Sejarah Perjuangan Dan Peranan Ki Gede Sebayu Di Tegal 1586-1601
Ki Gede Sebayu atau bernama asli Maulana Muttaqinsebenarnya bukan orang asli Tegal melainkan keturunan asli dari Prabu Brawijaya ke-5 raja terakhir Mataram. Beliau adalah putera Pangeran Onje seorang Adipati Purbalingga yang merupakan bupati pertama dan sebagai pendiri Kota Purbalingga. Semenjak kecil Ki Gede Sebayu diasuh oleh eyangnya yaitu Ki Ageng Wungut.
Setelah Ki Gede Sebayu dewasa tahun 1549 Masehi oleh ayahnya disuwitakan dalam Kesultanan Pajang sebagai prajurit tamtama dalam Kesultanan Hadiwijaya. Di sanalah Ki Gede Sebayu memperoleh pendidikan keprajuritan dan ilmu kanuragan. Ketika sedang terjadi perebutan tahta, Ki Gede Sebayu meninggalkan Pajang. Beliau lebih memilih meninggalkan keraton dan berniat mencari guru baru untuk mendalami ajaran agama islam. Walaupun beliau sudah banyak mendalami pelajaran agama islam, tetapi beliau tidak sombong dan ingin terus mendalami ajaran agama islam.
Pada tahun 1586 Ki Gede Sebayu datang ke Tegal, beliau datang ke Tegal masih dalam keadaan hutan belantara atau tegalan. Dari daerah tegalan akhirnya Ki Gede Sebayu menamakan daerah tersebut Tegal. Kedatangan Ki Gede Sebayu ke Tegal bertujuan untuk "Mbabat Alas" dan ingin berdakwah. Karena, sebelum Ki Gede Sebayu datang ke Tegal masih ada agama yahudi dan katolik, setelah datang ke Tegal beliau berdakwah mengajak masyarakat Tegal untuk masuk agama islam. Ketika Ki Gede Sebayu berhasil mengajak masyarakat untuk masuk islam, beliau lalu bekerja keras dalam membangun masyarakat tlatah Tegal. Peningkatan taraf hidup masyarakat mulai dirasakan. Rumah penduduk dibangun dan diperbaiki secara gotong royong, mengelolah tanah, membuat jalan desa. Semua itu dipelopori dan dipimpin para pengikut atas prakarsa Ki Gede Sebayu.
Disamping melaksanakan pembangunan fisik, Ki Gede Sebayu juga melaksanakan pembangunan rohani dengan membangun masjid dan pondok pesantren sebagai tempat beribadah dan tempat belajar tentang ajaran agama islam. Para pengikut Ki Gede Sebayu mengajarkan cara membaca Al-Qur'an dengan mengadakan pengajian bersama, serta memberikan contoh bagaimana menjadi muslim yang taat menjalankan ibadah.
Salain memimpin Tegal, Ki Gede Sebayu juga memimpin Brebes dan Pemalang. Pada saat itu Ki Gede Sebayu mengusir Belanda dari tiga daerah tersebut, karena beliau tidak suka dengan keberadaan Belanda yang hanya memanfaatkan orang-orangnya saja. Dari tahun 1586-1601 Tegal menjadi makmur dari kerja keras Ki Gede Sebayu. Pada tahun 1601 diadakanlah pemerintahan, sehingga eyang Ki Gede Sebayu dari Ponorogo datang ke Tegal untuk mengangkat Ki Gede Sebayu sebagai bupati yang pertama di Tegal.
Ketika pengikut Ki Gede Sebayu sudah banyak, beliau memikirkan agar Tegal dapat makmur dalam artian tidak kekurangan apapun. Dahulu di Tegal adalah tegalan, maka tidak ada air untuk mengairi sawah. Akhirnya Ki Gede Sebayu memohon kepada Allah Swt. supaya rakyatnya tidak kekurangan air. Setelah beliau berdoa, akhirnya beliau diberikan petunjuk untuk membangun bendungan Sungai Gung. Selesai membangun bendungan Sungai Gung, Ki Gede Sebayu membangun sungai yang bercabang-cabang diantaranya adalah Sungai Susukan yang mengalir menuju Benjaran, Sungai Dalem menuju Lebaksiu, dan Sungai Wangan Jimat menuju Danawari, Balapulang, Jatibarang. Sungai-sungai tersebutlah yang akhirnya sebagai pengairan sawah di pedalaman desa yang masih berfungsi sampai sekarang.
Setelah Ki Gede Sebayu berhasil dalam membuat sungai untuk perairan sawah, beliau pulang ke Kalisoka yang merupakan tempat tinggalnya dan berkumpul bersama keluarganya. Beliau memberikan saran kepada keluarganya untuk bersama-sama membangun islam yang harus dikuatkan, akhirnya disebarkanlah ajaran agama islam. Bukan hanya di Tegal saja, melainkan di Brebes dan juga Pemalang.
Akhirnya beliau memberikan amanah kepada keluarganya. Bilamana Ki Gede Sebayu wafat untuk di makamkan di Desa Danawari. Danawari sendiri memiliki makna yaitu "Dana" yang artinya sumbangan dan "wari" yang artinya air. Sehingga Danawari memiliki arti yaitu menyumbang air kemana arah penjuru.
Akhirnya Ki Gede Sebayu wafat di Kalisoka. Berita wafatnya Ki Gede Sebayu dengan cepat tersebar ke seluruh tlatah Tegal. Orang-orang ramai berdatangan menyatakan ikut berkabung. Jenazah Ki Gede Sebayu diusung menuju tempat peristirahatan terakhir di dekat bendungan Sungai Gung, di Desa Danawari yang berdekatan dengan Sungai Wangan Jimat.
Dari hal-hal di atas maka masyarakat dan generasi muda dapat meneladani sifat-sifat kepahlawanan dari Ki Gede Sebayu, seperti :
Ksatria yang pemberani, rela berkorban
Orang yang taat beribadah
Pahlawan yang gigih, cerdas, dan ulet
Pemimpin yang arif dan bijaksana
Berfikir ke arah depan yang lebih baik.
Itulah sifat-sifat kepahlawanan dari Ki Gede Sebayu yang sudah sepatutnya kita teladani bersama-sama. Karena cara untuk menghargai perjuangan dan peranan dari Ki Gede Sebayu dengan meneladani sifat-sifat kepahlawanannya yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Potensi Yang Dimiliki Makam Ki Gede Sebayu Sebagai Salah Satu Benda Cagar Budaya Di Kabupaten Tegal
Makam Ki Gede Sebayu merupakan salah satu contoh dari banyak benda cagar budaya di Kabupaten Tegal. Berbagai macam potensi yang dimiliki oleh makam ini.
Pada kenyataannya, masyarakat Kabupaten Tegal tidak tertarik untuk mengunjungi Makam Ki Gede Sebayu. Terbukti dari kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai sejarah yang terkandung di Kabupaten Tegal serta kondisi makam yang terlihat sepi setiap harinya. Jika diperhatikan, makam Ki Gede Sebayu memiliki potensi yang banyak sebagai benda cagar budaya.
Pertama, makam Ki Gede Sebayu memiliki makna sejarah yang mendalam sebagai benda cagar budaya untuk dipelajari dan diambil hikmahnya oleh para generasi muda khususnya di Kabupaten Tegal supaya dapat dijadikan sebuah acuan untuk melakukan perbaikan diri di masa yang akan datang. Sejarah adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada masa lampau (past human effect) yang sekali terjadi (einmalig). Oleh karena itu, suatu peristiwa sejarah tidak dapat diulang, karena hanya terjadi pada masa lampau tersebut. Media dalam pembelajaran sejarah berperan penting. Karena media dapat membantu menggambarkan dan memberi informasi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau untuk pembelajaran. Makam Ki Gede Sebayu dalam bidang pendidikan formal dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sejarah yang dapat diterapkan secara life education.
Sehingga pemerintah bersama masyarakat harus dapat memperkenalkan benda cagar budaya kepada generasi muda khusunya pelajar, supaya dapat mengetahui keberadaan dari Makam Ki Gede Sebayu. Salah satu kegiatan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tegal untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap benda cagar budaya dan melestarikannya diadakanlah kegiatan Lawatan Sejarah, yang disertai ajang lomba pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang terkait dengan Benda Cagar Budaya
Kedua, makam Ki Gede Sebayu memiliki potensi sebagai tempat rekreasi sejarah dan tempat ziarah serta tempat rekreasi edukasi untuk para masyarakat Tegal khususnya para pelajar.
Ketiga, Makam Ki Gede Sebayu dapat dimanfaatkan sebagai tempat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW serta peringatan hari-hari besar agama Islam lainnya. Sehingga acara seperti inilah yang patut disosialisasikan di masyarakat Tegal supaya dapat meningkatkan antusias kunjungan di Makam Ki Gede Sebayu ini.
Upaya Pelestarian Benda Cagar Budaya Makam Ki Gede Sebayu Di Kabupaten Tegal
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, pengertian pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya.
Masyarakat merupakan elemen yang penting dalam pelestarian benda cagar budaya. Masyarakat perlu diajak untuk "menghidupkan" warisan budaya lokal supaya warisan budaya tersebut dapat "menghidupi" mereka. Masyarakat perlu untuk dilibatkan dalam proses pelestarian warisan budaya lokal yang dimiliki, agar aset daerah yang dimiliki tersebut memberikan kontribusi baik berupa material maupun non material yang berguna untuk kehidupannya.
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat bersama generasi muda untuk melestarikannya sebagai berikut :
Melindungi Benda Cagar Budaya Makam Ki Gede Sebayu Masyarakat Kabupaten Tegal dan sekitarnya harus dapat melindungi dan tidak merusak Makam Ki Gede Sebayu dari kerusakan dini yang luput dari perhatian yang berawal dari ketidaktahuan dan ketidakpedulian tentang keberadaan Makam Ki Gede Sebayu. Dalam hal ini pemerintah telah menetapkan Makam Ki Gede Sebayu sebagai salah satu benda cagar budaya yang ada di Kabupaten Tegal. Mengembangkan Makam Ki Gede Sebayu Kawasan Makam Ki Gede Sebayu yang cukup asri dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah yang bernuansa edukatif. Sehingga pemerintah Kabupaten Tegal bersama pihak terkait harus dapat mengembangkan kawasan tersebut lebih baik lagi tanpa merusak dari benda bagar budayanya. Seperti halnya : a). menyediakan fasilitas-fasilitas umum yang memadai b). menyediakan wahana-wahana wisata c). menyediakan bumi perkemahan d). menyediakan area panjat tebing bagi pecinta alam. Memanfaatkan Makam Ki Gede Sebayu Usaha pelestarian warisan budaya melalui kegiatan pemanfaatan benda cagar budaya melalui promosi pelestarian dalam segala bentuk kreativitas presentasinya, baik bersifat publikasi, sosialisasi, kampanye maupun misi pelestarian lainnya yang dilaksanakan secara terpadu, tersistem, dan berkelanjutan. Makam Ki Gede Sebayu dapat dijadikan tempat wisata ziarah yang dapat memberikan pengetahuan tentang sumbangsih yang diberikan tokoh Tegal yang patut diteladani oleh masyarakat Tegal dan sekitar. Upaya yang dapat penulis lakukan untuk memperkenalkan Makam Ki Gede Sebayu kepada masyarakat umum dan generasi muda yaitu dengan mempromosikan makam beliau melalui media sosial serta mengajak teman-teman penulis untuk mengunjungi Makam Ki Gede Sebayu secara bersama-sama, yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat umum dan generasi muda tentang keberadaan makam beliau. Sehingga mampu menumbuhkan rasa peduli untuk melestarikan warisan budaya lokal. Dari upaya-upaya di atas inilah keberadaan Makam Ki Gede Sebayu dapat diketahui oleh masyarakat Tegal serta dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran. Untuk melestarikan warisan budaya lokal dapat dilakukan dengan cara saling bergandeng tangan dan saling bahu-membahu antara pihak pemerintah, masyarakat khususnya para generasi muda. Dengan harapan Makam Ki Gede Sebayu memiliki masa depan yang cerah sebagai benda cagar budaya yang ada di Kabupaten Tegal.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja