Mungkin diantara kita pernah datang ke ke suatu Resepsi pernikahan atau ke salon kecantikan dan menemukan seorang laki-laki yang berparas cantik, berambut panjang, kulit putih dengan ginju memerah dibibirnya. tidak banyak yang mengetahui, jikalau dulunya (Pra-Islam) seorang Waria (Calabai, Wandu, banci, bencong) ini memiliki posisi yang terhormat dalam tatanan masyarakat, Ia adalah penyambung lidah Raja dan Rakyat, penghubung anatara Raja dengan Dewata SeuwaE.
(Foto Salah satu Bissu yang sedang melakukan Ritual, Sumber : Sempugi)
Kata "Waria" dalam bahasa Bugis disebut "Calabai", memiliki akar kata dari Sala bai atau sala baine yang berarti bukan perempuan dikarenakan lahir sebagai Pria namun bertingkah laku sebagai perempuan (Farid Makkulau: Refleksi). Masa kerajaan Pra-Islam di Sulawesi-selatan merupakan masa dimana Bissu mengalami kejayaan, Ia ditempatkan dalam tatanan masyarakat yang tinggi, memiliki peran penting dalam kerajaan (Addatuang), diberikan tanah kerajaan untuk diolahnya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dan melengkapi ritual-ritualnya. Bissu berasal dari kata "Bessi" atau "Mabessi" yang berarti suci,bersih, dan tidak kotor, mereka tidak memiliki payudara dan tidak mengalami menstruasi. selain Waria ada pula Bissu perempuan (Calalai atau perempuan yang bersifat laki-laki), yakni mereka yang menjadi Bissu setelah mengalami monopaus atau masa tidak subur (Makkulau : Refleksi).
Membahas tentang Bissu tentulah tidak lepas dari Cerita Epos I La Galigo, Pendeta Bugis kuno ini tertulis dalam Sureq I La Galigo. dalam Epos Sureq I La Galigo, Batara Guru turun dan keluar dari batang bambu, Keterasingan Batara Guru yang berasal dari dunia atas (Boting Langi) terobati dengan pertemuannya dengan We Nyili Timo dar dunia Bawah (Bori Liung/ Paretiwi). dan keduanya bertemu dan hidup secara turun temurun di dunia tengah (Ale Kawa). Dari sinilah diyakini tradisi Bissu berawal dan menyebar ke seluruh wilaya Sulawesi Selatan. (Farid Makkulau:Refleksi) Diturunkannya We Sawammenga ini adalah atas usul Datu PatotoE' kepada permasisurinya,
"Baik sekali kalau kita turunkan bissu ahli agar merekalah nanti mempersiapkan kelengkapan upacara kehiyangan langitnya kalau kelak anak menantu kita mulai hamil."
We Sawammenga diminta oleh Batara Guru dan istrinya agar memohonkan keduanya kepada Dewa agar memperoleh Putra Mahkota. Maka We Sawamenga pergi tidur selama tujuh malam. Dalam tidurnya itu Ia merasakan dirinya naik ke langit (Botong Langi) dan turun ke dunia bawah (Bori Liung/Paretiwi), memohonkan kehendak Batara Guru dan Istrinya. Setelah sadar dari tidurnya, We Sawammenga menyampaikan bahwa sudah dekat masanya We Nyilik Timo tidak haid lagi dan kelak akan melahirkan seorang anak laki-laki. (Salim : Kompas).
Proses menjadi Bissu ataupun menjadi Puang Matowa Bissu (Ketua Bissu) bisa anda baca pada buku "Manusia Bissu terbitan Refleksi tahun 2008 yang ditulis oleh wartawan pangkep yang bernama M. Farid W. Makkulau)
Bissu dalam kehidupan sexsual tidak banyak referensi yang didapat, ini karena Sexsual sendiri merupakan hal yang intim. tapi dalam Buku Manusia Bissu disebutkan bahwasannya Bissu biasanya mengangkat seorang laki-laki dalam membantu kegiatan sehari-harinya, laki-laki ini disebut dengan "To Boto" dan laki-laki ini akan tinggal membantu kegiatan sehari-hari bissu dan genap tiga tahun akan melepaskannya dan biasanya menikahkannya dimana Bissu menanggung segala kebutuhan pernikahan tersebut.
Allahu A'lam
Sumber :
M. Farid W. Makkulau. 2008. Refleksi. Makassar.
Ra, Kern. I La Galigo.
Foto : Sempugi
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.