|
|
|
|
Betik Dayak Kenyah Uma'Lung Tanggal 08 Jan 2019 oleh Sri sumarni. |
Betik pada suku Dayak Kenyah Uma’ Lung merupakan warisan nenek moyang yang telah ada sejak dahulu kala, dan secara turun-temurun diwarisankan kepada generasi berikutnya. Namun sejak tahun 1948 mengalami perubahan karena adanya pengaruh masuknya agama dan pengaruh kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga generasi berikutnya mulai kurang tersentuh dengan karya budaya betik. Dalam suku Dayak Kenya Uma’ Lung, betik (tato) direpresentasikan sebagai lambang keagungan dan positioning pada strata sosial di masyarakat setempat.
Secara khusus, pada wanita Dayak Kenya Uma’ Lung, betik (tato) adalah lambang kecantikan yang berisikan makna-makna filosofis kehidupan alam fana dan alam baka. Penggunaan tato pada wanita Suku Uma’ Lung adalah intepretasi terhadap pengakuan atas posisi wanita yang patut untuk dihormati dan diagungkan. Bagi wanita pengguna tato pada suku Dayak Kenya Uma’ Lung adalah adanya hasil ukiran menggunakan jarum dan tinta khas yang digambar pada lengan dan kaki mereka. Betik (tato) pada wanita Uma’ Lung direpresentasikan sebagai bentuk pujian atas kecantikan yang dimiliki individu wanita tersebut. Kecantikan tidak hanya dimaknai sebagai rupa yang elok secara lahiriah, namun juga interpretasi atas cantik secara batiniah. Jenis gambar dan letak betik (tato) juga menunjukan strata sosial individu dan pengkhususan terhadap gender.
Pada wanita suku Dayak Kenya Uma’ Lung, betik (tato) merupakan pembeda dalam posisi gender. Semua wanita di betik (tato), sedangkan kebanyakan pria tidak. Wanita membedakan dirinya terhadap lainnya dengan tanda betik (tato) yang terpasang di lengan serta kaki. Wanita Dayak Kenyah Uma’ Lung tidak ingin tangan mereka nampak seperti tangan laki-laki yang berbulu dan kekar. betik (tato) merupakan tanda (sign) bahwa mereka adalah wanita yang anggun dan terlihat cantik dengan gambar yang terukir di lengan dan kaki.
Betik (tato) pada tubuh masyarakat dayak merupakan bagian dari eksistensi aturan adat. Penggunaan tato sebagai symbol atau penanda pada tubuh, terutama wanita Dayak Kenya Uma’ Lung adalah gambaran ekspresi terhadap pengalaman-pengalaman, harapan dan kecintaan mereka terhadap sesuatu. Selain itu, betik (tato) juga digunakan sebagai penanda identitas diri dan keberadaan individu tersebut di tengah-tengah masyarakatnya. Masyarakat Dayak Uma’ Lung mengenal tato sebagai bagian dari ritual tradisional yang terhubung dengan peribadatan dan adat budaya. Tato yang melekat ditubuh mereka secara permanen merupakan bentuk pertalian dan menunjukan posisi mereka pada tingkatan status sosial di masyarakatnya.
Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |