Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Kaba (Hikayat Minangkabau) Sumatera Barat Sumatera Barat
Bonsu Pinang Sibaribuik
- 26 November 2018

Lama berkelana Tuanku Rajo Tuo menemukan tambatan hati baru di Nagari Guguak, Kubuang Tigo Baleh. Sang istri memiliki wajah yang mirip dengan permaisuri yang telah meninggal. Tuanku Rajo Tuo kemudian diberi tanah dan berdiam di kampung kecil dalam Nagari Guguak yang bernama Sungai Nyalo.
Nagari Guguak bertetangga dengan Nagari Padang Duobaleh, yang dipimpin oleh raja lalim (Raja Angek Garang), raja yang berasal dari kalangan penyamun dan menghidupi nagari tersebut dengan hasil samun, judi dan adu ayam. Keberadaan 3 orang anak Tuanku Rajo Tuo dipandang sebagai potensi bahaya yang akan mengganggu kekuasaanya kelak. Maka dirancanglah suatu fitnah dengan mengirimkan wabah penyakit ke Nagari Guguak yang menyebabkan ternak, tanaman dan masyarakat menderita. Obatnya hanya satu, darah dari ketiga anak Tuanku Rajo Tuo.

Hasil rapat para basa di Nagari Guguak menyepakati untuk menuruti solusi dukun kroni Raja Angek Garang. Ketiga anak Tuanku Rajo Tuo yaitu Rondok Dindin, Murai Batu dan Bonsu Pinang Sibaribuik dibawa ke hutan oleh dubalang untuk disembelih. Namun dubalang asal Pagaruyung ini sedari awal sudah curiga akan konspirasi ini, mereka menukar darah ketiga pangeran ini dengan darah rusa, kijang dan kambing hutan untuk dibawa pulang. Tiga orang adik beradik dilepas dalam hutan, mencari nasib sendiri-sendiri.
Rondok Dindin (9 tahun), Murai Batu (7 tahun) dan Bonsu Pinang Sibaribuik (5 tahun) bertahan hidup dari berburu hewan kecil. Malang bagi mereka yang mereka makan adalah seekor ayam birugo, ayam keramat milik Gaek Gunuang Salasiah yang bersemayam di hutan. Konsekuensinya, siapa yang makan kepala nantinya akan menjadi raja, yang makan sayap menjadi hulubalang dan yang makan bagian ekor akan menjadi budak. Setidaknya demikianlah kata Gaek Gunuang Salasiah.
Singkat cerita mereka menempuh takdirnya masing-masing. Rondok Dindin menjadi raja di Palinggam Jati (Padang Selatan), Murai Batu menjadi hulubalang di Aceh, dan Pinang Sibaribuik diperjualbelikan sebagai budak sampai di Malaka.

Pinang Sibaribuik kemudian dimerdekakan oleh seorang syahbandar di Malaka dan menjadi pegawainya. Namun karena fitnah anak buah saudagar yang dulu memilikinya sebagai budak , maka ia dipenjara dengan tuduhan menghamili tunangannya sendiri, sehingga syahbandar dapat malu. Dalam penjara dia bertemu putra mahkota dari Raja Bajak Laut. Dengan bantuannya Pinang Sibaribuik melarikan diri dan memulai karir sebagai bajak laut. Lama menjadi bajak laut hingga punya armada sendiri, Sibaribuik dilenakan oleh istri barunya sehingga hasil bajakan berkurang. Raja bajak laut murka dan menitahkan hukum bunuh untuk Sibaribuik. Sibaribuik akhirnya dibuang ke lautan di perairan Champa.
Ia selamat dan terdampar di pesisir Champa. Diselamatkan oleh Gaek Jakun, adik seperguruan Gaek Gunuang Salasiah di Kubuang Tigo Baleh. Tiga tahun bersama Gaek Jakun ia menemukan jati dirinya yang sebelumnya dia tidak tahu. Gaek juga menurunkan segala ilmu dan kesaktian yang dimilikinya. Pada akhirnya Gaek mengutusnya membantu perjuangan rakyat Bayan Toran dan Parik Paritanun, dua dari lima nagari di Champa yang tersisa pasca penaklukan orang Kencu (Dai Viet, di Vietnam Utara).
Sibaribuik pun menjadi panglima pasca menyelamatkan raja Bayan Toran dari kudeta oleh hulubalangnya sendiri, yang dihasut oleh musuhnya. Dia sempat kawin di sana, mempunyai seorang anak namun malang istrinya meninggal. Setelah itu Sibaribuik minta izin meninggalkan Champa, dan dimulailah petualangannya untuk kembali ke tanah airnya.

Singkat cerita Sibaribuik menelusuri kota-kota pelabuhan di sepanjang Asia Tenggara, Asia Selatan hingga Persia. Banyak nama-nama negeri dalam istilah Minangkabau lama yang menyebut daerah-daerah seperti Banua Siam, Kaliang Gandowari (Kalingga – India Timur), Koto Malabari (Malabar – India Barat), Gujarek Rajosutan (Gujarat-Rajashtan), Kumbaiek (Cambay), dan Palinggam Rayo (kemungkinan Bandar Abbas, Persia). Ia sampai kembali di Malaka dan menemui syahbandar ayah angkatnya dulu yang ternyata sudah tua dan tak berkuasa.

Sedikit cerita roman adalah, ambisi Sibarobuik untuk memperistri Puti Sitawa Mato, kemenakan ayahnya yang menjadi raja di Kualo Banda Mua (sekitar Salido). Ambisi ini pula yang menjadi salah satu motivasinya untuk pulang kampung. Namun Puti Sitawa Mato yang tidak mengetahui asal usul Sibaribuik menolak mentah-mentah pinangannya disertai hinaan bahwa Sibaribuik hanyalah golongan bajak laut yang amat tidak pantas dengan dirinya. Pada episode ini Sibaribuik bekerja dengan Portugis di Malaka dan diangkat anak oleh salah seorang pejabat Portugis.


Singkat cerita ia akhirnya bisa kembali ke Sungai Nyalo, Nagari Guguak menemui ayah bundanya dan menyerang Padang Duobaleh. Rajo Angek Garang sendiri justru tewas di tangan Puti Sitawa Mato. Saat itu rombongan Puti Sitawa Mato yang hendak minta bantuan ke Pagaruyung di hadang oleh tiga gelombang penyamun, salah satunya yang terakhir yaitu kelompok Rajo Angek Garang. Setelah dibawa oleh Sibaribuik menemui ayahnya barulah Puti ini menyadari hubungan kekerabatan, namun apa daya ambisi Sibaribuik tertahan lagi karena ternyata Puti sudah bertunangan dengan Sutan Sari Ribuik, putera raja yang menjabat sekarang (sepupu ayah dari Sibaribuik).
Akhirnya Sibaribuik mengantarkan Puti Sitawa Mato ke Pagaruyung. Sempat terjadi perkelahian dengan Sutan Sari Ribuik yang cemburu namun akhirnya perselisihan diselesaikan dengan pertaruhan antar kedua cucu Bundo Kanduang ini. Sibaribuik menang dan mendapatkan Puti Sitawa Mato. Namun pertaruhan ini tidak disetujui oleh Tuanku Alam Sati, raja sekarang. Menurutnya yang menentukan adalah Puti Sitawa Mato sendiri.

Cerita berakhir dengan episode Tuanku Alam Sati, menguji kesaktian Sibaribuik sebagai bukti kalau dia benar-benar anak kakaknya dan murid dari Gaek Jakun, adik seperguruan dari guru Tuanku yaitu Gaek Gunuang Salasiah.

Sumber:

https://mozaikminang.wordpress.com/2012/02/13/ringkasan-kaba-pusako-bonsu-pinang-sibaribuik/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline