Malang, merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terkenal akan apelnya yang khas. Masyarakat disana sangat beragam mulai dari masyarakat modern hingga masyarakat tradisional. Malang sendiri menyimpan banyak tradisi dari berbagai macam elemen budaya, salah satunya adalah elemen budaya ritual. Malang sebagai kampung halaman ayahku memiliki beberapa ritual khusus salah satu contohnya ialah budaya tahlilan saat ada yang meninggal.
Di Malang sendiri, setiap kali ada warganya yang meninggal, satu kampung langsung riuh, kabar meninggal yang sangat cepat menyebar, warga yang berdatangan untuk mengunjungi keluarga yang ditinggalkan, ada yang menyediakan keperluan-keperluan jenasah, seperti kursi, meja, keranda, kain kafan, sembako dll. Para warga disana melakukan apapun yang mereka bisa untuk meringankan beban dari keluarga yang ditinggalkan seakan akan yang wafat tersebut merupakan keluarga mereka juga. Apabila memungkinkan proses pemandian dan penguburan akan dilakukan pada hari itu juga
Tahlilannya sendiri berlangsung pada malam hari ba'da isya selama 1 minggu kedepan dimulai setelah penguburan jenasah, dan hanya diikuti oleh kepala keluarga yang biasanya adalah bapak--bapak sekitar lingkungan rumah. Di siang harinya keluarga yang ditinggalkan mempersiapkan keperluan untuk malam harinya, seperti karpet tempat para bapak-bapak duduk nantinya, berkat atau makanan yang akan mereka makan ditempat serta untuk dibawa pulang, buku-buku surat yasin serta keperluan lainnya, biasanya yang mengerjakan bagian ini adalah perempuan, ditambah oleh ibu-ibu sekitar rumah yang juga ikut membantu . Di malam harinya setelah isya, warga mulai berdatangan, semua berkumpul dan duduk berdampingan di rumah duka, setelah semua siap tahlilannya pun dimulai. dibimbing oleh pa ustad rentetan acara pun dimulai satu persatu, mulai dari pembukaan, pembacaan surat yasin, pembacaan doa-doa khususnya untuk almarhum, penutupan dan terakhir adalah pembagian berkat serta makanan yang akan dimakan ditempat. setelah itu warga pun pulang menuju rumah masing-masing, begitu seterusnya hingga 1 minggu mendatang setiap harinya.
Walau terkesan boros apalagi untuk biaya konsumsi bapak-bapak setiap harinya, sebenarnya tidak terlalu boros bahkan bisa saja keluarga tersebut tidak mengeluarkan biaya apapun untuk konsumsi, karena biasanya warga sekitar yang menyumbangkan sembako mereka kepada keluarga dan itu tidaklah sedikit sebab 1 kampung yang memberi bahkan dari luar kampung pun banyak yang memberi. aura kekeluargaan disana sangatlah terasa, selama sepekan warga sekitar sangatlah aktif, membantu apa yang dibisa, hal ini membawa dampak positif tersendiri selain mengurangi beban keluarga yang ditinggalkan juga untuk menghibur keluarga itu sendiri.
#OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja