Balla Tammua Suku Kajang
Balla Tamua adalah salah satu produk arsitektur warisan leluhur kajang yang masih bisa ditemui hingga saat ini dikawasan adat. Peninggalan ini merupakan salah satu rumah tempat pertemuan masyarakat kajang untuk mengadakan musyawarah yang dalam bahasa konjo (bahasa kajang ) disebut borong/abborong. Para pemangku adat kajang abborong di Balla Tammua dengan agenda membahas satu permasalahan yang ada dikawasan adat, selain itu biasanya Balla Tammua dipakai untuk menerima tamu kehormatan yang hendak masuk dikawasan adat ammatoa.
Dalam pembuatan Balla Tammua, masyarakat kawasan adat kajang mengerjakannya dengan bergotong royong. Mereka bahu membahu bersama mengerjakan Balla Tammua dengan suka rela, dengan kata lain tanpa gaji dan tanpa imbalan, semua dilakukan dengan keikhlasan. Budaya seperti inilah yang selalu ditanamkan tetua kajang Ammatoa dalam menjaga tradisi kawasan adat itu sendiri. Uragi adalah semacam insinyur Balla Tammua, ia yang menentukan seluruh pengerjaan Balla Tammua. Uragi yang menentukan jenis kayu, panjang Balla Tammua, Lebar Balla Tammua, waktu pengerjaannya, dan lain-lain sebagainya yang berkaitan dengan Balla Tammua. Kayu yang dipakai untuk membuat Balla Tammua diambil dari luar kawasan hutan adat ammatoa. Masyarakat kajang mempunyai peraturan yang melarang mengambil kayu dalam kawasan adat ammatoa, menurut Bohe Sallang yang digelari Ammatoa, hutan adat perlu dijaga kelestariaannya dan tidak boleh mengambil kayu disana meskipun dalam hal kepentingan masyarakat umum. Manusai harus bisa menjaga kelestarian alam karena manusia sendiri akan menyatu dengan alam.
Pembuatan Balla Tammua dikawasan adat kajang yang disebut Nihajui dilakukan dengan cara memanggil seluruh pemangku adat yang masing masing telah diberi jabatan dan bergelar Galla. Mereka berkumpul bersama dengan masyarakat kawasan adat ammatoa untuk bersama sama mengikuti upacara pembuatan balla tammua dan berdoa bersama. Balla Tammua ini sendiri menghadap kiblat, penjelasan ammatoa mengatakan seluruh masayarakat kajang haruslah setiap keluar rumah selalu menghadap kiblat, karena masyarakat kajang sendiri adalah semuanya ummat islam. Pada Balla Tammua yang berada dikawasan adat Ammatoa mempunyai 20 buah tiang dengan pemaknaan benteng yang susah untuk dirobohkan.
Selain Balla Tammua, kami juga akan menjelaskan sedikit tentang rumah adat kajang. secara khusus tidak ada perbedaan rumah ammatoa dengan rumah masyarakat kawasan adat ammatoa. Sebab dikawasan adat ammatoa tidak mengenal kasta, tidak ada tuan tidak ada hamba. Semua rumah dikawasan adat ammatoa terbuat dari kayu dan bermodel panggung. Dengan model dapur rumah adat kajang ditempatkan samping pintu depan rumah panggung. Makna dari penempatan dapur didepan adalah masyarakat kajang menjunjung nilai-nilai filosofi kejujuran. Apa yang ada didapur mereka dengan otomatis akan terlihat oleh para tamu yang datang dirumah mereka, dan apa yang ada pada saat itu akan disediakan oleh masyarakat kajang. dengan kata lain, masyarakat kajang adalah masyarakat yang senang berbagi dan selalu mengajarkan nilai kejujuran.
Untuk ukuran rumah adat kajang pada umumnya mempunyai Lebar 7 Meter dan panjang 12 Meter. Serta memiliki tiga tingkatan masing-masing mempunyai fungsi tersendiri, diantaranya bagian bawah digunakan sebagai tempat menenun kain khas kajang ammatoa, bagian tengah sebagai inti dari sebuah rumah itu sendiri dan digunakan sebagai tempat beraktifitas didalam rumah, serta bagian atas digunakan sebagai tempat penyimpangan hasil pertanian, seperti padi, dll. Adapun makna simbolis yang didapatkan dalam rumah kajang yaitu kepala kerbau yang digantung pada tiang rumah, yaitu sebagai pertanda bahwa penghuni rumah tersebut telah melangsungkan pernikahan, baik itu anaknya ataupun keluarganya. ( syarif / ichal)
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja