Baju Kurung Cekak Musang - Riau
The baju kurung (Jawi: باج٠ÙÙØ±ÙÚ ) is a traditional Malay costume which loosely translated as "enclosed dress". This type of costume is thenational dress of Malaysia.
In Indonesia, it is one of the many regional dresses of this culturally and ethnically diverse country (especially on the island of Sumatra - where many ethnic Malay and Minangkabau women wear this). It can also be found in Singapore and Thailand.
The early baju kurung was longer and looser. It was popularised in the late 19th century by Sultan Abu Bakar of Johor.
It has been reported that the baju kurung has "not only survived, but prospered" in modern Malaysia, pointing to its popularity during the Islamisation of Malaysia in the 1970s and 1980s.
Although baju kurung is the generic name of the attire for both males and females, in Malaysia the female dress is referred to as baju kurungwhile the male dress is referred to as baju melayu.
Two versions of the costume are popular. One is the baju kurung teluk belanga and the other is the baju kurung cekak musang. The main difference between these two fashion styles is the style of cut at the neck, where the teluk belanga style has no collar and the neckline is stitched in the style known as tulang belut ("eel's spines or bones"). The baju kurung teluk belanga originated, as its name implies, from Teluk Belanga, in the island of Singapore, which was previously the capital of the state of Johor. On the other hand, the cekak musang style has a standing collar with holes for five buttons including two buttons for the collar.
The cekak musang shirt also normally has three pockets – two at the bottom, and one at the upper left breast. The teluk belanga shirt normally has only two pockets both at the bottom. The baju melayu is a loosely fitting shirt with long sleeves, worn with long pants with a sampin which is wrapped around the middle of the body from the stomach to the knee and sometimes lower. This sampin is usually a three-quarter length or full sarong-style cloth made of kain songket, tenun pahang diraja or other woven materials with traditional patterns
The baju kurung is also worn by female non-Malays (including Malaysia's ethnic Chinese, Indian and Native Bornean minorities). This can be partially due to the baju kurung being one of the approved styles of dress for female civil servants and one of the approved styles of uniform for female school students. However, its peak sales occur in the month ofRamadan on the Muslim calendar.
Sumber
https://en.wikipedia.org/wiki/Baju_Kurung
http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2663/pakaian-tradisional-melayu-riau
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.