Kota Malang adalah salah satu kota terbesar di Provinsi Jawa Timur. Kota Malang memiliki keberagaman budaya maupun tradisi yang luar biasa baik dari cerita rakyat, seni rupa, seni tari, dan bahkan bahasanya pun menjadi ikon penting dari kota ini. Kota ini sangatlah dekat dengan istilah 'AREMA' yang merupakan singkatan dari 'Arek-arek Malang'. Selain itu hal yang sangat terikat bahkan ikonis dari Kota Malang ialah bahasa kebalikan (Osob Kiwalan). Apakah 'Osob Kiwalan' itu? 'Osob Kiwalan' atau 'Boso Walikan' setelah dibalik, dalam bahasa Indonesia berarti 'Bahasa Kebalikan'. Bahasa kebalikan sangat lumrah dan dimengerti oleh Arek-arek Malang (AREMA). Oleh karena itu bahasa ini sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari Arek-arek Malang terutama kaum muda.
Adapun beberapa contoh 'Osob Kiwalan', yaitu: - umak = kamu
- ayas = saya
- ongis nade = singo edan (singa gila)
- kodhew = wedhok (perempuan)
- Ngalam = Malang
- uklam-uklam = mlaku-mlaku (jalan-
jalan)
- lecep = pecel (makanan)
- oskab = bakso (makanan), dan
- kipa ilakes yang artinya apik sekali (bagus sekali), dsb.
Bahasa yang digunakan Arek-arek Malang ini sangat berbeda dengan bahasa-bahasa dari daerah lain karena bahasa ini berbeda bukan dari logat ataupun makna kata, melainkan penggunaan dalam membaca sebuah kata yang dibalik. Penggunaan bahasa Malangan inipun sangat mudah dipelajari dan tidak perlu belajar formal di kelas.
'Osob Kiwalan' ini sebenarnya memiliki sejarah yang sangat besar pada masanya, pasalnya bahasa kebalikan ini menjadi salah satu bahasa kode/ sandi yang digunakan arek-arek Malang saat melawan tentara Belanda. Ibarat tentara NAZI Jerman yang memiliki sandi 'Enigma' selama Perang Dunia II, maka Kota Malang memiliki sandi 'Osob Kiwalan' pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Tujuan dari penggunaan bahasa kebalikan ini adalah untuk menjamin kerahasiaan dan efektifitas komunikasi saat itu, terlebih untuk membedakan kawan dan lawan. Bahasa kebalikan ini dibuat oleh kelompok bernama 'Gerilya Rakyat Kota' atas dasar adanya keberadaan mata-mata Belanda dari pribumi yang menghantui arek-arek Malang. Bahasa kebalikan inipun juga digunakan oleh para Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) yang turut berjuang di Kota Malang.ÃÂ
'Osob Kiwalan' yang menjadi ikon arek-arek Malang, hingga saat ini masih sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari terlebih di ranah kaum muda. Maka dari itu, 'Osob Kiwalan' ini patut dilestarikan oleh generasi muda agar menjadi budaya yang khas dari Kota Malang. #OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja