sangat menyayanginya dan adik perempuan suaminya merasa kasihan  kepada kakak iparnya itu. Kalau si ibu sedang memarahi menantunya, anak perempuannya itu sering menyadarkan ibunya dan berkata, "Kasihan kakak bu, jangan selalu dimarahi."  "Diam kamu, ku belah kepalamu dengan pedang ini." Jawab ibunya. Mendengar itu, anak gadisnya tidak berani lagi melarang ibunya kalau sedang memarahi kakak iparnya. 

Ketika ibunya pulang dari kebun, segera disambut menantunya tetapi begitu ia dekat, mertuanya menumpahkan semua isi bakulnya yang berisi terung dan menyuruh si menantu memungut terung-terung itu. "Pungutlah terung-terung itu, jangan mau makan saja. Bekerja dulu sebelum makan," kata ibunya. Si menantu memungut terung-terung itu dengan sabar, walaupun hatinya sangat sedih memikirkan nasibnya yang malang. Baru saja selesai memungut terung-terung itu, ia disuruh membuat minyak kelapa, setelah menjadi minyak, ditumpahkan mertuanya minyak itu dan disuruhnya dia mengambil minyak itu kembali. Pekerjaan yang mustahil, memungut minyak yang tumpah ke tanah.

Pada suatu hari suaminya jatuh sakit, sudah dicoba mengobatinya dengan obat yang biasa dipakai di kampung, tetapi tidak berhasil. Kesempatan bagi si mertua untuk menyuruh menantunya mencarikan obat bagi suaminya. "Kalau kamu tidak mau suamimu meninggal, pergilah kamu mencari obat untuknya, yaitu hati binatang buas yang sedang mempunyai anak.

Pergilah si menantu mencari obat itu, masuk hutan keluar hutan sampai berhari-hari belum juga ditemuinya. Suatu hari kebetulan ada orang berburu dan mendapat binatang buruan dimintanyalah hati binatang itu dan diceritakannya untuk obat suaminya yang sedang sakit payah. Dengan senang hati, diberikan orang itu hati yang dimintanya, lalu pulanglah si menantu dengan tergesa-gesa karena khawatir akan keadaan suaminya dan takut kena marah mertuanya. Sesampainya di rumah, pintu rumahnya dikunci, dia lalu bernyanyi! Ibu ini aku ibu, membawa obat untuk anakmu. Hati musang yang sedang beranak" Tiga kali ia menyanyi demikian, baru dibukakan pintu untuknya. Dimasaklah hati musang itu dan langsung diberikan kepada si sakit. Karena belum sembuh, besoknya dia disuruh lagi mencari hati babi.

Pergilah dia masuk hutan kembali. Kebetulan ada pula orang yang berburu babi. Diceritakannyalah, kepada pemburu itu bahwa ia memerlukan hati babi itu untuk obat suaminya yang sedang sakit.

Diberikan orang itu hati babi yang baru didapat, dan langsung dibawa pulang oleh si menantu yang malang itu. Sesampai di rumah diberikannya hati babi itu kepada ibu mertuanya yang langsung memberikannya kepada si sakit. Setelah memakan obat itu, mulai berangsur sembuh sakitnya tetapi belum kuat bangun.

Ibunya kembali menyuruh si menantu pergi mencari obat yang sangat aneh, kali ini ia disuruh mencari Tiung pandai bebandung, selasih pandai ngulih, sekhai pandai ngalahai, kemangi pandai nyanyi (Terung yang pandai berpantun, selasih yang pandai bertanya, serta yang pandai tertawa dan kemangi yang pandai bernyanyi).

Rupanya ibu mertuanya sudah bermaksud jahat kepadanya, tujuannya adalah agar si menantu ini pergi dari rumah atau mati diterkam binatang buas. Si menantu pun menyadari ini, tetapi ia tetap setia kepada suaminya, dan merasa kasihan sebab semuanya sangat sayang kepadanya.   

Pergilah dia kembali masuk hutan keluar hutan, tidak ditemuinya benda yang dicarinya itu, lalu dia sampai ke pinggir laut. Dia bermaksud pergi ke seberang, siapa tahu ada di sana yang dicarinya. Dibentengkannya selendangnya di air, dan jadilah perahu yang membawanya mengikuti arus air laut itu. Akhirnya sampailah ia ke seberang, lalu naiklah dia ke pantai. Di sana ditemuinya seorang gadis yang wajahnya serta tubuhnya mirip dengan dia.

Gadis itu bertanya, "Apakah maksud kedatanganmu, maka sampai menyeberangi laut yang luas itu? Dijawab oleh si menantu bahwa ia sedang mencari obat yang disuruhkan mertuanya kepadanya. Diceritakannyalah obat yang aneh itu dan dijawab oleh gadis itu. "Kebetulan yang kakak cari ada dalam kebun kami. Marilah ke rumah dulu."

Pergilah mereka berdua ke rumah gadis itu. Sampai dirumah dipersilakannya masuk dan duduk di dalam. Duduklah si menantu tadi dan si gadis pergi mengambil tikar. Sesudah itu ia kembali dan berkata kepada temannya, "Saya mempunyai abang biarlah abang makan dulu, engkau tinggal di sini dulu, ya? "Ya, bolehlah", jawab si menantu.

Setelah selesai menghidangkan makanan, gadis itu mempersilakan abangnya makan. Dia lalu pergi ke belakang rumah, sedangkan si menantu itu tetap duduk di ruang makan seolah-olah menunggu abang yang sedang makan. Si abang tidak menyangka itu orang lain, dikiranya adiknya, karena rupa mereka sama. Sehabis makan, ditanya oleh adiknya, siapa yang menemaninya makan tadi." Jawab abangnya, "Mana aku tahu, kukira engkau tadi", "Bukan", jawab adiknya, "Itu orang datang dari seberang mau mencari obat untuk suaminya yang sedang sakit. Kebetulan obat itu ada di kebun kita."

Si abang merasa tertarik kepada tamunya dan berkata kepada adiknya, "Mungkin dia bakal jodohku, tetapi dia sudah bersuami. Bagaimana caranya agar dia mau denganku? Mereka mencari akal, bagaimana caranya agar tamu mereka itu mau kembali lagi setelah ia mengantarkan obat untuk suaminya. Dikebun mereka selain obat yang dicari, juga ada Belalang Rusa semuanya tujuh ekor.

Sebelum tamu itu pulang, si Abang berkata, "Bawalah belalang ini bersama obat-obatan itu, dan ini menjadi utusan. Begitu engkau sampai di sana, lepaskanlah belalang ini seekor. Andainya belalang ini tidak pulang berarti engkau tidak mau datang lagi kesini, andainya dia datang berarti engkau mau datang lagi.

Jadi engkau meminta tujuh kali buka pintu, kemudian kembalilah kemari." Si menantu itu mengiakan saja apa yang diucapkan orang itu. Dalam hatinya ia sudah tahu bahwa orang itu menyenanginya dan rupanya dia juga sudah mulai menyenangi orang itu. Segeralah dia berangkat pulang setelah semuanya disiapkan.

Sesampainya dirumahnya, dia minta dibukakan pintu tetapi tidak dibuka oleh mertuanya. Mertuanya menyangka dia sudah mati, jadi begitu mendengar suaranya pulang dengan selamat, si mertua menjadi jengkel dan marah. Dia tidak membolehkan menantunya masuk. Si menantu lalu melepaskan belalang seekor.
Kedua kalinya si menantu memohon dibukakan pintu, namun tidak pula dibuka, maka dilepaskannya kembali belalang seekor lagi. Ketiga kali demikian pula, akhirnya sampai tujuh kali ia minta dibukakan pintu, tidak juga dibuka, maka dilepaskannya belalang yang ketujuh kemudian dia menyepakkan pintu dan terbukalah pintunya.

Obat untuk suaminya langsung diberikan dan suaminya langsung sembuh. Dia dan suaminya sangat gembira, tetapi mertunya kembali membencinya dan selalu memarahinya. Akhirnya si menantu tidak tahan lagi dan dia bermaksud akan pergi saja, walaupun ia sangat berat meninggalkan suami dan adik iparnya yang menyayanginya. Diutarakannya maksudnya akan pergi itu, kepada adik dan suaminya. Dia berpesan kepada adiknya, "Adik, engkau adikku, pesanku padamu Dik, dipematang jangan mengumpat-umpat, dilesung jangan menggunjing. Seperti saya pun jadilah engkau." Setelah itu pergilah dia menyeberangi lautan dengan selendangnya sebagai perahu.

Suami dan adik iparnya sangat bersedih ditinggalkan oleh istrinya itu. Si suami memanggil-manggil. "Istriku, istriku" sambil berlari-lari mengejar istrinya, lama kelamaan dia berubah menjadi burung sambil terbang kian kemari berteriak-teriak, "Istriku, istriku!". Demikian pula adiknya berteriak, "Kakak-kakak" Dan akhirnya dia menjadi burung gagak.

Si menantu yang pergi tadi sudah sampai ke tempat dia meminta obat dulu, dia disambut dengan gembira. Orang-orang memang sudah bersiap-siap untuk merayakan perkawinannya dengan pemuda yang ternyata adalah putera raja. Setelah selesai semua, dirayakanlah perkawinan putera raja yang kaya itu dengan perempuan yang sangat menderita tadi. Tentu saja mereka sama-sama berbahagia.

 

 

Sumber : Cerita Rakyat (Mite dan Legende) Daerah Lampung, Depdikbud

DISKUSI


TERBARU


Mpa'a Oro Gata

Oleh Aji_permana | 29 Dec 2024.
Tradisi

Mpa'a Oro Gata adalah salah satu permainan tradisional dari Bima, Nusa Tenggara Barat, yang diwariskan dari generasi ke generasi. Secara harfiah, ist...

Mpaa Kabanca (T...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Kabanca adalah tradisi unik di Bima yang melibatkan atraksi di atas kuda. Dalam tradisi ini, peserta saling mengejek dan memperlihatkan kemampua...

Mpaa Buja Kanda...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Buja Kandanda memiliki kesamaan dengan Mpaa Soka yang juga merupakan salah satu seni tarian dalam tradisi Bima, yaitu sama-sama menggunakan tomb...

Mpaa Soka (Sala...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Soka adalah tarian tradisional yang bertujuan untuk menyambut tamu penting sebagai bentuk penghormatan, sambil sesekali memperlihat ketangkasan...

Mpaa Manca (Tar...

Oleh Aji_permana | 28 Dec 2024.
Tradisi

Mpaa Manca merupakan salah satu tarian tradisional yang memadukan gerakan dinamis dan seni bela diri berpedang. Sehingga tarian ini dikenal juga seba...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...