Pada jaman dahulu kala, di Sabu hiduplah 3 (tiga) orang bersaudara. Yang sulung adalah seorang wanita bernama Hana lele, Dua orang lainnya adalah laki-laki, masing-masing bernama Hipa Lele dan Hungu Lele. Hidp mereka sangat miskin karena orang tua mereka meinggal sejak mereka masih kecil. Pekerjaan mereka sehari-hari ialah meramu ke laut, untuk mencari hasil laut berupa ikan, keang-kerangan, dan sayur-sayur laut.
Mereka pergi ke laut pada saat air laut surut aik pada siang maupun pada malam hari. Jika mereka ke laut pada malam hari maka mereka harus membawa suluh. Usaha mereka kadang-kadang memberikan hasil baik, kadang-kadang tidak.
Pada suatu hari Hana Lele dan kedua saudaranya pergi ke laut. Mereka membawa serta kenaha ( alat penangkap ikan). Hana Lele ditugaskan memasang dan mengangkat kenaha, sedangkan Hipa Lele dan Hungu Lele bertugas mengangkat batu-batu yang diduga menjadi tempat persembunyian ikan. Berjam-jam lamanya pekerjaan itu dilakukan namun sia-sialah hasilnya. Hal ini menyebabkan mereka mengeluh. Kesabaran dan ketabahan mereka kian mengendur, terutama Hipa Lele dan Hungu Lele. Dalam keadaan yang demikian, Hana Lele mencoba menenangkan emosi kedua saudarana. Ia memberikan dorongan dan harapan kepada kedua saudaranya serta mengajak mereka untuk menghampiri sebuah batu lain yang diduga menjadi tempat persembunyian ikan. "Di sini pasti ada ikan," kata Hana Lelel kepada kedua saudaranta.
"Jika benar seperti dugaanku dan bila kita dapat menangkapnya maka akan kuberikan kepadamu berdua untuk dimakan." Dugaan Hana Lele ternyata benar. Seekor ikan koro mata yang besar ditangkap di balik batu itu. Ikan itu dipindahkan ke dalam kelera ( sejenis tempat menampung ikan) oleh Hana Lele.
Tiba-tiba ikan koro mata yang berada di dalam kelera itu pun berkata demikian: "Hana Lele,lepaskanlah aku karena jika tidak demikian, maka aku akan membawa malapetaka bagimu." Permintaan itu tidak dihiraukan oleh Hana Lele karena ia beranggapan bahwa ikan tidak mungkin dapat berbicara seperti manusia. Lalu ikan itu dimatikannya. Hana Lele dan kedua saudaranya bergegas menuju ke darat. Setiba di darat ikan itu dikeluarkan dari kelera lalu dibersihkan dan kemudian dipanggang. Sementara Hana Lele menghidupkan api.
Tiba-tiba beberapa sisik ikan terlemar mengenai mata Hana Lele. Ia berusaha membersihkan matanya itu dengan menggosok-gosok matanya. Tetapi semakin digosok, emakin teras sakit. Kemudian dia berteriak-teriak meminta tolong. Teriakan Hana Lele makin lama makin menjadi.
Hipa Lele dan Hungu Lele sedih sekali menyaksikan keadaan kakaknya itu. Keduanya hilang akal, mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk menolong kakaknya itu. Keduanya pun menangis bersama kakaknya yang sedang berteriak keskitan. Kemudian Hana Lele menggali lubang di pasir dngan maksud untuk dapat memperoleh air bersih agar dapat merendam matanya.
Tidak lama kemudian Hana Lele berlutut sambil merendam matanya ke dalam lubang yang berisi air bersih itu. Ia merasa agak tertolong. Akan tetapi setiap kali ia mengangkat mata maka sakitnya kembali seperti sediakala. Karena itu ia tetap merendam matanya di dalam air. Sakit matanya makin lama makin baik namun sisik ikan yang melekat pada bola matanya tetap tidak terlepas.
Hana Lele kuatir jangan sampai matanya kebali sakit bila ia kembali ke rumah. Oleh karena itu, ia menyuruh kedua adiknya kembali kerumah dengan pesanan agar keduanya harus kembali lagi kepantai bersama keluarga untuk menemaninya dan membawa makanan baginya.
"Siapa yang harus menemani kakak di sini? Tidak takutkah kakak sendirian di sini?" tanya kedua adiknya itu. Dengan berat hati kedua saudaranya itu pun pulang ke rumah. Sementara itu Hana Lele tetap merendam matanya dengan harapan agar sakit dan sisik ikan itu dapat terlepas.
Semalam-malaman tetap merendam matanya sampai ia pun tertidur. Pada waktu tengah malam terdengarlah suara yang berkata demikian: "Hai Hana Lele yang ceroboh, terkutuklah engkau karena perbuatan yang tercela itu. Pada saat ini juga engkau menjadi penyu untuk selama-lamanya. isik ikan yang terdapat pada matamu itu akan tetap menempel sampai selama-lamanya untuk mengingatkan enkau akan pelanggaranmu sendiri. Engkau telah menyakiti hati Hana Lele berubah menjadi penyu. Ia ingin memohon ampun namun dewa laut Dohi Bala karena membunuh Karo Mata.
Tidak tahukah engkau bahwa ikan Karo Mata adalah ikan permainan anak-anak dewa laut yang tidak boleh dibunh?" Dalam sekejap mata Hana sudah terlambat.Dan dengan penuh penyesalan ia harus menerima kenyataan itu. Oleh sebab itu ia mulai mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan dan lingkungan sekitarnya.
Hari pun menjadi siang, dari jauh muncullah Hipa Lele dan Hungu Lele. Ketika mereka tiba mereka mendapat seekor penyu yang bersisik tebal di sekujur tubuhnya. Penyu itu berada dekat lubang tempat Hana Lele merendam matanya. Tiba-tiba penyu itu berkata kepada Hipa Lele dan Hungu Lele. Saya dikutuk oleh dewa laut.
Dohi Bola, karena saya menangkap dan membunuh ikan Koro Mata. Oleh karena itu saya harus menerima kenyataan ini. Saya tidak mungkin berubah kembali menjadi manusia. Oleh sebab itu kembalilah kamu ke rumah dan hiduplah seperti biasa." Hipa Lele dan Hungu Lele terkejut mendengar perkataan penyu ynag tidak lain adalah saudari mereka. Sang penyu melanjutkan perkataannya sambil berpesan kepada keduanya: "Mulai saat ini apabila kamu pergi mencari ikan, jangan sekali-kali menangkap ikan Koro Mata. Bila kamu ataun sesamamu nanti dapat menangkap penyu yang bersisik, maka janganlah makan dagingnya. Hendaklah kamu menghormatinya karena dia adalah keturunanku. Bila pesan saya ini dipatuhi maka kamu dan keturunanmu akan memperoleh berkat dan keselamatan dari dewa -dewa." Hipa Lele dan Hungu Lele menangis tersedu-sedu mendengarkan pesan saudarinya itu. Mereka mulai yakin bahwa penyu itu adalah saudari mereka yang telah dikutuk oleh dewa laut. Keduanya berjanji akan mematuhi pesanya dan akan menceriterakan hal ini kepada anak cucu mereka. Sementara itu sang penyu pun melompat ke dalam laut dan terus menghilang kedasar laut. Dengan air mata yang berlinang-linang keduanya pulang ke rumah. Mereka menceriterakan segala sesuatunya itu kepada seluruh keluarga mereka.
Seluruh keluarga merasa sedih karena peristiwa yang malang itu. Mulai saat itu mereka sekeluarga tidak lagi makan ikan Koro Mata serta menghormati penyu bersisik sebagai saudara mereka sendiri. Berkenaan dengan itu maka keturunan Hipa Lele dan Hungu Lele, dalam hal ini Udu Nahipa dipulau Sabu hingga saat ini tidak makan ikan Koro Mata dan sekaligus menghormati penyu bersisik sebagai saudara mereka.
sumber:
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...