Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Candi Jawa Barat Karawang
Candi Blandongan
- 24 September 2014

Candi Blandongan adalah salah satu dari beberapa candi yang ada di Situs Batujaya. Situs ini diduga berasal dari periode Kerajaan Tarumanegara. Situs Batujaya terletak di dua desa, yakni Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs Batujaya berada di dataran aluvial dengan ketinggian sekitar 4 m di atas permukaan air laut. Pada jarak sekitar 500 m ke arah barat dari situs, mengalir Sungai Citarum. Banyak tinggalan budaya mulai dari masa prasejarah, masa pengaruh Hindu-Buddha, hingga masa pengaruh Islam yang ditemukan di sepanjang aliran Sungai Citarum.

Hadirnya kepurbakalaan Batujaya tidak terlepas dari hasil pembacaan prasasti Tugu, yang ditemukan di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Isi prasasti tersebut menyebutkan Raja Purnawarman penguasa Kerajaan Taruma adalah raja yang menonjol dalam kebahagiaan, dan jasanya di atas para raja. Pada masa pemerintahannya, dilakukan penggalian sungai Candrabhaga, yang mana alirannya melampaui ibukota yang masyur sebelum masuk ke laut.

Menurut Poerbatjaraka, nama Candrabhaga yang disebut dalam prasasti Tugu adalah nama sungai di India yang diberikan untuk menyebut suatu sungai di Jawa, dimana sungai ini berada tidak jauh dari pusat Kerajaan Tarumanegara.

Penelitian di Situs Batujaya telah dilakukan sejak tahun 1985 dan masih berlangsung hingga saat ini, dikarenakan masih banyak misteri yang belum terungkap terkait dengan situs ini. Banyak tinggalan arkeologis yang ditemukan di situs ini. Salah satu yang unik dan menarik adalah temuan amulet di Candi Blandongan.

Beberapa orang menyebut amulet dengan materai atau votive tablet. Amulet adalah tanda-tanda ziarah pada saat seseorang mengunjungi tempat-tempat suci, dan dipakai sebagai pelepas nazar atau penolak bala. Amulet Candi Blandongan ditemukan pada saat dilakukan ekskavasi pada tangga bangunan bagian bawah. Kemudian pada tahun 1997, tahun 2002, dan tahun 2003 juga ditemukan beberapa fragmen amulet.

Temuan amulet di Candi Blandongan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amulet yang menggambarkan 6 arca tanpa tulisan di bagian bawah, serta amulet yang menggambarkan 6 arca dengan tulisan di bagian bawahnya. Kedua jenis amulet tersebut pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran, dan hiasan yang sama, yang membedakan hanyalah ada dan tidaknya tulisan di bagian bawah amulet. Bentuk amulet Candi Blandongan membulat menyerupai sikhara (puncak stupa) di bagian atasnya. Bidang atas amulet tersebut menggambarkan tiga arca Dhyani Budha Amitabha dengan posisi duduk bersila, sikap tangan dhyana mudra (meditasi). Adapun di bawahnya menggambarkan tiga arca, yang salah satunya digambarkan dalam posisi duduk dengan kaki terjuntai, sikap tangan abhaya mudra (menolak bahaya). Arca tersebut diapit oleh dua arca yang digambarkan dalam posisi berdiri tribhangga.

Dalam mitologi Buddha, cerita yang tergambar dalam amulet tersebut mengisahkan tentang Sravasvati, yakni ketika Budha mendapat masalah keduniawian, dengan segera Dewa Brahmana berdiri di samping kanannya dan Dewa Cakara berdiri di samping kirinya. Adapun dua raja naga, yakni Nanda dan Upananda menciptakan tempat duduk bagi Sang Budha yang berbentuk lotus.

Berdasarkan hasil penelitian Coedes, amulet yang tersebar di Asia Tenggara terbagi dalam dua tipe. Pertama, amulet dengan ciri adegan relief yang menceritakan mengenai kehidupan Sang Budha dimana bahasa yang digunakan adalah bahasa Pali kuna atau Kamboja kuna, yang diduga sejaman dengan masa Kerajaan Dwarawati di Thailand Selatan pada abad ke-6 – 7 M. Tipe kedua menceritakan Sang Budha dan tokoh-tokoh lain, dengan menggunakan bahasa Sanskrit. Tipe ini mewakili agama Buddha Mahayana yang mendapat pengaruh dari Pala, Nalanda, Burma, dan Thailand yang berkembang pada abad ke-8 M.

Jika merujuk pada tipe amulet versi Coedes, materai Candi Blandongan termasuk dalam amulet tipe pertama karena serupa dengan amulet yang ditemukan di situs Khao Ok Dalu Phattalung, Thailand dengan bentuk dan adegan yang sama yakni cerita Svarasvati. Kemungkinan amulet Candi Blandongan sejaman dengan masa Dwarawati. Sementara itu menurut Casparis, tulisan pada lapik amulet Candi Blandongan menggunakan huruf Palawa yang banyak digunakan pada abad ke-5 – 6 M. Dengan demikian, kemungkinan besar percandian di Situs Batujaya berasal dari abad ke-5 – 7 M.

 

Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1966/amulet-candi-blandongan

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline