×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Bangunan Bersejarah

Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Provinsi

Gorontalo

Asal Daerah

Gorontalo Utara

Benteng Orange

Tanggal 12 Apr 2014 oleh Roby Darisandi.

Tempat pembangunan Benteng Orange cukup strategis, dan tersebunyi disebuah bukit sekitar 600 meter dari jalan Trans Sulawesi. Setelah memasuki areal benteng, disana terpampang papan nama benteng yang bertuliskan 'Cagar Budaya Benteng Orange' oleh kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Tampak, papan ini itu belum lama terpasang didepan tangga pertama benteng.
Benteng Oranje
Untuk menembus benteng, harus meniti 139 anak tangga terbuat dari batu gunung berukuran 1x setengah meter. Setelah melalui tangga ke 78, ditemui ada sebuah pos penjagaan. Kemudian, ketika mencapai tangga ke 120 ada satu lagi pos penjagaan. Sayangnya, pos jaga tentara Portugis ini sudah rusak, sehingga yang terlihat hanya beton bersegi empat ukuran 2×2 meter. Perjalanan belum sampai disitu, untuk memasuki pintu gerbang benteng masih ada 29 anak tangga lagi. Disamping kanan, ada post penjagaan lagi yang ukurannya cukup besar. Meski terlihat kumuh namun masih berdiri kokoh. Nampaknya, pejagaan dulu oleh Portugis sangat ketat. Setiap yang masuk harus diperiksa melalui penjaga pos.

 

Suasana hangat dan sejuk menyambut siapapun yang mengunjungi situs sejarah ini karena areal benteng dipenuhi pohon ketapang yang rimbun. Dari pos induk ini, terlihat satu benteng besar yang kokoh disebelah kiri, dan ada lagi satu pos pengintai dibagian kanan, dengan 45 anak tangga untuk berada dipuncak pos pengintai. Diduga, pos pengintai musuh digunakan oleh Portugis untuk melihat dari jarak jauh kapal-kapal bajak laut atau musuh yang datang menyerang karena dari pos pengintai ini terlihat jelas hamparan laut luas.
Di pos pengintai, ada sebuah benteng perlindungan berbentuk bundar dengan ukuran sekitar 10×10 meter dan ketebalan dinding hampir setengah meter. Sayangnya, kini benteng yang satu ini sudah tertimbun tanah, dan sudah ditumbuhi rumput liar karena tak dirawat.
Untuk memasuki benteng utama, harus melalui satu pos penjagaan kecil. Benteng utama ini konon dibuat untuk menjadi sarang pertahanan seluruh tentara Portugis. Betapa tidak, benteng utama ini berukuran 50 x 40 meter persegi dengan ketebalan dinding 60 centi meter. Dibagian kanan benteng, ada lagi satu ruangan terbuka untuk ditempati meriam. 13 anak tangga harus dilalui untuk berada di tempat meriam ini. Dibagian ujung benteng, terdapat dua ruangan. Satu ruangan yang langsung mengarah ke laut sebagai tempat meriam dan satunya lagi sebagai ruang pelindung.
Menariknya dimasing-masing ruangan ini, ada tangga terowongan menuju tempat perlindungan bawah tanah. Dibawah tempat penempatan meriam, ada sebuah tangga menjulur kebawah yang menghubungkan dengan ruangan bawah tanah yang terletak dibagian tengah benteng utama ini. Karena, tangga ruang bawah tanah ini sudah tertimbun maka tidak bisa diprediksi berapa luas ruang bawah tanah tersebut. Konon, tempat itu menjadi ruang perlindungan bagi pejabat Portugis juga untuk prajurit jika situasi perang.
Sementara, untuk tangga terowongan yang berada bawah tempat perlindungan menuju ke laut. Sayangnya, terowongan ini sudah tertimbun tanah. "Terowongan bawah tanah ini sekitar 100 meter menuju kelaut. Digunakan Portugis untuk memasuki benteng dari arah laut.
Menurut Opa Gani warga Sulawesi tenggara yang sudah 18 tahun menjaga benteng ini menuturkan, nama asli benteng Orange belum diketahui. Namun, ketika bangsa Belanda memasuki kawasan Gorut pada abad ke 18, mereka kemudian menamakan benteng peninggalan Portugis dengan nama Orange. "Kenapa dinamakan Benteng Orange, karena saat itu ada beberapa orang Belanda yang bermain volli ball di benteng utama yang saat ini saya ditanami tanaman jagung dan ubi jalar. Kala itu, orang-orang Belanda yang main volli menggunakan baju warna orange sehingga pimpinan Belanda berinisiatif menamakan benteng ini Benteng Orange," tutur Lagani, sambil mengingat-ingat sejarah keberadaan benteng tersebut.
Pemugaran benteng baru dilakukan tiga kali. Pertama, saat Belanda menduduki wilayah Gorut 350 tahun silam dan kedua pada tahun 1980 dipugar oleh bagian kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Dan baru-baru ini, dilakukan perbaikan. Itupun hanya beberapa bagian benteng misalnya, pagar benteng serta jalan menuju benteng.
Kondisi Benteng Orange cukup memprihatinkan. Tak diurus, akibatnya beberapa bagian benteng sudah rusak. Bahkan, tidak ada lagi ditemukan benda-benda peninggalan Protugis maupun bangsa Belanda yang lama memanfaatkan benteng sebagai pertahanan. Padahal, benteng orange ini bisa jadi salah satu icon wisata yang dapat diandalkan.

DISKUSI


TERBARU


ASAL USUL DESA...

Oleh Edyprianto | 17 Apr 2025.
Sejarah

Asal-usul Desa Mertani dimulai dari keberadaan Joko Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya yang menetap di Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamong...

Rumah Adat Karo...

Oleh hallowulandari | 14 Apr 2025.
Rumah Tradisional

Garista adalah Rumah Adat Karo di Kota medan yang dikenal sebagai Siwaluh Jabu. Rumah adat ini dipindahkan dari lokasi asalnya di Tanah Karo. Rumah A...

Kearifan Lokal...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Setiap Kabupaten yang ada di Bali memiliki corak kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Salah satunya Desa Adat Tenga...

Mengenal Sejara...

Oleh Artawan | 16 Mar 2025.
Budaya

Pura Lempuyang merupakan salah satu tempat persembahyangan umat hindu Bali tertua dan paling suci di Bali. Terletak di lereng Gunung Lempuyang, di Ka...

Resep Layur Bum...

Oleh Masterup1993 | 24 Jan 2025.
Makanan

Ikan layur yang terkenal sering diolah dengan bumbu kuning. Rasa ikan layur yang dimasak dengan bumbu kuning memberikan nuansa oriental yang kuat...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...