Cerita kepahlawanan Raden Panji Pulang Jiwo dalam mengusir pasukan Mataram Islam yang coba menguasai kembali Kadipaten Malang ternyata menjadi asal usul Kepanjen (versi Mataram Islam), yang saat ini menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Malang. Hal itu disebutkan dalam legenda lokal “Babad Malang” dan kitab “Babad Tanah Jawi Pesisiran”.
Seperti yang dikisahkan para sesepuh dalam “Babad Kota Kepanjen”, daerah yang berada di wilayah Malang selatan itu berada di bawah pemerintahan Kadipaten Malang. Waktu itu, daerah Malang masih menjadi satu belum terbagi menjadi Kota dan Kabupaten, dan berada dalam kekuasaan Kesultanan Mataram Islam. Pusat Pemerintahannya diperkirakan berada di Pakishardjo, kemungkinan berada di timur pasar Desa Pakisaji.
Kadipaten Malang yang kala itu dipimpin oleh seorang Adipati yang memiliki putri cantik jelita bernama Roro Proboretno yang dikenal memiliki kesaktian. Raden Panji Pulang Jiwo memperistri Proboretno melalui sebuah sayembara Adipati Malang yang mengatakan barang siapa yang bisa mengalahkan kesaktian Proboretno akan dinikahkan dengan putrinya tersebut. Singkat cerita, Raden Panji Pulang Jiwo yang awalnya seorang Adipati Sumenep, Madura, menjadi pemenangnya.
Dalam kitab Babad Tanah Jawi Pesisiran dijelaskan bahwa Adipati Malang dan seluruh adipati di daerah Jawa Timur menolak tunduk kepada Kesultanan Mataram Islam. Mereka tidak mau mengirim upeti. Karena Adipati Malang dianggap melakukan tindakan makar atau pemberontakan, maka Sultan Mataram memerintahkannya untuk menghadap. Alih-alih memenuhi panggilan, Adipati Malang tidak menghiraukannya. Akhirnya, dikirimlah pasukan Mataram yang dipimpin oleh Joko Bodho.
Pasukan Malang yang dipimpin Raden Panji dan Proboretno pun menyambut kedatangan pasukan Mataram di wilayah selatan. Pada akhirnya, terjadilah perang besar di sana. Perang tanding antara Proboretno dengan Joko Bodho tak terelakkan, sementara Raden Panji Pulang Jiwa menghadapi pasukan Mataram. Melalui pertempuran sengit, Joko Bodho akhirnya berhasil menancapkan keris ke tubuh Proboretno. Sempat diselamatkan, tapi akhirnya Proboretno meninggal dalam perjalanan menuju Kadipaten, dan dimakamkan dengan cara Islam di sebuah lahan yang saat ini berada di belakang kantor Diknas Kabupaten Malang di Wilayah Desa Penarukan.
Betapa marahnya Raden Panji ketika mengetahui istri tercintanya meninggal setelah dibunuh pimpinan pasukan Mataram. Tanpa pikir panjang, maka dikejarlah pasukan musuh, dengan menunggang kuda Sosro Bahu miliknya. Kala itu banyak pasukan Mataram yang terbunuh, dan sisanya mencoba bersembunyi di daerah hutan rimba yang kini bernama Desa Ngebruk, yang kemudian hari mendirikan dusun bernama Mataraman.
Keberadaan sisa pasukan Mataram yang bersembunyi akhirnya bisa diketahui Raden Panji melalui mata-mata. Maka, perang tanding antara Raden Panji melawan Joko Bodo pun terjadi. Karena kesaktian kerisnya sudah hilang akibat dipakai menusuk seorang perempuan (Proboretno), maka dengan mudah Joko Bodo mampu diatasi oleh Raden Panji.
Mengetahui kekalahan pasukannya akibat kesaktian Raden Panji, maka Sultan Mataram mengirim pasukan dengan jumlah yang lebih besar. Pasukan ini tidak langsung menyerbu Kadipaten Malang, melainkan menuju ke suatu tempat untuk mengatur strategi menghadapi kesaktian Raden Panji.
Sementara itu, sepeninggal Proboretno, Raden Panji mendapat guncangan jiwa yang berat, karena merasa berdosa tidak sanggup melindungi istrinya yang seharusnya tinggal di Kadipaten, bukan ikut berperang melawan Mataram.
Setelah berpikir keras, akhirnya perwira-perwira pasukan Mataram menemukan strategi jitu untuk melumpuhkan Raden Panji. Mereka membuat panggung yang di atasnya terdapat seorang putri Mataram yang wajahnya memang mirip dengan Putri Proboretno. Di depan tangga untuk naik ke pangung diberi jebakan sumur yang dalam.
Pada suatu ketika, diundanglah Raden Panji untuk bertemu si Putri Proboretno palsu. Dengan diiringi tembang Asmorodono, Raden Panji yang merasa kegalauannya sedikit terobati dengan hadirnya Proboretno palsu, maka mendekatlah ia ke panggung. Saat hendak naik ke tangga, Raden Panji terkejut dan langsung terperosok ke dalam lubang sumur. Puluhan prajurit Mataram pun datang menghampiri mulut sumur itu untuk membunuh Raden Panji. Jenazah Raden Panji pun dimakamkan di dearah yang saat itu diberi nama Kepanjian atau Panjen sebagai simbol perlawanan dari Kadipaten Malang kepada Mataram.
Sumber: https://ngalam.co/2016/05/09/cerita-kepahlawanan-panji-pulang-jiwo-asal-usul-kepanjen/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja