|
|
|
|
Baruklinting Tanggal 19 Mar 2018 oleh Nanda Ghaida. |
Senjata pusaka berupa tombak yang dimiliki oleh Ki Ageng Mangir Wanabaya. Cerita mengenai munculnya pusaka ini tertulis dalam Babad Mangir dan juga merupakan cerita lisan yang populer di kalangan masyarakat sekitar Bantul, Yogyakarta dan Madiun.
Menurut versi tulis, saat ada persiapan pesta di Desa Mangir, tersebutlah Ni Rara Jlegong, seorang gadis dari Desa Jlegong yang meminjam pisau milik Ki Ageng Mangir Wanabaya. Saat meminjamkannya, Ki Ageng Mangir berpesan jika sudah selesai digunakan, pisau tersebut tidak boleh diletakkan di sembarang tempat, apalagi sampai terlangkahi oleh perempuan. Setelah menyanggupinya, gadis tersebut memakai pisau tersebut untuk membuat basung. Namun, setelah selesai, gadis itu menaruh pisaunya di bawah tikar dan tanpa sadar ia mendudukinya. Pisau tersebut pun lenyap, masuk ke dalam perutnya dan menyebabkan ia hamil.
Saat mengetahuinya, Ki Ageng Mangir meninggalkan desa untuk bertapa karena tak kuasa menahan malu. Sama halnya dengan Ni Rara Jlegong meninggalkan rumahnya menuju hutan. Ketika sampai waktu melahirkan, Ni Rara Jlegong merendam diri di sebuah telaga bernama Rawa Jembangan dan lahirlah anak berwujud seekor ular yang disebut Baruklinting. Ular tersebut sangat panjang hinga hampir memenuhi telaga tersebut.
Ketika menanyakan tentang asal-usul dan siapa ayahnya, Ni Rara menjelaskan tentang kejadian sewaktu di Mangir dan ia menyuruh anaknya untuk bertanya kepada Ki Ageng Mangir. Ular itu pun pergi ke hutan untuk mencari Ki Ageng Mangir. Saat ular itu bertemu dengan Ki Ageng Mangir yang sedang bertapa, ular itu pun menjelaskan tentang maksud dan tujuannya. Ki Ageng Mangir mengatakan jika ia ingin mengetahui asal-usulnya, ular itu harus melingkari Gunung Merbabu dengan seluruh tubuhnya hingga kepalanya bersentuhan dengan ekornya. Saat ekor dan lidah ular itu bersentuhan, Ki Ageng Mangir segera memotong lidahnya dan seketika ular itu mati. Ki Ageng Mangir melemparkan badan ular itu ke arah barat daya di pegunungan yang kelak dinamakan Gunungwangi karena bau wangi yang dikeluarkan oleh bangkai ular tersebut.
Kelak, lidah Baruklinting menjadi mata tombak pusaka milik Ki Ageng Mangir. Ia menggunakan kayu dari batang pohon waru.
sumber: Babad Mangir edisi Bahasa Indonesia terbitan Balai Penelitian Bahasa Yogyakarta
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |