Pada waktu lalu di Kalbano, suatu tempat yang terletak di pantai selatan pulau Timor, berdiam seorang petani, Taus Taopan namanya. Selain bertani ia pun sewaktu-waktu pergi mengail ikan. Pada suatu hari ia pergi mengail ikan dipantai laut Kalbano. Kail yang sedang diturunkan ke dalam air, tidak berapa lama terasa umpannya dimakan ikan. Tali kail segera ditarik tetapi sayang sekali kail tersebut putus sehingga mata kailnya tertinggal di dalam air. Ia berpikir bahwa pasti ia akan yang memakan umpannya itu adalah ikan yang besar. Setelah diselidiki maka ternyata yang sedang menelan kailnya itu adalah seekor buaya besar yang bernama Besimasi. Ia sangat susah karena kailnya hanya sebuah itu saja. Ia mencari cara-cara apa yang harus dilakukan nanti agar mata kailnya itu ditemukan kembali. Keesokan harinya ia kembali ke pantai, kalau-kalau ikan yang menelan kailnya itu naik kedarat. Di pantai, didapatinya seorang perempuan itu katanya: "Hai perempuan, apa yang sedang kau kerjakan?" Jawab perempuan itu: "Saya membersihkan tali perut babi untuk kuambil gemuknya. Gemuk itu akan kupakai menggosok kerongkongan raja yang sedang sakit."
Taus Taopan berpikr mungkin sekali mata kailnyalah yang tersangkut di kerongkongan raja sehingga menyebabkan kerongkongan raja saki. Taus Taopan bertanya lagi, kepada perempuan itu: "Bolehkah saya melihatnya?" Jawab perempuan itu: "Terhadap permintaanmu itu, akan kusampaikan kepada raja, dan apabila raja menghedakinya, maka akan kusampaikan kepadamu besok nanti."
Besok harinya Taus Taopan pergi lagi ke pantai, dan ternyata perempuan itu telah lebih dahulu berada disana. Diberitahukannya kepada Taus Taopan bahwa raja sangat menyetujui permintaanmu. Dikatakannya pula bahwa sudah banyak dukun dipanggil untuk mengobati raja namun sia-sia segala usaha itu. Oleh sebab itu permintaanmu sangat disetujui raja dan untuk itu saya akan mengantarkan saudara. Ia pun masuk ke dalam air bersama Taus Taopan.Sesampai di air yang dalam ia memerintahkan Taus Taopan untuk naik di atas punggungnya sambil menutup mata. Sementara ia menutup mata perempuan itu pun berubah menjadi seekor buaya yang besar.
Tidak lama kemudian merekapun tiba di tempat yang dituju. Di tempat itu terdapat sebuah istana yang megah. Di sana ia melihat banyak orang tua memenuhi istana . Perempuan yang telah berubah bentuk itu masuk kedalam istana dan melaporkan kepada raja Uis OE. Taus Taopan dipersilakan masuk untuk melihat dari dekat penyakit raja. Setelah ia melihat kerongkongan raja yang sedang bengkak itu, lalu ia memohon kesediaan raja agar diantar kembali ke darat dalam rangka mempersiapkan obat-obatan yang diperlukan. Keesokan harinya ia kembali lagi ke pantai menemui perempuan yang siap mengantarnya itu. Setiba di istana raja ia pun mengambil sebuah kemiri, dihancurkannya untuk meminyaki dan menguruti kerongkongan raja.
Kail yang tersangkut di leher raja, perlahan-lahan diurutinya sampai memohon kesediaan raja untuk membuka mulutnya. Taus Taopan memasukkan tangannya ke dalam mulut raja dan mengangkat mata kail tersebut. Semua yang hadir menundukkan kepala, sambil menutup muka karena ketakutan. Mata kail yang dikeluarkannya itu disembunyikan oleh Taus Taopan dan digantikan dengan sepotong akar, yang telah disiapkan terlebih dahulu. Pada saat orang-orang membuka mata, lalu ditunjukkan akar tersebut dan dikatakan sebagai penyebab sakit tersebut. Para dukun dari dalam air yang ikut hadir, heran melihat dukun darat yang hebat itu. Kemudian ia meninggalkan istana sambil berpesan kepada raja, bahwa 2 hari kemudian barulah saya datang melihat keadaan raja. Dua hari kemudian datanglah Taus Taopan. Didapatinya raja sedang berjalan-jalan, pertanda penyakitnya berangsur-angsur sembuh. Raja pun bertanya: "Siapa namamu?" Jawabnya: "Saya bernama Taus Taopan." Lalu raja berkata: "Oleh karena engkau adalah orang dari darat yang telah berbuat baik terhadap saya di dalam air, maka adalah layak bagi saya untuk membalas kebaikanmu. MUti, salak, dan uang perak sebanyak 8 guci telah dipersiapkan untuk diberikan kepadamu sebagai balas jasa. Taus Taopan tetap berdiam diri. Terlintas dalam pikiran raja, bahwa mungkin sekali ada kebutuhan tertentu, yang diharapkan oleh Taus Taopan. Oleh karena itu ia menawarkan anak perempuan yang satu-satunya itu kepada Taus Taopan. Terhadap tawaran itu Taus Taopan menyetujuinya. Raja berpesan agar Taus Taopan suka menjaga anaknya dengan baik di darat, jangan sampai dikawini orang lain." Seharusnya anak saya ini saya kawinkan dengan orang yang berpangkat raja, karena turunan dan lagi ia sangat cantik. Tetapi oleh karena engkau telah berjasa kepada saya, maka terpaksa saya harus menyerahkan kepadamu. Hendaklah kamu berdua selalu mengunjungiku sebab dengan demikian saya dapat mengetahui dengan jelas keadaan rumah tangga kalian."
Raja sangat bersedih hati karena anaknya akan dibawa ke darat. Sebelum mereka berangkat, mereka diperlengkapi dengan harta kekayaan. Untuk itu Taus Taopan harus terlebih dahulu ke darat untuk membuat kandang. Raja berpesan agar kandang itu cukup terbuat dari tali gewang yang dilingka-lingkar menjadi bulatan, karena dengan cara demikian akan jauh lebih mudah dan lebih cepat. "Apabila segala sesuatunya telah selesai maka laporkanlah kepada Saya," demikian pesan raja. Sekarang tibalah waktunya sang raja bersama seluruh keluarga dan isi negeri mengantarkan Taus Taopan bersama isteri dan seluruh kekayaan, berupa kerbau dan muti salak ke darat. Sesampai di darat diadakan perpisahan. Keadaan ini sangat menyedihkan raja dan keluarganya. Sebelum raja dan keluarga serta seluruh pengikut masuk ke dalam air, terlebih dahulu raja berpesan agar yang bernama Bi Boi itu dijaga baik-baik supaya jangan dirampas orang, sebab jika demikian, maka raja tidak akan dikunjungi lagi." Kunjungilah saya selalu, apabila tidak demikian maka berarti anak saya telah dirampas orang sehingga karenanya harta pusaka tidak akan kuberikan kepadamu lagi." Dengan demikian paka perpisahan pun terjadi dan selanjutnya Taus Taopan dan isterinya tetap hidup di darat dan menetap di Kolbano dengan segala kekayaannya. Karena hewan-hewan mereka semakin berkembang biak maka mereka berusaha mencari tempat yang baru. Ia berniat menyampaikan hal itu kepada raja KOlbano yang bernama Mili Boimau. Namun masih menunggu kesempatan yang baik untuk menyampaikan niatnya itu.
Pada suatu hari ketika Miliki Boimau mengadakan perjalanan keliling untuk mengunjungi rakyatnya, tibalah ia pada tempat kediaman Taus Taopan. Ia terperanjat menyaksikan kekayaan dan isterinya. Selain itu raja ingin mengawini isteri Taus Taopan karena tertarik akan kecantikannya. Kerana keinginannya ini maka ia tidak dapat meneruskan perjalanannya lagi dan pulang ke istana. Raja berdaya upaya untuk mengawini Bi Boi, isteri Taus Taopan. Pada suatu hari datanglah Taus Taopan kepada raja hendak meminta daerah baru. Permintaan ini disetujui oleh raja dan raja sendiri bersama pengawal-pengawalnya akan menunjukkan daerah yang akan diberikan kepada Taus Taopan. Dalam perjalanan tersebut raja senhgaja lupa akan kekang kudanya, dan untuk itu Taus Taopan disuruh pergi mengambilnya. Ternyata kekang kuda itu sulit dicari di istana karena disembunyikan oleh raja sendiri. Cukup lama Taus Taopan mencari kekang kuda itu. Karena itu Taus Taopan dituduh berzinah dengan isteri raja.
Berkenaan denga itu maka raja mengharuskan Taus Taopan mengawini isterinya dan sebaliknya raja harus mengawini istri Taus Taopan. Seluruh kekayaan Taus Taopan pun harus diserahkan kepada raja. Taus Taopan sangat bersedih hati karena keputusan raja itu, namun sebagai rakyat jelata, ia harus tunduk pada keputusan raja. Dengan demikian maka Taus Taopan tidak dapat mengunjungi raja air lagi. Oleh sebab itu raja air, yaitu Uis OE tidak lagi memberikan harta kekayaan dari dalam air, sehingga perkembangan hewan dan muti salak makin lama makin berkurang. Perkawinan antara raja Mili Boimau dengan bekas isteri Taus Taopan pun dilangsungkan. Di samping itu kekayaan raja berupa hewan dan muti salak yang diperolehnya dari Taus Taopan pun ikut menjadi kebanggaan raja dan rakyatnya. Dengan demikian, maka mulai saat itu rakyat setempat mulai menyembah buaya sebagai dewa atau raja air yang bernama Uis OE.
Sampai sekarang sebagian dari orang Dawan masih menyembah buaya sebagai raja air. Mereka beranggapan bahwa raja air yaitu buaya dapat memberikan berkat berupa kekayaan dan sebagainya.
sumber:
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...