Alat Musik
Alat Musik
Candi Jawa Timur Tulungagung
Candi Mirigambar
- 14 Juli 2018
Setelah keluar dari Kabupaten Blitar, perjalanan mudik dilanjutkan kembali menuju ke wilayah Kabupaten Tulungagung. Memasuki Kecamatan Sumbergempol, saya berusaha mengambil jalur ke kiri untuk mencari tempat istirahat (rest area) yang tidak terlalu ramai tapi mempunyai kisah arkeologis. Kurang lebih 5 kilometer, sampailah saya di sebuah candi bernama Mirigambar. Candi ini terletak di Dusun Gambar RT. 01 RW. 04 Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Lokasi candi ini berada sebelah tenggara lapangan Desa Mirigambar.
 
Menurut Suyoto, seorang juru kunci Candi Mirigambar, bahwa candi ini dulunya ditemukan oleh Rejosari pada tahun 1870. Pada waktu itu, Rejosari sedang membuka lahan untuk ditanami namun tiba-tiba menemukan tumpukan batu bata yang sudah tertutup tanah dan diselimuti oleh rerumputan. Setelah dibersihkan ternyata merupakan reruntuhan sebuah bangunan candi.
 
Rejosari, atau biasanya disebut Mbah Josari, merupakan pionir yang babat alas desa ini. Desa ini dibuka oleh Mbah Josari pada tahun 1830. Semula Desa Gambar ini bernama Taman Sari, kemudian menjadi Desa Gambar setelah ditemukan relief-relief candi tersebut. Foto lawas pemberian Lydia Kieven kepada Suyoto memperlihatkan bahwa literatur Belanda menyebut candi tersebut dengan nama Tjandi Gambar (Ingang van Tjandi Gambar).

Pada tahun 1921 dilakukan penggabungan dua desa, yaitu Desa Miridudo yang berada di sebelah utara dengan Desa Gambar. Hasil penggabungan dua desa tersebut kemudian dinamakan Desa Mirigambar. Akhirnya, literatur sekarang pun banyak menyebut candi tersebut dengan nama Candi Mirigambar.
 
Suasana Candi Gambar ini terlihat sempit dengan rerimbunan dedaunan pepohonan (Jawa: singub) yang ada di halaman candi tersebut. Pintu masuk candi ini diapit oleh dua pohon beringin besar, dan di belakang areal candi berupa kebun jati milik warga sekitar. Halamannya tampak sejuk akan tetapi bau dupa atau kemenyan yang ada di situ, membuat suasana ‘angker’ bila sendirian. Candi Mirigambar memang berada di tengah perkampungan yang masih dipenuhi dengan lahan luas untuk pertanian.
 
Lydia Kieven dalam bukunya, Menelusuri Figur Bertopi pada Relief Candi Zaman Majapahit: Pandangan Baru terhadap Fungsi Religius Candi-Candi Periode Jawa Timur Abad ke-14 dan ke-15 (Kepustakaan Populer Gramedia, 2014) menjelaskan, bahwa fungsi dan latar belakang agama Candi Mirigambar tidak diketahui. Dua inskripsi, yang didokumentasikan arkeolog Belanda dan ditemukan di bangunan-bangunannya yang kemudian hancur, berangka tahun Saka yang sesuai dengan tahun 1129 M dan 1292 M. Dua prasasti berangka tahun 1310 Saka dan, mungkin, 1321 Saka – masing-masing sesuai dengan 1388 M dan 1399 M – ditemukan di situs ini.
Lempeng tembaga yang menyebut tempat suci bernama ‘Satyapura’ dan Raja Wikramawardhana (1389-1429 M), penerus Raja Hayam Wuruk, ditemukan di Desa Mirigambar. Mungkin lempeng ini dibawa ke Desa Mirigambar dari tempat lain. Namun, karena penanggalan dua prasasti tersebut kira-kira sama dengan kurun waktu ketika lempeng tembaga ini diterbitkan, dapat disimpulkan bahwa bangunan candi memang dibangun pada masa pemerintahan Raja Wikramawardhana, yaitu sekitar tahun 1400 M. Namun corak penggambaran reliefnya mengisyaratkan bahwa reliefnya dipahat pada awal atau pertengahan abad ke-15.
 
Kemungkinan besar, Candi Mirigambar dan bekas bangunan-bangunan lainnya merupakan bagian dari kompleks candi yang terus-menerus dibangun sejak zaman Kediri sampai Singasari, dan masih berlanjut setelah masa kejayaan Majapahit. Reliefnya mungkin dipahatkan sebagai tambahan, atau bagian dari perluasan candi pada awal atau pertengahan abad ke-15.
 
Dari urutan dalam sumber-sumber Belanda lama, tata ruang kompleks candi tidak jelas, tetapi bangunan-bangunannya tampaknya cukup berdekatan satu dengan yang lain, karena dalam satu kasus, Hoepermans menyebut jarak lima ratus langkah dari satu bangunan ke bangunan berikutnya, dan dalam kasus lain hanya lima puluh langkah. Menurut legenda, sebuah kraton pernah berdiri di lokasi ini. Informasi ini didukung oleh nama ‘Satyapura’, untuk menyebut istana, pada inskripsi lempeng tembaga. Satya berasal dari bahasa Sansekerta yang diadopsi ke dalam bahsa Jawa Kuno, berarti tulus hati, jujur, setia (terhadap suami, raja; dalam menunaikan tugas, janji) berbudi luhur, utama, ketulusan hati, kesetiaan, kebenaran. Pura berarti kota, istana, kraton. Dengan demikian, kita dapat menerjemahkan ‘Satyapura” sebagai ‘istana kebenaran’.
 
Para peneliti percandian bisa saja berspekulasi bahwa keseluruhan kompleks candi ini terkait dengan kraton. Hal ini juga selaras dengan asal muasal desa ini, yaitu Taman Sari. Taman Sari identik dengan taman yang penuh tanaman bunga untuk bersenang-senang keluarga raja di istana.
 
Candi Mirigambar yang memiliki ukuran panjang 8,50 m, lebar 7,70 m dan tinggi 2,35 m ini, dibangun dari bahan bata merah dan berpintu masuk di sisi barat. Tampak pada batur batu persegi beserta sebuah undakan pada sisi barat yang dipenuhi oleh ornamen. Pada sisi utara, timur, dan selatan terdapat panil-panil relief yang berceritera Panji, dan di sudut tenggara terdapat sebuah pilaster yang kedua sisinya melukiskan seekor burung garuda. *** [230617]
 
Kepustakaan:
Kieven, Lydia. (2014). Menelusuri Figur Bertopi pada Relief Candi Zaman Majapahit: Pandangan Baru terhadap Fungsi Religius Candi-Candi Periode Jawa Timur Abad ke-14 dan ke-15. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia dan École française d’Extrême-Orient
Zoetmulder, Petrus Josephus. (1995). Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
 

sumber: kekunaan.blogspot.com

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline