Seperti karakteristik umum rumpun Melayu, musik Minangkabau dicirikan dengan adanya cengkok dan grenek yang menciptakan lantunan nada yang mendayu-dayu. Ciri khas ini muncul dari improvisasi melodi yang dilakukan baik pada vokal maupun aransemen yang digunakan. Karena kekhasannya tersebut, musik tradisional asal Minangkabau umumnya mudah diterima di telinga banyak kalangan. Hal ini tercermin pada salah satu aliran yang ada dalam musik Minangkabau, yaitu Bagamat.
Bagamat atau bagamad merupakan jenis musik tradisional yang berkembang di kawasan pesisir Provinsi Sumatera Barat. Musik ini diduga berkembang dibawah pengaruh budaya Portugis yang masuk ke Minangkabau melalui jalur perdagangan. Musik ini dahulu dibawakan oleh orang-orang keturunan India (kaliang/keling) yang tinggal di pesisir. Seiring berjalannya waktu, pemusik gamad berkembang dari berbagai macam latar belakang etnis, antara lain Minangkabau, Nias dan India.
Selain unsur musik barat klasik, kita dapat menemukan pengaruh budaya lain seperti India dan Melayu berpadu harmonis dalam musik ini. Hal ini bisa dilihat pada beberapa unsur di dalamnya, seperti gendang ketipung yang berasal dari India, tari serta sebagian lagu dari melayu, instrumen musik lainnya berasal dari barat seperti Portugis dan seni berpantun dari Minangkabau. Kekhasan musik ini terdapat pada cengkok dan grenek dalam iramanya, yaitu improvisasi atau hiasan melodi yang ditambahkan dalam permainan instrumen musik maupun vokal penyanyinya. Eksistensi cengkok dan grenek dalam bagamat menjadi ciri khas dari warna musik Melayu.
Tidak ada informasi yang cukup jelas mengenai asal muasal kata gamat atau gamad yang dijadikan sebagai nama aliran musik ini. Tetapi budayawan A.A. Navis menduga, 'gamat' berasal dari kata 'gamit' yang berarti menggandeng atau mengajak seseorang. Dugaan ini muncul dari kebiasaan spontan para penikmat musik bagamat untuk menari berpasangan atau beramai-ramai. Tarian ini berlangsung dengan gerakan bebas sambil membawa selendang atau sapu tangan dan dilakukan silih berganti.
Bagamat dicirikan dari karakter instrumen musik yang mengiringinya. Instrumen asli dari musik bagamat adalah dengan alat-alat musik Eropa klasik seperti akordeon, biola, saksofon dan trompet yang dimainkan bersama alat musik lokal seperti gendang ketipung, dengan lirik bahasa Minangkabau. Ciri khas lainnya, terdapat pada isi syair yang dibawakan dalam pertunjukannya. Bagamat biasanya melantunkan lirik berisi pantun khas Minangkabau yang membawa banyak perumpamaan atau metafora.
Seiring waktu muncul variasi baik dalam aransemen maupun liriknya, sehingga musik bagamat pun ikut beradaptasi bersama perkembangan masyarakat penikmatnya. Pada aspek aransemen, kini berbagai jenis alat musik modern ikut digunakan dan sebagian diantaranya menggantikan instrumen klasik yang semakin jarang digunakan. Alat-alat musik modern tersebut antara lain seperti bass, drum dan gitar. Meski tergantikan dengan instrumen yang lebih modern, namun warna musik yang dibawakan umumnya tetap mempertahankan karakter dari bagamat klasik.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/bagamat-jejak-akulturasi-budaya-portugis-di-musik-minangkabau
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...