Secara administratif, Candi Barong terletak di Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis, Candi Barong terletak di suatu perbukitan kapur, sawah tadah hujan dan tanah yang relatif kurang subur, dengan ketinggian 199,27 m dpl dan pada koordinat 110º 2’ 343” BT dan 7º 46’ 16” LS.
Penamaan Candi Barong oleh penduduk setempat berkaitan erat dengan adanya hiasan kala pada masing-masing sisi tubuh candi. Hiasan semacam ini menyerupai gambaran barongan. Adapun literatur tertua yang menyebutkan candi ini adalah ROD 1915, dalam buku tersebut Candi Barong disebut dengan nama Candi Sari Sorogedug.
Candi Barong dan sekitarnya merupakan salah satu kawasan peninggalan sejarah yang menunjukkan unsur-unsur agama Buddha dan Hindu pada abad IX – X M. Di sekitar Candi Barong banyak ditemukan tinggalan budaya material. Budaya material yang ada berupa candi dan bangunan lain, misalnya Candi Miri, Candi Dawangsari, Arca Ganesa, Situs Ratu Boko, dan Arca Dyani Bodhisatwa Sumberwatu.
Dikarenakan sampai saat ini belum dapat ditemukan sumber otentik berupa prasasti yang menyebut sejarah Candi Barong, maka para ahli arkeologi untuk sementara menyatakan Candi Barong didirikan antara abad IX – X M atau akhir masa klasik Jawa Tengah.
Pernyataan yang disampaikan oleh para arkeologi tentang kurun pendirian Candi Barong tersebut didasarkan atas tata letak, langgam, dan ornamen bangunan utama. Tata letak Candi Barong berteras roboh ke belakang membujur arah timur- barat, dan bangunan utamanya berada di bagian paling tinggi. Masa klasik Jawa Tengah, pada umumnya mempunyai tata letak memusat, yaitu bangunan utama berada di tengah kompleks. Langgam atau gaya profil bangunan lebih sederhana, sedangkan ornamen yang menghias bangunan tidak rumit. Ornamen yang menonjol adalah hiasan kala yang berada di ambang atas relung bangunan. Model kala semacam ini lazim digunakan dalam candi-candi di Jawa Timur, yang menurut ahli arkeologi lebih muda pertanggalannya dibanding masa klasik Jawa Tengah. Model kala masa klasik Jawa Tengah terlihat dengan gaya ”garang dan menyeramkan”, sedangkan masa klasik Jawa Timur ornamen kala tampak seperti ”tersenyum”. Para ahli arkeologi berpendapat bahwa pergeseran masa klasik dari Jawa Tengah ke arah timur diperkirakan terjadi pada akhir abad IX – X M.
Kondisi lingkungan di sekitar Candi Barong yang berkapur mengakibatkan tanah di sekitarnya tandus dan kering, di sisi lain, masyarakatnya hidup dari mata pencahariaan bertani. Kondisi tersebut mendorong masyarakat untuk menggunakan sistem tadah hujan guna memenuhi kebutuhan air dalam pertanian Hal tersebut tentunya terkait dengan kehidupan masyarakat pendukungnya pada waktu itu. Dengan kondisi lingkungan yang tandus, sementara masyarakatnya sangat tergantung pada hasil pertanian sebagai sumber mata pencahariannya, maka mereka memilih Dewa Wisnu dan Dewi Sri sebagai dewa yang dipuja. Dalam mitologi India, Dewa Wisnu merupakan dewa pemelihara dan penyelamat dunia. Salah satu arca Wisnu yang ditemukan di candi ini duduk dalam sikap paryankasana, sikap tangannya varamudra, yaitu sikap tangan memberi anugerah, sedangkan Dewi Sri yang merupakan salah satu sakti Dewa Wisnu, dianggap sebagai Dewi Padi dalam kehidupan masyarakat Jawa, bahkan hingga saat ini. Dengan demikian, melalui pemujaan Dewa Wisnu dan Dewi Sri diharapkan mendatangkan berkah kesuburan, sehingga dapat memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.

Bangunan inti yang berada di teras I terdiri atas dua buah bangunan candi yang berukuran 8,18 x 8,18 m , tinggi 9,05 m, menghadap ke barat, berjajar dari arah utara (candi I) – selatan (candi II). Kedua candi ini tidak mempunyai bilik, meskipun bangunan tengah candi berongga, hanya mempunyai relung, yang di ambang atasnya berhias kala, di keempat sisi dindingnya. Tidak seperti hiasan kala pada umumnya yang tampak garang dan menyeramkan, hiasan kala di Candi Barong tampak agak tersenyum.

Seperti bangunan candi pada umumnya, Candi Barong juga dibagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap candi. Pada waktu dilakukan pembongkaran dalam rangka pemugaran, di bawah candi I terdapat 9 kotak bujur sangkar dengan kotak paling besar berada di tengah. Ukuran keseluruhan 3 x 3 m, kotak tengah 1,5 x 1,5 m, kotak – kotak lainnya berukuran 1 x 1 m. Kesembilan kotak tersebut berbentuk seperti wadah peripih yang terpahatkan langsung pada tanah asli bukit tersebut. Menurut Stella Kramrisch, kesembilan kotak ini merupakan gambaran vastpurusamandala. Kotak yang berada di tengah merupakan pusat kedudukan dan tempat terpusatnya potensi gaib yang menguasai alam semesta, sedangkan 8 kotak lainnya merupakan penjelmaan dewa mata angin. Hal semacam itu tidak dijumpai pada candi II. Di sebelah barat kedua bangunan inti terdapat gapura masuk berbentuk paduraksa (bentuk seperti bangunan candi tetapi berlobang di tengah sebagai jalan masuk).
Bila dilihat dari segi arsitektur dan konstruksi bangunan Candi Barong, sangat jelas bahwa latar belakang keagamaannya adalah Hindu, tetapi fokus pemujaannya kepada Dewa Wisnu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya temuan arca lepas yaitu arca Dewa Wisnu dan istrinya, Dewi Sri. Temuan lepas lainnya berupa arca yang belum selesai dikerjakan (unfinish), kotak peripih, mangkuk, guci keramik, mata kapak, dan sendok.
Keistimewaan Candi Barong antara lain: tata letak Candi Barong menunjukkan adanya kontinuitas dengan tradisi masa prasejarah, khususnya masa megalitikum/periode batu besar. Hal ini ditunjukkan dengan pola pembagian halaman ke belakang dengan ketinggian teras berbeda, dan kedudukan bangunan inti terletak pada batur yang tertinggi. Konstruksi bangunannya didirikan pada sebuah bedrock (batu cadas) sebagai alasnya. Candi Barong dibangun secara bertahap, titik pusat (brahmasthana) halaman menjadi satu dengan titik pusat bangunan candi.
Candi Barong mulai ditangani secara intensif sejak tahun 1979 (kegiatan prapemugaran), kemudian dilanjutkan dengan studi teknis pada tahun 1985 dan dipugar mulai tahun 1987 sampai dengan tahun 1999. Untuk selanjutnya, candi ini dimanfaatkan sebagai salah satu aset wisata untuk Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/2014/06/09/selayang-pandang-candi-barong/
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...