|
|
|
|
Bunanema dan Kallang Buri Tanggal 13 Nov 2018 oleh Hamzahmutaqinf . |
ada zaman dahulu ada sebuah kerajaan yang bernama kerjaan “Kaila Wallang” terletak di Puntaru yang sekarang sudah ditutupi atau digenangi oleh air laut rajanya bernama Mai Wallang.
Keinginan raja untuk beristri lagi sebab ia mendengar ada seorang putrid yang cantik, yaitu putrid raja dari kerajaan Sambawa, lalu sang raja mengutus beberapa tokoh adat kerajaan untuk ke Sembawa seraya meminang putri raja. Raja Sembawa menerima pinangan dari raja Mai Wallang dan langsung menyerahkan putrinya yang bernama Bumanema kepada para delegasi dari kerajaan Mai Wallang, setelah memenuhi beberapa persyaratan adat yang sudah disepakati kedua belah pihak, sesuai tradisi adat yang berlaku pada waktu itu, apabila seorang putrid raja keluar kawin maka harus didampingi oleh seorang perempuan sebagai dayang-dayang atau budak. Karena itu raja menyerahkan seorang perempuan bernama Kallang Buri untuk menjadi dayang-dayang dari Bunanema.
Kemudian para delegasi dari kerajaan Mai Wallang membawa putrid raja Bunanema bersama Kallang Buri ke kerajaan Kaia Wallang. Sementara dalam perjalanan mengarungi lautan, terjadi pertengkaran mulut antara Bunanema dan Kallang Buri, karena Kallang Buri mengakui dirinya sebagai putrid raja, pada saat merapat ke pelabuhan. Kallang Buri menolak Bunanema jatuh kelaut kemudian Kallang Buri memakai pakaian putri kerajaan dan menempatkan dirinya sebagai Bunanema. Rombongan kerajaan langsung membawa Kallang Buri ke istana raja Mai Wallang, sementara itu Bunanema berusaha meyelamatkan dirinya kedarat dan menyembunyikan dirinya diatas sebatang pohon asam dekat mata air, yang bernama Opualia. Kallang Buri disambut hangat oleh kerajaan bersama masyarakat dan diadakan kenduri besar-besaran dengan upacara adat lego-lego.
Sementara upacara adat berlangsung seorang permaisuri raja, yaitu ibunda raja Mai Wallang yang bernama Tunia Kau, pergi mengambil air untuk mandi di mata air Opualia, sementara sang permaisuri sedang menimba air Bunanema menampakan dirinya dan mengatakan bahwa ia adalah Bunanema putrid raja dan sementara yang berada di istana itu bukan putrid raja melainkan dayang yang bernama Kallang Buri.
Bunanema dibawah ke istana raja dan duduk di tingkat tujuh dalam maligai (kabi). Pada waktu menjelang siang Bunanema turun dan masuk dalam barisan lego-lego dibagian kiri, sedangkan Kallang Buri melepaskan ikatan rambutnya, maka bau busuk memenuhi ruangan lego-lego kemudian Bunanema melepaskan ikatan rambutnya juga maka tercium aroma harum semerbak memenuhi ruangan lego-lego.
Pada saat matahari terbit terjadilah pertengkaran hebat antara Bunanema dan Kallang Buri yang masing-masing mengakui dirinya sebagai putri raja, dan mau menjadi permaisuri raja Mai Wallang, pertengkaran di akhiri dengan perang tanding, Bunanema memegang alat tenun kain (tiang) dan duduk diatas lesung, sedangkan Kallang Buri yang mengaku dirinya putri raja ia memegang kelewang dan duduk diatas moko.
Giliran pertama diberikan kepada Kallang Buri untuk membela atau memotong Bunanema. Ayunan kesatu, dua dan tiga tidak berhasil malahan kelewang yang dipakainya patah, kemudian giliran Bunanema untuk membelah atau memotong Kallang Buri, hanya dengan sekali ayunan kayu tenun Kallang Buri bersama moko yang didudukinya langsung terbelah menjadi dua bagian dan semua isi perutnya keluar.
Kemudian Bunanema menikah dengan raja Mai Wallang dan perkawinan mereka dikarunia seorang putra yang bernama Weni Kalla. Pada waktu anak ini menjelang kanak-kanakan ia mencari belalang pada pada saat itu ada seekor belalang yang hinggap di dahan sebatang pohon terong, yang kebetulan tumbuh diatas kuburan Kallang Buri. Weni Kalla langsung memanah belalang tersebut sebab belalang itu mencaci maki ayah dan ibunya.
Kemudian Weni Kalla melaporkan kejadian tersebut kepada ayah dan ibunya, mereka langsung menuju ketempat kuburan dari Kallang Buri. Setelah tiba dikuburan Kallang Buri Weni Kalla memanah belalang tersebut lagi dan ternyata kali ini bidikan Weni Kallah tidak meleset dan langsung mengenai belalang tersebut namun belalang tersebut masih memaki ayah dan ibunya lagi mendengar itu sang ibu (Bunanema) mengambil busur dan panah milik Weni Kalla dan mematahkannya sehingga Weni Kalla langsung menangis dan tidak bisa dibujuk. Ibunya menawarkan segala macam makanan tetapi semuanya ditolak. Akhirnya ibunya menawarkan botok dan tawaran itu diterima oleh Weni Kalla.
Sementara ibunya menumbuk botok, sesuatu terjadi dikerajaan Kaila Wallang dimana air laut pun naik dan menenggelamkan kerajaan Kaila Wallang beserta isinya sampai sekarang ini. Ibu Weni Kalla yaitu Bunanema yang sementara menumbuk botok berubah menjadi batu dan sampai hari ini masih ada di dasar laut pantai Puntaru. Mahligai dan tiangnya yang dua belas batang juga masih ada sampai hari ini, botok yang ditumbuk oleh Ibunya Weni Kalla berubah menjadi pasir tiga warna yang unik yaitu berwarna putih bening, kuning emas dan hitam mengkilat yang hanya terdapat di Pantar Barat Puntara Desa Tude suku Tibe.
Sumber:
http://ale-dee1409.blogspot.com/2014/07/cerita-rakyat-alor-bunanema-dan-kallang.html
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |