|
|
|
|
Canang Sari, Sesajen di Bali Tanggal 07 Aug 2018 oleh OSKM_16718135_Reinard . |
Di bali seringkali ditemukan sesajen yang diletakkan di berbagai tempat, berupa bunga-bungaan, makanan, dan berbagai hal lainya, dalam sebuah wadah atau alas dari daun janur. Sesajen ini sendiri sebenarnya disebut Canang Sari.
Latar belakang
Pada abad ke-8 di tahun Saka 858, seorang Maha Resi bernama Markandeya bersama dengan pengikutnya membuka sebuah daerah baru di Puakan yang sekarang ini disebut dengan Taro, Tegal Lalang daerah Gianyar, Bali. Dalam pembentukan daerah baru tersebut sang Maha Resi mengajarkan untuk membuat upakara atau sesajen yang digunakan untuk sarana upacara, awalnya hanya terbatas pada para pengikutnya saja namun lama kelamaan menyebar ke penduduk lain di sekitar desa Taro. (breaktime.co.id/travel/the-story/kenapa-di-bali-bertebaran-sesajen-ini-kisahnya.html) Namanya, "Canang Sari" bermakna sebagai berikut: "Ca" berarti indah dan "Nang" berarti tujuan. Kata tersebut berasal dari Jawa kuno (Sudarsana, 2010:1) dan secara keseluruhan berarti "Tujuan indah/baik".
Komposisi
Setiap sesajen dapat terdiri dari:
-Alas daun janur (Bahan pokok, selalu ada)
-Porosan (Sebentuk kecil daun janur kering berisi kapur putih, penampilanya mirip serutan. Bahan pokok)
-Bunga
-Bunga kamboja (Bahan pokok)
-Kembang rapih
-Bunga pacah
-Makanan
-Nasi
-Roti
-Kue kering atau makanan ringan lainya
-Permen
-Kopi
-Potongan buah-buahan
-Rokok
-Uang
(Sumber: Narasumber lokal)
Filosofi
Sesajen berfungsi sebagai persembahan atau tanda terima kasih, alat konsentrasi dan persembahan terhadap Hyang Widhi, persembahan kepada arwah yang telah meninggal, simbol manifestasi Yang Maha Kuasa, serta sebagai alat pensucian dan juga pengganti mantra. Dalam budaya Bali sendiri sebenarnya tidak ada resiko spesifik bila sesajen terinjak/tersenggol, walau kenyataanya banyak yang mengaku mengalami kejadian supranatural.(https://www.pegipegi.com/travel/menginjak-sesajen-di-bali-bisa-celaka/)
Penempatan
Sesajen pada umumnya diberikan 2 kali sehari, dan dapat diletakkan dimana saja, sehingga khususnya para turis diharapkan untuk memperhatikan langkahnya. Sesajen umumnya disisihkan dari makanan pemberi sesajen, tetapi bila tidak sempat membuat, pengrajin lokal membuat sesajen yang dihargai sekitar Rp.20,000,00 per buahnya.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |