×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Kalimantan Tengah

Asal Daerah

Kalimantan Tengah

Cerita Lauk En (Ikan Apa)

Tanggal 27 Dec 2018 oleh Admin Budaya .

Dahulu kala orang tinggal dibentang. Di zaman itu boleh dikatakan tak ada rumah yang bentuknya seperti rumah sekarang. Betang itu rumah panjang dan besar. Beratus-ratus orang ditampung di dalamnya. Dalam sebuah kampung biasanya terdapat beberapa buah betang. Kalau banyak pemuda-pemudi kawin atau berkeluarga, dan betang yang sudah tidak mampu lagi menampung mereka, maka dibangunlah betang yang baru.

Pada suatu tempat di Kapuas, dahulu kala ada sebuah kampung. Betang di kampung itu tidak cukup menampung pemuda-pemudi yang baru berumah tangga. Karena itu penduduk mufakat untuk bergotong royong membangun betang yang baru bagi mereka.

Pada hari yang sudah ditentukan, orang banyak bergegas-gegas keluar dari betangnya membawa perkakas masing-masing, menolong menggali tanah tempat mendirikan tiang betang yang baru dibangun.

Demikianlah mereka mulai menggali, menggunakan linggis memakai dayung dan ada yang menggunakan mandau, pendeknya mereka menggunakan bermacam-macam perkakas.

Mereka bekerja sepenuh hati dan tenaga. Keringat bercucuran membasahi muka dan badan. Di mana-mana mereka ada melaksanakan tugas. Mereka yang tidak menggali, menolong mengangkat tanah, sebagian lagi menimba air yang mengalir dari dalam lubang, jangan sampai mereka terendam.

Yell, yell teriakan untuk membangkitkan semangat mereka yang sedang bekerja dan melupakan kelelahan, terdengar dari sana-sini. Pekerjaan itu sungguh berat, tetapi mereka kerjakan dengan tertawa gembira. Sorak sorai mereka ramai sekali.

Mereka yang tidak menolong menggali, pulang pergi berjalan mengangkat tiang kayu besi untuk membangun betang itu. Yell, yell untuk menimbulkan semangat sering mereka teriakkan.

Dengan demikian, walaupun matahari sudah berada di atas kepala mereka masih saja bekerja.

Tiba-tiba terdengar suara ribut. Mereka berhenti seketika mencari sebab-musebab keributan itu.
"Ada apa?" tanya yang satu kepada yang lain.
"Ikan apa?" bertanya lagi mereka yang ada di sekitar itu.

"Mari kami bantu," kata mereka.
Lalu orang banyak berdiri mendatangi dan menolong mereka mengangkat benda itu ke atas tanah. Barang itu bukan main besarnya. Beberapa orang mengangkatnya, baru bisa terangkat. Benda itu lemah dan lembut serta tidak bersisik. Rupanya seperti ikan, tetapi bukan ikan. Dikatakan binatang, tidak juga, sebab mahkluk itu tak berkaki.
"Apakah itu?" tanya mereka.
"Binatang bukan."
"Burung tidak juga. Tempatnya dalam tanah, lagi pula berair."
"Cacing bukan, karena sangat besar, lagi pula bertengkorak"
"Tidak, makhluk itu pastilah ikan"
"Apakah itu?"
"Ikan."
"Ikan apa?"
"Entahlah."
Demikianlah selalu jawaban yang diperoleh, kalau ada yang bertanya mengenai mahluk itu. Jawaban yang serba kabur semua. Untuk menyelesaikan persoalan itu, mereka bermufakat menamai ikan itu Lauk En (Ikan apa)

Menurut adat kebiasaan orang pada zaman dahulu, hasil perolehannya langsung dipotong-potong, dibagikan untuk seluruh penduduk kampung itu.

Mereka yang berkeluarga besar mendapat bagian lebih banyak dari mereka yang berkeluarga kecil. Sedangkan untuk mereka yang bekerja, ikan itu dimasak dan dihidangkan kepada mereka. Demikian seluruh penduduk kampung beserta pola makan Lauk En itu.

Dari sekian banyak orang yang telah menikmati ikan itu, hanya dua orang pemuda yang belum, disebabkan karena ada pekerjaannnya mereka terpaksa meninggalkan kampung tengah hari itu juga. Namun ketika mereka hendak ke ladang, mereka juga diberikan beberapa potong Lauk En.

Pada malam hari mereka berdua terbangun sebab mendengar suara gemuruh dan menderu datangnya dari arah kampung mereka. Salah seorang dari antara mereka membuka pintu pondoknya untuk benar-benar dapat memastikan apakah suara itu datang dari arah kampungnya atau tidak. Sudah dapat dipisahkan bahwa suara itu dari kampungnya. "Apakah yang terjadi disana? "tanya adiknya keheranan.

"Entahlah." Tetapi yang pasti suara itu dari arah kampung. "Wah." kata adiknya?" Mengapa daging ikan yang digantung ini cir-car gemerlapan?". "Lihat, rupanya pun bergerak-gerak, sampai tiang para-para itu tergoyang olehnya."

Rupanya keduanya belum sempat memasak ikan tadi dan sebab keduanya bermalam diladang, ikan itu sengaja belum dimasaknya hari itu untuk dimakan mereka besok.

"Nah, bahaya?" kata kakaknya. "Tentu ada sesuatu yang tidak beres terjadi di sana" "Mari kita pergi melihatnya."

"Mari." sahut adiknya.

Ketika mereka berdua sedang bersiap untuk berangkat, tiba-tiba daging ikan itu tadi terbang menuju kampung. Mereka berdua terkejut sekali karena hal yang menakutkan itu.

Walaupun  demikian, mereka berdua pun berangkatlah kesana. Apakah yang terlihat? Ke hulu, ke hilir mereka melihat manusia terbang sambil berteriak-teriak dan saling menggigit sama sendiri dan waktu telah hampir siang, mereka telah berhenti melakukannya.

Menyaksikan hal itu, mereka lalu tidak berani mendekati kampung dan melarikan diri ke kampung lain. Menurut ceritanya mereka yang telah makan Lauk En itu menjadi nenek moyang orang hantuen.

 

 

sumber:

  1. Alkisah Rakyat (http://alkisahrakyat.blogspot.com/2015/11/cerita-lauk-en-ikan-apa.html)

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...