Apa kabar sobat blogger Jombang pembaca setia blog The Jombang Taste? Salah satu kekayaan sejarah budaya Nusantara adalah cerita rakyat yang dituturkan dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Beragam asal-usul desa Indonesia diceritakan dari kakeknenek kita saat kita masih kecil. Pada umumnya, cerita asal-usul desa tempat tinggal kita diceritakan sebagai pengantar tidur. Entah karena asyik menyimak cerita dengan khidmat atau karena faktor kelelahan setelah aktitas seharian, biasanya kita pun segera tertidur begitu cerita asal-usul desa itu disampaikan.
Kali ini The Jombang Taste akan membahas sejarah dan asal-usul Desa Sidomulyo yang berada di Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Saya mendapatkan sumber cerita ini dari salah satu kerabat yang tinggal di Sidomulyo. Di waktu senggang, kami bercakap dengan santai tentang asal-usul Desa Sidomulyo. Ternyata sosok penting dibalik pembukaan hutan untuk wilayah Desa Sidomulyo bernama Kyai Kabul Singomenggolo. Kyai Kabul Singomenggolo berasal wilayah Pamekasan, Pulau Madura. Seperti kebanyakan karakter warga Madura, Kyai Kabul Singomenggolo pantang menyerah dan teguh pendirian dalam berjuang. Pada jaman dulu, wilayah Desa Sidomulyo masih bernama Singkil. Kyai Kabul Singomenggolo inilah yang membabat alas Singkil untuk dijadikan pemukiman manusia untuk pertama kali. Tentu tidak mudah untuk membuka wilayah hutan untuk dijadikan pemukiman karena pada jaman dulu kondisi hutan masih sangat berbahaya. Bahaya tersebut bukan hanya berasal dari binatang buas harimau, singa, ular, dan sejenisnya, tetapi juga bahaya dari makhluk halus yang berdiam didalamnya. Bukan rahasia lagi kalau Pulau Jawa adalah tempat bersarangnya makhluk jin, dedemit dan makhluk halus lainnya. Meski demikian, Kyai Kabul Singomenggolo memiliki tekad kuat untuk membangun wilayah Singkil yang kelak kita kenal menjadi Desa Sidomulyo. Kehebatan Kyai Kabul Singomenggolo bukanlah tanpa sebab. Beliau merupakan putra Kyai Demang Panen, seorang bangsawan dari Kerajaan Pamekasan. Kyai Kabul Singomenggolo mempertahankan wilayah Singkil dari serbuan berbagai pihak yang ingin menguasainya, termasuk kolonialisme Belanda. Masyarakat setempat mempercayai Kyai Kabul Singomenggolo sebagai Demang Singkil. Kyai Kabul Singomenggolo hidup menetap di Singkil sampai beliau memiliki keturunan. Salah satu putrid Kyai Kabul Singomenggolo adalah Raden Ayu Warinah yang menjadi istri kedua dari Raden Bagus Anom. Raden Bagus Anom adalah Bupati Surabaya yang memerintah pada tahun 1831 sampai tahun 1859. Raden Bagus Anom bergelar Raden Ngabehi Kromodjoyo Adinegoro II. Secara tidak langsung Kyai Kabul Singomenggolo telah ikut memberikan pengaruh bagi perkembangan budaya Kota Surabaya karena keturunannya kelak akan menjadi tokoh-tokoh penting dalam perjuangan bangsa. Hingga akhir hayatnya, Kyai Kabul Singomenggolo tetap berdiam di Desa Sidomulyo. Makam Kyai Kabul Singomenggolo berada di desa tersebut dan kerap menjadi tujuan ziarah warga setempat maupun warga luar desa yang ingin mendoakannya. Demikian asal-usul Desa Sidomulyo Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo.
Sumber: http://agussiswoyo.com/sejarah-nusantara/asal-usul-desa-sidomulyo-kecamatan-buduran-kabupaten-sidoarjo/
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...