Ritual
Ritual
Upacara Adat Sulawesi Selatan Kajang, Bulukumba
Attahuru Bente
- 7 Juli 2018
Upacara Attahuru Bente, adalah upacara khusus untuk meminta do’a, dengan harapan rezeki  dan usaha warga melalui  laut (perikanan) dapat bertambah.
Untuk melaksanakan rencana upacara tersebut, terlebih  dahulu Ammatoa selaku penghulu adat, memanggil para pembantunya. Diantaranya ialah Galla AnjuruGalla Maleleng dan seorang Sanro/dukun Kampung, yang disebut Gurutta di Lolisang. Kepada Ketiga pemangku adat ini, diminta pendapatnya tentang rencana itu. Setelah terjadi mufakat, ditetapkan pula hari pelaksanaan aknganro-Konjo (meminta do’a).
 
Selanjutnya  Ammatoa memerintahkan kepada Galla Puto, sebagai sekretaris adat, untuk mengundang seluruh pemangku adat Kajang untuk bermusyawarah. Kegiatan bermusyawarah untuk membicarakan sesuatu, disebut oleh mereka dengan a’borong’ (berkumpul). Dalam pertemuan tersebut ditetapkan hari-hari pelaksanaan upacara. Galla Lombok atau kepala desa Tana Toa, mendapat tugas untuk menghadirkan gadis dalam kawasan yang bertugas mengucapkan do’a. Pembacaan do’a oleh gadis-gadis dilaksanakan dengan melantunkan lagu-lagu (dengan syair tertentu), diiringi suling (musik basing-basing). Galla Puto bertugas menghadirkan penghulu untuk Attunu Panrolik dan Pallete Panne(meniti piring). Turut pula ditetapkan Anrong untuk menyiapkan bente. Bente ialah gabah dari beras pulut hitam yang disangrai (digoreng tanpa minyak), sampai mekar.
 
Setelah petugas upacara ditetapkan, maka disalah satu tempat di dalam hutan karamaka (hutan keramat), para penghulu adat berkumpul. Di dalam kegiatan aborong’ dibawah naungan pohon yang rindang, Camat Kajang yang disebut labbiria turut dihadirkan. Para pejabat Iainnya pun dihadirkan seperti SulewatangAnak Karaeng dan sejumlah penghulu adat. Pada saat upacara do’a berlangsung seluruh masyarakat butta kamase-masea kawasan adat, turut berdo’a. Mereka berdo’a dengan membakar dupa (kemenyan) di pintu rumah masing-masing.
 
Inti dari upacara ritual ini, ialah ketika bente” yang ditempatkan didalam wadah khusus, dibawa kehadapan Ammatoa. Sambil membakar kemenyan, Ammatoa membacakan mantera tertentu dengan sangat khidmat. Mantera tersebut merupakan do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atau oleh mereka disebut Tu Rie’ A’ra’na agar menurunkan rezeki kepada warganya. Selesai membaca mantera, bentetersebut dibawa ke laut untuk ditabur. Tidak ketinggalan alat-alat penangkap ikan pun seperti serobubujala dan sebagainya turut ditaburi bente.
 
Menurut kepercayaan warga setempat, beberapa hari kemudian, hasil ikan pun melimpah. Selanjutnya untuk mensyukuri anugerah Tuhan diadakan pula pesta syukuran sebagai tanda terima kasih kepada Tu Rie’ A’ra’na (Yang Maha Berkehendak).
 
 
Referensi:
https://alfiannawawibukandotcom.blogspot.com/2016/10/ammatoa-10-attahuru-bente.html

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline