|
|
|
|
Barong Ider Bumi Tanggal 02 Aug 2014 oleh Yulius Dwi Kristian. |
Sejarah Barong Ider Bumi Kemiren
Sebagaimana diceritakan oleh Siraj, salah seorang sesepuh adat Osing, latar belakang sejarah tradisi tolak bala ini semula pada tahun 1840-an saat Banyuwangi yang waktu itu masih bernama tanah Blambangan, diserang wabah penyakit aneh yang menyebabkan kematian ratusan warga. Banyak orang yang sakit pada pagi hari, sorenya meninggal dunia. Begitu juga kalau sore sakit dan paginya meninggal, begitu seterusnya.
Selain itu, tanaman pertanian juga banyak yang terserang hama. Lalu salah seorang sesepuh adat meminta petunjuk pada nenek moyang Mbah Buyut Cili, yang makamnya masih dirawat hingga kini. Sesepuh desa mendapat wangsit lewat mimpi. Dalam mimpi tersebut, Buyut Cili memerintahkan warga melakukan arak-arakan barong jika ingin menghapus bencana saat itu.
Perintah pun dilaksanakan dan setelah dilakukan arak-arakan, kondisi desa kembali membaik. Hingga kini, tradisi ini dilestarikan dengan tujuan menolak bala dan menjalin kebersamaan atau silaturahmi antar masyarakat desa.
Dalam ritual Barong Ider Bumi tersebut, barong wajib diarak keliling desa dengan diiringi nyanyian macapat (tembang Jawa) yang berisi doa dan pemujaan kepada nenek moyang dan Tuhan untuk menolak bahaya yang bisa mengancam desa atau wilayah Banyuwangi pada umumnya. Jenis macapat yang dibaca disebut macapat Yusuf yang bernafaskan Islam. Mantra lontar Yusuf ini dipercaya memiliki energi positif bagi kehidupan di desa dan masyarakat. Dan tidak sembarang oleh didaulat membaca macapat, namun hanya pewaris kitab lontar berisi macapat tersebut.
Kata ider bumi merupakan penggabungan dari dua kata yaitu ider dan bumi. Ider berarti berkeliling kemana-mana, dan bumi artinya jagat atau tempat berpijak. Dari arti kedua kata tersebut dapat dimengerti bahwa Ider Bumi merupakan kegiatan mengeliling tempat berpijak atau bumi. Jadi, sesuai dengan namanya, inti dari ritual Barong Ider Bumi adalah mengarak barong memutari desa. .
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa rombongan yang mengiringi Barong saat berkeliling desa. Di barisan depan adalah beberapa tokoh adat yang membawa bokor - warga Kemiren menyebutnya Lukiran - yang berisi uang logam pecahan Rp 100 bercampur beras kuning serta bunga sembilan warna. Jumlah uang logam tersebut tepat Rp 99.900, hal ini berhubungan dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi "Allah menyukai jumlah-jumlah yang ganjil." Serta merujuk pada sebutan nama baik Allh (Asmaul Husna) yang berjumlah 99.
Lalu ada barisan tujuh orang nenek-nenek yang mengenakan selendang berwarna putih dengan corak garis hitam yang disebut Selendang Solok. Saat mengikuti iring-iringan barong, nenek-nenek tersebut sambil nginang atau nyusur dengan mengunyah daun sirih bercampur kapur gamping yang biasa dilakukan dalam masyarakat sejak dulu untuk menjaga keawetan gigi.
Sebelum Barong diarak keliling desa, para sesepuh memainkan angklung di balai desa untuk memulai ritual. Setelah itu, seluruh warga Desa Kemiren keluar rumah lalu mulai berbaris mengarak barong Osing yang diawali dari pusaran (gerbang masuk) desa kearah barat menuju tempat mangku barong (pintu keluar desa) sejauh dua kilometer. Di sepanjang arak-arakan ini, tokoh adat menebarkan koin, beras kuning dan bunga ke jalan dan diperebutkan anak-anak. Ini merupakan bagian dari ritual adat yang dinamakan "sembur utik-utik".
Sumber:
@ByekBanyuwangi and google
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |