|
|
|
|
Budaya Nyirih Masyarakat Tanah Karo Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_19818010_Mirna Yosefin Barus. |
Nyirih merupakan salah satu tradisi yang cukup terkenal di antara masyarakat Karo. Kebanyakan dari mereka menyebutnya "man belo". Frasa tersebut diambil dari bahasa Karo asli yaitu "Man" yang artinya makan dan "belo" yang berarti sirih.
Kebiasaan man belo di Tanah Karo ini sekarang sudah mulai memudar. Hanya sebagian saja yang mengikuti kebiasaan ini, kebanyakan nenek yang berusia lanjut saja yang masih mengikuti kebiasaan ini. Sangat jarang sekali ditemukan anak-anak ataupun bapak-bapak yang melakukan kebiasaan tersebut. Mungkin bisa dibilang tidak ada.
Bagi wanita berusia lanjut di daerah Karo, man belo ini merupakan sebuah ketergantungan yang tidak bisa ditinggalkan. Pagi, siang, malam pun pecandu sirih ini tidak pernah lupa memakan sirihnya. Biasanya mereka melakukan kebiasaan itu setelah makan nasi. Bahkan saat bepergian ke luar kota maupun ke luar negeri, perlengkapan sirihnya selalu dibawa. Mungkin ketergantungan pada sirih ini bisa kita samakan dengan para pecandu rokok. Walaupun efeknya sangat jauh berbeda. He he he. Kalau rokok tentunya berdampak negatif, sangat berbeda dengan belo (sirih) ini yang justru sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Apasih manfaat nyirih ini sebenarnya? Sepengetahuanku, sirih itu sangat banyak manfaatnya, salah satunya yaitu membantu dalam menjaga kesehatan gigi. Jadi nenek yang suka nyirih giginya pasti jauh lebih kuat daripada nenek yang tidak suka nyirih.
Bagaimana sih cara nyirih itu? Jadi nyirih itu ga hanya langsung ngunyah sirih aja lho. Tapi juga dicampur dengan bubuk-bubuk tertentu. Setahuku biasanya daun sirih ini dicampur dengan bubuk kapur, baru dikunyah. Nah, setelah dikunyah cukup lama sirih ini ga kita makan (walaupun disebutnya man belo alias makan sirih) , melainkan kita buang (seperti permen karet saja yaa he he). Tapi anehnya, hasil buangan sirih ini warnanya berubah setelah dikunyah, yaitu menjadi warna merah darah. Jadi seram deh liatnya kalo abis ngunyah sirih. He he he.
Sekian sebagian cerita dariku, seorang anak Karo tentang nyirih. Mejuah-juah! Salam Budaya!
Mari selamatkan budaya Indonesia! :)
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |