Indonesia terdiri dari banyak pulau, dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, kebudayaan yang dimiliki juga tak terhitung banyaknya. Mulai dari makanan dan minuman, tarian, baju adat, rumah adat, upacara, alat perang / senjata, pertunjukan, dan masih banyak lagi. Kali ini, saya akan menjelaskan tentang makanan daerah yang berasal dari Nias. Nias adalah pulau yang terletak di daerah Sumatera Utara. Nias dibagi menjadi 1 kota dan 4 kabupaten; Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan, dan Kabupaten Nias Utara. Biasanya, Pulau Nias terkenal dengan kekayaan alam lautnya. Ternyata, selain keindahan alam lautnya, Pulau nias juga memiliki seni budaya yang menarik dan juga kuliner yang sangat sedap. Bawi Ni’owuru adalah salah satu kuliner dari Nias yang lebih tepatnya berasal dari Kabupaten Nias Selatan.
Bawi Ni’owuru atau biasa juga disebut dengan Bawi Ni’asioni adalah daging babi (non-halal) yang diawetkan di dalam wadah berisi air garam, lalu digoreng maupun direbus. Cara membuatnya sangatlah mudah, hanya saja membutuhkan waktu yang lumayan lama. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan semua alat dan bahan. Bahan yang dibutuhkan adalah daging babi, lemak/minyak babi, garam, dan air. Alat yang dibutuhkan adalah wadah untuk merendam daging di dalam air garam, penggorengan, sodet, kompor, pisau, dan talenan. Setelah semua alat dan bahan sudah disiapkan, tahap kedua adalah memotong daging menjadi beberapa lembar, jangan terlalu tipis maupun terlalu tebal. Setelah itu, rendam daging ke dalam air yang sudah diberi garam. Biasanya diperlukan waktu 8-12 jam. Jika ingin lebih terasa rasa asinnya, rendamlah daging di dalam wadah yang berisi air garam dalam waktu yang lebih lama. Setelah merendam daging di dalam air garam, angkat daging dari wadah. Tahap terakhir adalah rebus atau goreng daging menggunakan minyak atau lemak dari daging itu sendiri. Setelah daging sudah terlihat matang, daging siap untuk disantap. Bawi Ni’owuru ini lebih sedap disantap dengan nasi putih yang masih panas.
Setelah menjelaskan tentang Bawi Ni’owuru, mungkin banyak orang yang belum pernah melihat atau bahkan mendengar tentang makanan di atas. Bukan hanya itu, masih banyak juga kebudayaan-kebudayaan daerah yang belum dikenal oleh orang banyak. Sebagai generasi penerus bangsa, patutnya kita mengenali dan memperkenalkan budaya Indonesia agar budaya Indonesia tetap diingat dan dilestarikan.
#OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja