|
|
|
|
Candi Mendut Tanggal 19 Sep 2014 oleh Oase . |
Candi yang merupakan salah satu peninggalan agama Buddha ini didirikan oleh Raja Indra dari Wangsa Syailendra sekitar tahun 824 Masehi. Candi ini terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Candi terbesar kedua setelah Borobudur ini berjarak 38 km ke arah barat laut kota Yogyakarta dan 3 km dari Candi Borobudur.
Candi Mendut biasanya disajikan sebagai satu paket dengan Candi Borobudur dan Candi Pawon, baik untuk wisatawan mancanegara maupun domestik. Saat peringatan Hari Waisak, candi ini menjadi tempat berlangsungnya prosesi upacara yang pertama, yang kemudian dilanjutkan dengan upacara di Candi Pawon hingga berakhir di Candi Borobudur.
Keunikan Candi Mendut dibanding dengan candi-candi lainnya di pulau Jawa bahkan di Indonesia adalah pintu masuknya menghadap ke arah barat laut. Kebanyakan candi menghadap ke arah timur. Selain itu di bilik candi terdapat 3 arca besar yang terbuat dari bongkahan batu utuh. Ketiga arca ini adalah Arca Dhyani Buddha Sakyamuni yang menghadap ke arah barat dalam posisi duduk. Kedua kakinya menyiku ke bawah pada landasan teratai. Arca kedua adalah Arca Bodhisatva Avalokitesvara yang menghadap ke selatan. Arca ini dalam posisi duduk dengan kaki kiri dilipat ke dalam sedangkan kaki kanan menjulur ke bawah. Bodhisattva yang membantu manusia sambil memegang teratai merah di atas telapak tangannya. Arca terakhir adalah Arca Bodhisatva Vajrapani yang menghadap ke utara dengan posisi duduk pula. Kaki kanan dilipat ke dalam, sedangkan kaki kiri menjulur ke bawah. Vajrapani dan Avalokitesvara disebut-sebut sebagai pengiring atau pengawal Buddha Sakyamuni.
Hiasan relief-relief pada Candi Mendut merupakan cerita berupa ajaran moral dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemerannya. Terdapat cerita “Brahmana dan Kepiting”, “Angsa dan Kura-Kura”, “Dua Burung Betet yang berbeda” dan “Dharmabuddhi dan Dustabuddhi”. Salah satu cerita dari relief tersebut yaitu “Angsa dan Kura-Kura” yaitu menceritakan angsa dan kura-kura tentang seekor kura-kura yang diterbangkan dua ekor angsa ke danau. Namun kura-kura ini merasa tersinggung dengan ucapan angsa. Kura-kura melepas gigitannya sehingga jatuh ke tanah dan mati.
Persis di sebelah candi Mendut terdapat vihara Buddha Mendut. Vihara ini dahulunya adalah sebuah biara Katholik yang kemudian tanahnya dibagi-bagi kepada rakyat pada tahun 1950-an. Lalu tanah-tanah rakyat ini dibeli oleh sebuah yayasan Buddha dan di atasnya dibangun vihara. Dalam vihara ini terdapat asrama, tempat ibadah, taman, dan beberapa patung Buddha. Beberapa di antaranya adalah sumbangan dari Jepang.
Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1567/candi-mendut
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |