Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Sumatera Selatan Sumatera
Baginde Lubuk Gong
- 13 November 2018

Alkisah, pada zaman dahulu kala, di daerah Sumatra selatan, ada seorang beginde (kepala desa) yang kaya raya bernama Beginde Lubuk Gong. Ia sangat ketat menjalankan adat dan tidak segan-segan memberi hukuman kepada warganya yang melanggar adat tersebut. Meski demikian, rakyatnya merasa tidak terbebani dengan hal itu. Justru dengan aturan adat itu, rakyatnya dapat hidup aman dan makmur.
Beginde Lubuk Gong mempunyai anak gadis yang cantik dan cerdas bernama Putri Lubuk Gong. Kecantikan dan keelokan perangainya senantiasa mengundang decak kagum setiap pemuda yang melihatnya. Tak heran banyak pemuda dari desa-desa lain datang melamarnya. Namun, Beginde Lubuk Gong selalu menolak setiap lamaran yang datang, karena belum satu pun pelamar yang mampu memenuhi persyaratan yang diajukannya.

Pada suatu hari, datanglah utusan putra seorang Beginde dari sebuah desa hendak melamar Putri Lubuk Gong. Lamaran itu mereka sampaikan langsung kepada Beginde Lubuk Gong.

“Maaf, Tuan! Maksud kedatangan kami kemari adalah ingin menyampaikan lamaran putra Beginde kami,” ungkap juru bicara utusan itu.

“Ketahuilah, wahai utusan! Sudah banyak utusan yang datang kemari, tapi belum ada yang sanggup memenuhi persyaratanku,” kata Beginde Lubuk Gong.

“Kalau boleh kami tahu, apakah persyaratan Tuan itu?” tanya ketua utusan itu.

“Pakaian tujuh pasang, baju kain salinan 42 lusin, itik dan ayam sekandang penuh, merpati seraban, kayu bakar setinggi bukit, batang tujuh buah, dan serai kunyit seladang lebar,” jawab Beginde Lubuk Gong.
“Bagaimana? Apakah kalian sanggup memenuhi syarat tersebut?” Beginde Lubuk Gong balik bertanya kepada utusan itu.

“Sesuai dengan pesan Beginde kami, sebesar apapun permintaan yang Tuan ajukan, Beginde kami akan menyanggupinya,” jawab utusan itu.

“Baiklah kalau begitu, lamaran kalian aku terima,” kata Beginde Lubuk Gong.

“Terima kasih, Tuan! Berita gembira ini akan kami sampaikan kepada Beginde kami,” kata ketua utusan itu.
Setelah mendapat persetujuan dari Beginde Lubuk Gong, para utusan putra Beginde kembali ke desanya untuk menyampaikan berita gembira itu kepada Beginde mereka. Alangkah senang hati Beginde mendengar berita gembira itu. Ia pun memerintahkan kepada seluruh warganya untuk mengumpulkan barang-barang bawaan sesuai dengan permintaan Beginde Lubuk Gong. Sudah berminggu-minggu mereka bekerja keras, namun hingga pada hari yang telah ditentukan barang-barang bawaan yang mereka kumpulkan belum memenuhi permintaan Beginde Lubuk Gong.

Sementara itu di tempat lain, Beginde Lubuk Gong bersama keluarga dan warganya sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan rombongan dari pihak pelamar yang akan mengantarkan barang-barang bawaan. Sudah seharian penuh mereka menunggu, namun belum ada tanda-tanda kedatangan rombongan tersebut. Pada hari-hari berikutnya, Beginde Lubuk Gong terus menunggu kedatangan rombongan tersebut, namun mereka tak kunjung datang.

Hari, pekan, dan bulan, bahkan tahun telah berlalu, rombongan dari pihak pelamar belum juga datang. Pada awal tahun ketiga barulah mereka datang dengan arak-arakan laki-laki dan perempuan yang memikul dan menjunjung barang bawaan. Beginde Lubuk Gong pun menyambut kedatangan mereka secara sederhana. Ia pun segera menerima dan memeriksa barang-barang bawaan dan ternyata semuanya lengkap dan sesuai dengan permintaannya. Hatinya pun sangat senang dan terpukau karena semua permintaannya terpenuhi. Namun satu hal yang membuat hatinya kecewa, karena keterlambatan para utusan mengantar barang-barang bawaan tersebut.

“Kalau boleh aku tahu, mengapa kalian terlambat mengantarkan barang-barang bawaan ini kemari, sehingga kami harus menunggu selama dua tahun?” tanya Beginde Lubuk Gong.

“Maafkan kami atas keterlambatan ini, Tuan! Untuk memenuhi seluruh permintaan Tuan, ternyata kami memerlukan waktu yang cukup lama. Sudilah Tuan memakluminya dan menerima barang-barang bawaan ini,” jawab ketua rombongan itu.

Mulanya Beginde Lubuk Gong ingin marah dan membatalkan pertunangan putrinya dengan Putra Beginde. Namun setelah mendengar penjelasan dari ketua rombongan tersebut, akhirnya ia memakluminya.
“Baiklah, barang-barang bawaan ini aku terima. Sekarang tinggal menuggu hari baik untuk melangsungkan pernikahan putriku dengan putra Beginde kalian. Pesta pernikahan ini akan dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam. Untuk itu, aku harus mempersiapkan segala keperluan pesta besar ini,” ungkap Beginde Lubuk Gong.

“Baiklah, Tuan! Kami akan menunggu kabar selanjutnya dari Tuan,” kata ketua rombongan itu seraya berpamitan dan meninggalkan rumah Beginde Lubuk Gong.  

Keesokan harinya, Beginde Lubuk mengumumkan kepada seluruh rakyatnya bahwa dia akan segera menikahkan putrinya. Rakyatnya pun sangat senang karena akan ada pesta besar selama tujuh hari tujuh malam. Mereka pun segera mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut pernikahaan Putri Beginde. Mereka mulai menghias jalan-jalan dan rumah Beginde Lubuk Gong.

Untuk memenuhi kebutuhan pesta besar itu, Beginde Lubuk Gong harus pergi ke negeri lain untuk berbelanja. Ia berangkat bersama para pembantunya dengan menggunakan rejung. Karena begitu banyak barang harus dibeli, sehingga sebulan lamanya Beginde Lubuk Gong belum juga kembali.

Putra Beginde, calon mempelai laki-laki, tidak sabar lagi menunggu hari pernikahannya. Pada suatu hari, ia mendengar desas-desus bahwa putri Beginde Lubuk Gong telah dipersunting oleh raja negeri yang didatangi oleh Beginde Lubuk Gong. Ia pun percaya begitu saja pada desas desus tersebut, tanpa terlebih dahulu menyelidiki kebenarannya.

“Barangkali kabar ini ada benarnya. Sudah sebulan Beginde pergi ke negeri itu, tapi belum juga kembali. Padahal ia memiliki kesaktian yang tinggi, dalam waktu sekejap saja ia dapat berlayar ke negeri sejauh mana pun,” pikirnya.

Semakin hari desas-desus tersebut semakin memekakkan telinga Putra Beginde. Ia mendengar kabar bahwa utusan raja yang akan melamar Putri Lubuk Gong telah tiba di Dusun Kertajaya, tidak jauh dari desa tempat tinggal Putri Lubuk Gong. Hati Putra Beginde pun semakin kesal sehingga timbul niatnya untuk membunuh calon istrinya. Tanpa berpikir panjang lagi, ia segera menuju ke rumah Beginde Lubuk Gong dengan membawa sebuah pedang panjang.

Sementara itu, Putri Lubuk Gong yang mengetahui kedatangan tunangannya merasa sangat gembira dan segera bersolek dengan hiasan yang menawan. Ia mengira bahwa kedatangan tunangannya itu untuk bersilaturrahmi. Alangkah terkejutnya ia ketika hendak menemuinya di ruang tamu rumahnya,  ia melihat calon suaminya itu sedang menggenggam sebuah pedang dengan wajah yang beringas. Tanpa diduganya, tiba-tiba sang Tunangan menebas lehernya. Putri Lubuk Gong pun tewas seketika. Ibu Putri Baginda yang melihat kejadian itu langsung menjerit dan bertanya kepada calon menantunya itu.

“Hai, kenapa kamu membunuh calon istrimu? Apa salahnya? Padahal ia sangat mengharap kedatanganmu,” kata ibu Putri Lubuk Gong.

“Tidak usah banyak dalih! Kalian telah memperdayaiku. Utusan raja yang akan melamar Putri Lubuk Gong telah tiba di Dusun Kertajaya. Beginde Lubuk Gong telah membuat janji untuk menikahkan Putri Lubuk Gong dengan raja itu!” seru Putra Beginde, calon suami Putri Lubuk Gong.

Ibu Putri Lubuk Gong berusaha menjelaskan kepada calon menantunya bahwa desas-desus tersebut hanyalah fitnah. Namun, calon menantunya tidak mau menerima alasan apapun. Ibu Putri Gong pun tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menangisi kematian putri semata wayangnya. Sementara Putra Beginde itu segera pergi meninggalkan rumah itu. Tak berapa lama kemudian, warga pun berdatangan ke rumah Beginde Lubuk karena mendengar ada suara tangis histeris. Mereka sangat terkejut ketika melihat Putri Lubuk Gong tergeletak bersimbah darah.

“Apa yang terjadi dengan Putri Lubuk Gong?” tanya seorang warga kepada ibu Putri Lubuk Gong.
Ibu Putri Lubuk Gong pun menceritakan semua kejadian yang menimpa putrinya. Setelah mendengar cerita itu, salah seorang warga segera menyampaikan berita duka itu kepada Beginde Lubuk Gong yang masih berada di negeri lain. Dengan kesaktiannya, Beginde Lubuk Gong memerintahkan angin berhembus, sehingga dalam sekejap rejungnya tiba di pelabuhan negerinya. Sesampainya di rumah, ia bersama warga segera mengebumikan putrinya. Setelah itu, ia memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap calon menantunya itu.

“Segera tangkap pembunuh itu dan bawa dia kemari hidup-hidup!” seru Beginde Lubuk Gong.
Mendengar perintah itu, para pengawal itu segera mencari Putra Beginde. Tak beberapa lama kemudian, mereka pun kembali membawa Putra Beginde dengan tangan terikat.
“Hai, Putra Beginde! Kamu telah membunuh putriku. Kamu harus mengganti nyawa putriku. Mulai detik ini, kamu tidak boleh lagi kembali ke rumahmu dan harus tinggal di sini sebagai ganti putriku!” seru Beginde Lubuk Gong.

Keesokan harinya, Beginde Lubuk Gong membuang segala barang persiapan pernikahan putrinya ke dalam sungai, termasuk barang-barang bawaan Putra Beginde. 

Sumber:

http://reginatheyser.blogspot.com/2012/05/legenda-baginde-lubuk-gong-dari.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline