|
|
|
|
Candi Barong Tanggal 05 Sep 2014 oleh Oase . |
Secara administratif, Candi Barong terletak di Dusun Candisari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis, Candi Barong terletak di suatu perbukitan kapur, sawah tadah hujan dan tanah yang relatif kurang subur, dengan ketinggian 199,27 m dpl dan pada koordinat 110º 2’ 343” BT dan 7º 46’ 16” LS.
Penamaan Candi Barong oleh penduduk setempat berkaitan erat dengan adanya hiasan kala pada masing-masing sisi tubuh candi. Hiasan semacam ini menyerupai gambaran barongan. Adapun literatur tertua yang menyebutkan candi ini adalah ROD 1915, dalam buku tersebut Candi Barong disebut dengan nama Candi Sari Sorogedug.
Candi Barong dan sekitarnya merupakan salah satu kawasan peninggalan sejarah yang menunjukkan unsur-unsur agama Buddha dan Hindu pada abad IX – X M. Di sekitar Candi Barong banyak ditemukan tinggalan budaya material. Budaya material yang ada berupa candi dan bangunan lain, misalnya Candi Miri, Candi Dawangsari, Arca Ganesa, Situs Ratu Boko, dan Arca Dyani Bodhisatwa Sumberwatu.
Dikarenakan sampai saat ini belum dapat ditemukan sumber otentik berupa prasasti yang menyebut sejarah Candi Barong, maka para ahli arkeologi untuk sementara menyatakan Candi Barong didirikan antara abad IX – X M atau akhir masa klasik Jawa Tengah.
Pernyataan yang disampaikan oleh para arkeologi tentang kurun pendirian Candi Barong tersebut didasarkan atas tata letak, langgam, dan ornamen bangunan utama. Tata letak Candi Barong berteras roboh ke belakang membujur arah timur- barat, dan bangunan utamanya berada di bagian paling tinggi. Masa klasik Jawa Tengah, pada umumnya mempunyai tata letak memusat, yaitu bangunan utama berada di tengah kompleks. Langgam atau gaya profil bangunan lebih sederhana, sedangkan ornamen yang menghias bangunan tidak rumit. Ornamen yang menonjol adalah hiasan kala yang berada di ambang atas relung bangunan. Model kala semacam ini lazim digunakan dalam candi-candi di Jawa Timur, yang menurut ahli arkeologi lebih muda pertanggalannya dibanding masa klasik Jawa Tengah. Model kala masa klasik Jawa Tengah terlihat dengan gaya ”garang dan menyeramkan”, sedangkan masa klasik Jawa Timur ornamen kala tampak seperti ”tersenyum”. Para ahli arkeologi berpendapat bahwa pergeseran masa klasik dari Jawa Tengah ke arah timur diperkirakan terjadi pada akhir abad IX – X M.
Kondisi lingkungan di sekitar Candi Barong yang berkapur mengakibatkan tanah di sekitarnya tandus dan kering, di sisi lain, masyarakatnya hidup dari mata pencahariaan bertani. Kondisi tersebut mendorong masyarakat untuk menggunakan sistem tadah hujan guna memenuhi kebutuhan air dalam pertanian Hal tersebut tentunya terkait dengan kehidupan masyarakat pendukungnya pada waktu itu. Dengan kondisi lingkungan yang tandus, sementara masyarakatnya sangat tergantung pada hasil pertanian sebagai sumber mata pencahariannya, maka mereka memilih Dewa Wisnu dan Dewi Sri sebagai dewa yang dipuja. Dalam mitologi India, Dewa Wisnu merupakan dewa pemelihara dan penyelamat dunia. Salah satu arca Wisnu yang ditemukan di candi ini duduk dalam sikap paryankasana, sikap tangannya varamudra, yaitu sikap tangan memberi anugerah, sedangkan Dewi Sri yang merupakan salah satu sakti Dewa Wisnu, dianggap sebagai Dewi Padi dalam kehidupan masyarakat Jawa, bahkan hingga saat ini. Dengan demikian, melalui pemujaan Dewa Wisnu dan Dewi Sri diharapkan mendatangkan berkah kesuburan, sehingga dapat memberikan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.
Bangunan inti yang berada di teras I terdiri atas dua buah bangunan candi yang berukuran 8,18 x 8,18 m , tinggi 9,05 m, menghadap ke barat, berjajar dari arah utara (candi I) – selatan (candi II). Kedua candi ini tidak mempunyai bilik, meskipun bangunan tengah candi berongga, hanya mempunyai relung, yang di ambang atasnya berhias kala, di keempat sisi dindingnya. Tidak seperti hiasan kala pada umumnya yang tampak garang dan menyeramkan, hiasan kala di Candi Barong tampak agak tersenyum.
Seperti bangunan candi pada umumnya, Candi Barong juga dibagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap candi. Pada waktu dilakukan pembongkaran dalam rangka pemugaran, di bawah candi I terdapat 9 kotak bujur sangkar dengan kotak paling besar berada di tengah. Ukuran keseluruhan 3 x 3 m, kotak tengah 1,5 x 1,5 m, kotak – kotak lainnya berukuran 1 x 1 m. Kesembilan kotak tersebut berbentuk seperti wadah peripih yang terpahatkan langsung pada tanah asli bukit tersebut. Menurut Stella Kramrisch, kesembilan kotak ini merupakan gambaran vastpurusamandala. Kotak yang berada di tengah merupakan pusat kedudukan dan tempat terpusatnya potensi gaib yang menguasai alam semesta, sedangkan 8 kotak lainnya merupakan penjelmaan dewa mata angin. Hal semacam itu tidak dijumpai pada candi II. Di sebelah barat kedua bangunan inti terdapat gapura masuk berbentuk paduraksa (bentuk seperti bangunan candi tetapi berlobang di tengah sebagai jalan masuk).
Bila dilihat dari segi arsitektur dan konstruksi bangunan Candi Barong, sangat jelas bahwa latar belakang keagamaannya adalah Hindu, tetapi fokus pemujaannya kepada Dewa Wisnu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya temuan arca lepas yaitu arca Dewa Wisnu dan istrinya, Dewi Sri. Temuan lepas lainnya berupa arca yang belum selesai dikerjakan (unfinish), kotak peripih, mangkuk, guci keramik, mata kapak, dan sendok.
Keistimewaan Candi Barong antara lain: tata letak Candi Barong menunjukkan adanya kontinuitas dengan tradisi masa prasejarah, khususnya masa megalitikum/periode batu besar. Hal ini ditunjukkan dengan pola pembagian halaman ke belakang dengan ketinggian teras berbeda, dan kedudukan bangunan inti terletak pada batur yang tertinggi. Konstruksi bangunannya didirikan pada sebuah bedrock (batu cadas) sebagai alasnya. Candi Barong dibangun secara bertahap, titik pusat (brahmasthana) halaman menjadi satu dengan titik pusat bangunan candi.
Candi Barong mulai ditangani secara intensif sejak tahun 1979 (kegiatan prapemugaran), kemudian dilanjutkan dengan studi teknis pada tahun 1985 dan dipugar mulai tahun 1987 sampai dengan tahun 1999. Untuk selanjutnya, candi ini dimanfaatkan sebagai salah satu aset wisata untuk Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/2014/06/09/selayang-pandang-candi-barong/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |