|
|
|
|
Barifola Tanggal 19 Nov 2018 oleh Deni Andrian. |
Ternate- Jam tangan menunjukan pukul 05.00 sore, saat Muhammad Tulaher Hadi (59) warga Kelurahan Santiong, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate, membersihkan pelantaran halaman rumahnya. Sinar matahari sore yang masih terasa panas tak membuatnya beristirahat menyelesaikan pekerjaan rutin yang dilakukan setiap hari.
Dengan cekatan halaman rumah seluas 5x5 meter diselesaikan dengan tempo tak kurang dari 30 menit. Senyumnya terlihat jelas mengembang saat halaman rumahnya telah bersih dari sampah daun kering dan plastik. Sesekali ia menarik nafas, rasa tak percaya telah memiliki rumah layak huni ukuran 7x8 meter, berkat program barifola yang digagas Ikatan Keluarga Tidore.
Sebelumnya rumah miliknya terlihat kumuh dan hanya beratapkan daun rumbia. Bentuk bangunannya masih berdindingkan batang pohon sagu yang disusun berdiri dan miring.
“Saya senang dengan pekerjaan saya ini, jujur saya masih tidak percaya, kalau rumah yang saya tinggali sudah permanen,”kata Muhammad Tulaher salah satu warga Tidore yang rumahnya dibedah.
Program Barifola sendiri merupakan tradisi gotong-royong membangun rumah warga tak mampu yang digagas Ikatan Keluarga Tidore Maluku Utara sejak tahun 2008. Kini program ini sudah membangun sedikitnya 180 unit rumah keluarga miskin secara swadaya. Secara historis, tradisi ini mulanya berlangsung pada abad 13 yang kala itu digunakan Kesultanan Tidore untuk mewujudkan masyarakat sejahtera.
Barifola sendiri berasal dari dua kata bahasa Tidore yaitu “bari” yang artinya saling membantu atau gotong royong dan “fola” yaitu rumah. Dengan demikian, barifola diartikan sebagai kegiatan bergotong-royong membangun rumah.
Di era 1990-an tradisi ini sempat mengalami degradasi nilai, dan hanya dipakai warga untuk membangun rumah ibadah semata. Berjalannya waktu tradisi ini pun kembali dibudayakan di tahun 2008, seiring banyak anggapan bahwa rumah layak huni saat ini menjadi penilaian terhadap strata sosial kelompok masyarakat moderen. Semakin bagus dan mewah rumah yang dimiliki semakin banyak orang yang menghormatinya, dan sebaliknya.
“Saya tidak menyangka dijaman sekarang masih banyak orang yang peduli untuk saling berbagi dan bergotong royong,”ujar Muhammad Tulaher sembari mengungkapkan untuk membangun satu unit rumah layak huni saat ini membutuhkan dana sebesar Rp 80-100 juta.
Lain halnya yang dengan Hamid Samsia (54), salah satu warga Kelurahan Jambula Kecamatan Ternate Selatan yang juga mendapatkan bantuan bedah rumah dari program barifola . Hamid yang dalam kesehariannya bekerja sebagai buruh lepas ini, sebelumnya memiliki rumah ukuran 7x7 meter berdindingkan ayaman bambu. Kini rumah miliknya telah berubah menjadi bangunan permanen dengan tiga kamar tidur.
Karenanya itu, Barifola bagi Hamid, dianggap merupakan motor pengerak semangat kebersamaan antar warga untuk melakukan perubahan. Tradisi ini dinilai dapat merajut rasa kesetiakawanan antar warga sehingga tak ada jurang pemisah. Semuanya menjadi satu untuk saling membantu.
“Makanya saya menganggap barifola mempunyai manfaat yang luar biasa, terutama tentang rasa kebersamaan,”ujar Hamid.
“Tradisi barifola sesungguhnya merupakan tradisi budaya masyarakat Indonesiai yang pada hakekatnya menitik beratkan pada memeratakan kepentingan bersama. Saya melihatnya tradisi ini baik dan bisa solusi menghilangkan kesenjangan sosial di masyarakat, yang diera saat ini lebih banyak dinilai dari ukuran materi,”pinta Herman Oesman, staf pengajar sosiologi di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara.
Burhan Abdurahman, Ketua Ikatan Keluarga Tidore menceritakan awal mulanya gerakan tradisi barifola, dari gagalnya program ekonomi kerakyatan yang digagas pada tahun 2007. Kala itu program yang dilakukan adalah koperasi sembilan bahan pokok untuk membantu keluarga miskin. Dalam perjalanannya koperasi cenderung selalu mengalami kerugian dan membutuhkan pembiayaan cukup besar. Gerakan koperasi pun tidak berlangsung lama.
“Karena gagal, ditahun 2008 itulah digagaslah model gerakan sosial yang memiliki nilai manfaat tinggi seperti tradisi barifola. Sebagai langkah awal, dilakukanlah pengalangan dana dengan nama gerakan cala moi atau gerakan seribu rupiah yaitu gerakan untuk mendorong masyarakat Tidore di Ternate untuk bisa saling berbagi antar sesama. Hasilnya, dana yang terkumpul sebesar Rp 17 juta,”ujar Burhan
Dari hasil pengalangan dana itu, Pengurus Ikatan Keluarga Tidore kemudian mengunakannya sebagai dana untuk membangun rumah tak layak huni milik salah satu keluarga di Kelurahan Santiong. Dana itu dipakai membeli bahan material bangunan seperti semen, seng dan kayu. Dalam perjalanan pembangun ada donator yang menyumbangkan dalam bentuk material seperti batu dan pasir.
“Jadi Inti dari tradisi barifola adalah beramal, ajang silaturrahim, dan membangkitkan budaya gotong- royong yang mulai ditinggalkan masyarakat,”kata Burhan.
Sejak dicetuskan sejak 2008, tradisi barifola kini telah sukses membangun 180 rumah tak layak huni milik keluarga tak mampu di empat kota seperti Tobelo, Morotai, Bacan, dan Ternate. Dana yang digunakan untuk pembangunan ratusan rumah tersebut lebih dari Rp 10 milyar yang setiap unit rumah dibangun dibutuhkan dana Rp 60-80 juta.
Uniknya semua dana tersebut merupakan sumbangan dari keluarga Tidore di Ternate. Pengelolahan dananya pun dilakukan secara mandiri, tampa konsultan maupun staf pengelolah keuangan layaknya lembaga profesional dan transparan.
“Jadi setiap dana terkumpul langsung pakai habis untuk membangun rumah, tidak ada dana yang mengendap dalam waktu lama. Kalau sudah cukup untuk satu rumah maka langsung digunakan habis. Dan beruntung sampai sekarang tidak ada penyalahgunaan anggaran,”tutur Burhan.
sumber: https://travel.tempo.co/read/841471/menjenguk-tradisi-barifola-di-tidore-maluku-utara/full&view=ok
#SBJ
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |