|
|
|
|
![]() |
Asal-usul Situ Lengkong Panjalu Tanggal 10 Jul 2018 oleh Deni Andrian. |
Alkisah, ketika Sanghyang Borosngora selesai dari berguru agama di Tanah Suci Mekah, ia pulang ke kampung halamannya dengan membawa oleh-oleh beberapa benda. Salah satu cenderamata ajaib adalah sebuah gayung batok kelapa yang bagian bawahnya bolong dan bernama ‘gayung bungbas’.
Gayung Bungbas atau Gayung Kerancang merupakan pemberian dari ayah Sanghyang Borosngora yang bernama Prabu Cakradewa, Raja Panjalu, yang diserahkan bersama perintah untuk menuntut ilmu kesempurnaan sebagai bekal sebelum melanjutkan tahta. Sebelumnya Sahyang Borosngora pernah berkelana menuntut berbagai ilmu ke berbagai tempat tetapi ternyata kemudian diketahui memiliki rajah/tato ilmu kekebalan yang berasal dari Ujung Kulon.
Kepemilikan ilmu tersebut dianggap tabu bagi keluarga kerajaan Panjalu karena bertentangan dengan ajaran kerahayuan. Maka Prabu Cakradewa ‘menghukum’ anaknya dengan perintah menuntut ilmu sejati dengan tanda kelulusan mampu membawa air dengan Gayung Bungbas. Gayung itulah yang kemudian berisi air zamzam dan dibawa Sanghyang Borongora ketika pulang.
Air dari Gayung Bungbas kemudian dikucurkan di lembah yang mengelilingi Pasir Jambu. Lembah tersebut berubah menjadi danau, sementara Pasir Jambu kemudian diberi nama Nusa Larang yang berarti Pulau Larangan atau pulau yang disucikan.
Keberadaan Nusa Larang seirama dengan penyebutan terhadap kota Mekah, yakni ‘Tanah Haram’, tempat yang disucikan. Sebutan tersebut membawa konsekuensi pembatasan atas akses masuk ke kawasan tersebut, ada ketentuan tentang siapa, kapan dan ketentuan ketat yang mengaturnya. Tidak sembarang orang boleh masuk ke Nusa Larang dan tabu sekali melakukan pantangan atau hokum di tempat tersebut.
Nusa Larang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu pada masa pemerintahan Sanghyang Borosngora. Pulau tesebut kemudian menjadi tempat peristirahatan terakhir jasad para pemimpin Kerajaan Panjalu, yakni Prabu Rahyang Kancana, Raden Tumenggung Cakranagara III, Raden Demang Sumawijaya, Raden Demang Aldakusumah, Raden Tumenggung Argakusumah (Cakranagara IV) dan Raden Prajasasana Kyai Sakti.
Sumber: http://www.ciamis.info/2016/01/asal-usul-situ-lengkong-panjalu.html
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |