×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Lampung

Cerita Bujang Gemalun

Tanggal 27 Dec 2018 oleh Admin Budaya .

Dahulu di Bengkulu ada sebuah kerajaan, rajanya bernama Kiyai Ratu Agung dan istrinya bernama Putri Dewi. Raja dan Ratu ini telah berpuluh-puluh tahun hidup berumah tangga, namun tidak mempunyai anak, jangankan mempunyai anak, hamil pun tidak. Melihat keadaan yang demikian, istri raja menjadi sedih. Kemudian raja memerintahkan untuk memanggil ahli nujum guna meramalkan nasib mereka. Apakah bisa diberkahi anak atau tidak.

Ahli nujum membuka-buka kitab nujumnya dan menurut ramalan yang ada dalam buku tersebut bahwa jika Raja dan Ratu ingin mempunyai anak, Raja harus pergi bertapa ke sebuah pulau, namanya pulau Sumedang. Di pulau itu ada sebatang kayu yang bernama Sumedang.

Kayu tersebut mempunyai lima lembar daun, tiga lembar berbentuk bulat, dan dua lembar berbentuk pipih. Bila lima lembar daun itu telah gugur baru Raja kembali ke rumah, tetapi bila kelima daun itu belum gugur berarti Raja belum bisa pulang. Kemudian Raja diantar oleh rakyatnya untuk bertapa dan sesampainya ditempat pertapaan, Raja di ditinggal sendiri. Ratu yang ditinggalkan oleh Raja merasa gelisah sebab takut Raja tidak pulang lagi.

Pada suatu malam, istri Raja bermimpi didatangi lima ekor burung tiga ekor bersuara dan dua ekor tidak bersuara. Mimpi itu dikatakan kepada tukang ramal, kemudian tukang ramal menyatakan bahwa sebentar lagi Ratu akan mempunyai anak, dan anak yang Ratu miliki adalah nanti adalah berjumlah lima orang, tiga orang anak laki-laki dan dua orang perempuan, Ratu merasa lega hatinya.

Tiga bulan lamanya Raja bertapa dan akhirnya jatuhlah 3 lembar daun yang kemudian disusul lagi oleh jatuhnya dua lembar daun Sumedang tersebut. Raja merasa puas karena hasratnya telah  tercapai. Sesampainya di rumah, segera dikabarkan pada ahli nujum tentang arti lima lembar daun Sumedang itu. Ahli nujum mengatakan bahwa raja akan diberkahi tiga orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan.

Mendengar berita itu Raja berbangga hati sebab berita ini mempunyai kesamaan dengan mimpi sang ratu Putri Dewi.

Setahun kemudian istri raja melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama "Bujang Gemalun". Setahun setelah kelahiran anak pertama, lahir pula anak kedua yang diberi nama "Raden Sulaiman." Setahun kemudian lahirlah anak yang ketiga dan diberi nama "Bujang Kecil". Sekarang Raja dan Ratu telah diberkahi anak tiga orang anak laki-laki semuanya, sebagai mana yang dikatakan ahli nujum tentang tiga lembar daun yang bulat dan tiga ekor burung yang bersuara seperti mimpi ratu Putri Dewi.

Setelah ketiga orang anak laki-laki itu lahir, maka setahun kemudian menyusul pula anak perempuan yang diberi nama Dayang Serada. Setahun kemudian menyusul pula anak perempuan yang diberi nama Dayang Seradi, maka kini lengkaplah anak Raja dan Ratu berjumlah lima orang sebagai mana yang telah diramalkan oleh ahli nujum itu. Maka diangkatlah ahli nujum itu menjadi penasehat raja, itu sebagai hadiah dan tanda terima kasih kepada ahli nujum.

Setelah anak mereka yang pertama yakni Bujang Gemalun dewasa ahli nujum memerintahkan agar anak ini bertapa selama tiga tahun untuk memperkuat kerajaan. Selama tiga tahun Bujang Gemalun bertapa, ia mendapat berita bahwa adiknya Dayang Serada akan diambil atau dikawini secara paksa oleh raja Malaka. Kebetulan pada waktu akan diambilnya Dayang Serada, Bujang Gemalun baru pulang dari pertapaannya, jadi ilmu yang dimilikinya masih hangat.

Terjadilah suatu kerusuhan dan awal dari permusuhan tersebut menurut sahibul hikayat dimulai dalam suatu permainan yakni permainan sepak raga. Bola yang dipakai terbuat dari besi 100 Kg beratnya. Permainan sepak raga dimulai, sepakan pertama dilakukan oleh rakyat Malaka sepanjang 5 hasta, kemudian disambut oleh Panglima sejauh 20 hasta. Disepak oleh Bujang Gemalun dan kini tidak kembali lagi. Melihat keadaan yang demikian. Panglima ketakutan dan sekaligus rencana untuk mengambil Putri Dayang Serada gagal. Kemudian mereka pulang kembali ke Kerajaan Malaka dengan tangan hampa.

Mendengar tidak berhasilnya Panglima mengambil Putri Dayang Serada, Raja Malaka marah dan memerintahkan kepada seluruh angkatan perangnya untuk datang ke Kerajaan Bengkulu dan membunuh Ratu Bujang Gemalun. Terjadilah perang  besar antara pihak Raja Bengkulu dan pihak Raja Malaka. Kekuatan pihak Raja Bengkulu yang dipimpin oleh Bujang Gemalun tidak dapat ditandingi oleh Kerajaan Malaka, maka akhirnya Raja Malaka dapat dipukul mundur.

Raja Malaka mohon bantuan kepada Raja Belik, agar dapat mengalahkan Bujang Gemalun, namun usahanya itu pun sia-sia, karena kekuatan Bujang Gemalun memang tidak dapat ditandingi oleh siapa pun juga. Rakyat Raja Belik mundur dan beristtirahat di bawah pohon kayu.

Ketika sedang beristirahat Raja Belik didatangi oleh seorang tua bangka yang mengatakan, "Jika kalian ingin membunuh Bujang Gemalun, pakailah cincin ini." Raja Belik dan angkatan perangnya yang telah memiliki cincin bermata liam tadi, berangkat menuju ke Karajaan Bengkulu. Maka terjadilah peperangan yang lebih dahsyat lagi. namun usaha Raja Belik itu pun sia-sia juga, akhirnya gagallah dia mengambil dengan paksa Putri Dayang Serada.

Dalam keadaan damai, setelah mengalami kemenangan melawan Malaka, maka sebagai pertanda kebanggan hatinya, ayah Bujang Gemalun bermaksud untuk mengawinkan Bujang Gemalun dengan pilihannya yakni seorang Dewi dari Kayangan yang bernama Putri si Rambut Panjang. Calon istrinya kini ditemui pada waktu ia bertapa  selama 3 (tiga) tahun yang lalu. Putri si Rambut Panjang wajahnya cantik jelita tidak ada bandingannya, sehingga Rakyat Bengkulu berduyun-duyun ingin menyaksikan kecantikan putri dan rambutnya yang panjang sekali. Sebab tidak pernah ada rambut sepanjang itu di daerah Bengkulu waktu itu.

Bermacam-macam kegiatan rakyat Bengkulu menjelang perkawainan Bujang Gemalun, Panglima perang anak tertua raja Bengkulu itu. Berlangsunglah pesta perkawinan tersebut selama tujuh hari tujuh malam, dengan memotong kerbau sebanyak 49 ekor, karena seluruh rakyat Bengkulu ikut hadir.

Akhir cerita setelah perkawinan selesai, maka keluarga Raja Bengkulu dan rakyatnya merasa aman dan tenteram, dan yang memegang tampuk pemerintahan adalah Bujang Gemalun yang diangkat menjadi raja oleh ayahnya yakni Kiyai Ratu Agung.

 

 

Sumber : Cerita Rakyat (Mite dan Legende) Daerah Lampung. Depdikbud

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa Mertani dimulai dari keberadaan Joko Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamong...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...