Dalam bahasa Bugis, namanya Becce Laung. Warga Makassar lebih mengenalnya dengan nama Sakko-Sakko yang artinya tersedak. Untuk menikmati kudapan unik khas Bugis ini harus didampingi teh, kopi, atau paling tidak air putih. Sebab camilan dalam segala suasana ini rawan membuat orang tersedak.
Becce Laung berbahan beras 200 gram, 1/4 kelapa muda yang dihilangkan kulit arinya lalu diparut memanjang, dan satu sendok teh garam. Cara membuatnya, beras direndam semalaman, tiriskan, lalu giling hingga halus. Masukkan parutan kelapa dan garam untuk menambah rasa lalu campur hingga merata. Adonan itu disangrai hingga warnanya kecokelatan dan wujudnya sudah seperti butiran-butiran. Sajikan bersama gula pasir. Beras giling atau tepung itu membungkus parutan-parutan kelapa. Jangan lupa padukan dengan teh, kopi, atau air putih untuk berjaga-jaga sebelum tersedak.
Becce Laung ini tahan lama, bahkan anak-anak kuliah era 1990-an menjadikannya bekal kembali ke kota setelah pulang kampung. Becce Laung pun kerap dijadikan bekal oleh jamaah haji tempo dulu, saat itu perjalanan ke tanah suci masih menggunakan kapal laut sehingga memakan waktu cukup lama.
Sebenarnya hampir semua daerah di Indonesia punya penganan seperti Becce Laung ini. Misalnya Betawi dan Sunda, hanya saja penamaannya berbeda. Soal nama Becce Laung sendiri dari versi Bugisnya, tidak ada kisah pastinya. Mungkin saja karena biasanya yang membuat penganan ini perempuan, sehingga dinamakan Becce, karena Becce dalam bahasa Bugis itu artinya perempuan atau gadis. Sementara kata Laungnya itu artinya lama. Mungkin karena panganan ini tahan lama atau awet. Sementara dari versi bahasa Makassar dengan nama Sakko-sakko, yang artinya tersedak, karena jika menikmatinya memang orang kerap tersedak.
Jangan hirup udara lewat hidung saat menyantap Becce Laung ini, bisa-bisa tepungnya ikut terhirup.
Bisa dibeli di:
Sumber: https://www.merdeka.com/gaya/becce-laung-kudapan-usil-tapi-istimewa.html
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang