Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kepulauan Bangka Belitung bangka belitung
Asal Usul Pulau Belitung
- 17 Juli 2012

Belitung atau Belitong (sejenis siput laut) adalah nama sebuah pulau tropis yang terletak di lepas pantai timur Pulau Sumatra, bagian dari Provinsi Bangka-Belitung, Indonesia. Menurut cerita, pulau yang bentuknya mirip kepala manusia ini merupakan bagian semenanjung utara Pulau Bali yang terputus, lalu hanyut terbawa arus gelombang menuju ke arah utara. Peristiwa apakah yang menyebabkan Pulau Bali terputus? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Asal Usul Pulau Belitung berikut ini.

* * *

Alkisah, di Pulau Bali, Indonesia, hidup seorang raja yang adil dan bijaksana. Sang Raja sangat disegani dan disayangi oleh rakyatnya. Apapun yang dititahkannya pasti dipatuhi oleh rakyatnya. Raja tersebut mempunyai seorang gadis yang cantik jelita. Kecantikannya terkenal hingga ke berbagai negeri. Sudah banyak pemuda dan putra mahkota yang datang melamarnya, namun tak satu pun lamaran mereka yang diterimanya.

Pada suatu hari, seorang putra mahkota tampan dari kerajaan tetangga datang melamarnya. Ia adalah putra dari sahabat karib ayahandanya. Namun, sang Putri tetap menolak lamaran tersebut. Sang Raja dan Permaisuri sangat heran melihat sikap putrinya itu.

"Permaisuriku! Ada apa dengan putri kita? Kenapa setiap pelamar yang datang selalu ditolaknya?" tanya sang Raja kepada permaisurinya.

"Entahlah, Kanda! Tapi, Dinda merasa putri kita sedang menyembunyikan sesuatu," kata permaisuri.

"Kalau begitu, sebaiknya hal ini kita tanyakan langsung kepadanya," kata sang Raja.

"Baiklah, Kanda. Biarlah Dinda yang bicara kepadanya mengenai hal ini," sahut permaisuri.

Pada suatu sore, permaisuri melihat putrinya sedang duduk di kamarnya. Ia pun segera menghampirinya.

"Putriku! Mengapa Ananda selalu menolak lamaran yang datang?"

Mendengar pertanyaan permaisuri, sang Putri hanya terdiam menunduk. Mulanya, ia malu untuk mengungkapkan alasannya menolak lamaran tersebut. Namun setelah didesak, dengan berat hati sang Putri pun menjawab:

"Maafkan Ananda, Bunda! Bukannya Ananda tidak mau menerima lamaran mereka. Tapi, Ananda merasa malu dengan penyakit yang sedang Ananda derita ini."

"Penyakit apakah yang sedang Ananda derita? Kenapa Ananda tidak pernah bercerita kepada Bunda?" sang Permaisuri bertanya lagi.

Pertanyaan permaisuri itu membuat sang Putri kembali terdiam. Ia tidak berani menatap ibundanya. Melihat hal itu, sang Permaisuri pun memeluk putri kesayangannya itu.

"Putriku! Penyakit apakah yang sedang Ananda derita? Ceritakanlah kepada Bunda!" bujuk permaisuri.

Sambil menangis terisak di pelukan ibundanya, sang Putri pun bercerita tentang keadaan penyakit yang ia derita.

"Ananda sedang mengidap penyakit kelamin, Bunda," ungkap sang Putri.

Mendengar cerita itu, Permaisuri pun mengerti dan merasa sedih atas nasib yang menimpa putrinya. Ia pun segera menyampaikan berita buruk itu kepada Baginda Raja.

"Kanda! Dinda sudah tahu alasan kenapa putri kita selalu menolak setiap lamaran yang datang. Rupanya, putri kita sedang mengidap penyakit kelamin," kata permaisuri.

Betapa terkejutnya sang Raja mendengar berita itu. Ia bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Baginda Raja dan permaisuri memutuskan untuk mengadakan sayembara. Barang siapa yang mampu menyembuhkan penyakit sang Putri akan dinikahkan dengan sang Putri. Sang Raja pun segera memerintahkan kepada hulubalang istana agar menyebarkan pengumuman ke berbagai negeri.

Pada hari yang telah ditentukan, berkumpullah para ahli pengobatan dari berbagai penjuru untuk mengikuti sayembara tersebut. Satu per satu para ahli tersebut dipanggil untuk mengobati penyakit sang Putri. Meskipun para ahli tersebut telah mengeluarkan kemampuan dan kesaktian masing-masing, namun tak seorang pun yang berhasil menyembuhkan penyakit sang Putri. Putuslah harapan sang Raja dan permaisuri. Oleh karena khawatir penyakit sang Putri akan menular kepada orang-orang di sekitarnya, akhirnya sang Raja pun memutuskan untuk mengasingkan putrinya ke tengah hutan di semenanjung sebelah utara Pulau Bali.

Keesokan harinya, setelah segala sesuatunya disiapkan, sang Putri pun diantar ke tempat pengasingan. Ia diantar oleh sang Raja dan permaisuri beserta para pembantu istana. Sesampainya di sana, sang Putri dibuatkan sebuah pondokan untuk tempat tinggal. Setelah itu, sang Putri pun ditinggal bersama anjing peliharaannya yang bernama Tumang. Sebelum kembali ke istana, permaisuri berusaha membujuk dan menenangkan hati putrinya.

"Maafkan kami, Putriku! Ayahanda dan Bunda terpaksa meninggalkan Nanda sendirian di sini hingga penyakit Ananda sembuh. Ananda tidak usah khawatir, sesekali waktu Bunda akan mengutus beberapa orang pengawal istana untuk mengantarkan makanan dan segala keperluan Ananda selama tinggal di sini," ujar permaisuri kepada putrinya.

"Baiklah, Bunda! Demi keselamatan orang lain, Nanda rela tinggal di sini. Lagi pula, Ananda sudah ditemani oleh si Tumang," kata sang Putri.

Setelah memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa untuk perlindungan sang Putri, dengan perasaan sedih sang Raja dan permaisuri beserta rombongannya pergi meninggalkan tempat tersebut.

Selama berada di dalam hutan itu, sang Putri selalu ditemani oleh anjing kesayangannya ke mana pun ia pergi. Pada suatu hari, ketika sang Putri sedang buang air kecil, si Tumang menjilat air kencing sang Putri. Bahkan si Tumang juga menjilat sisa-sisa air kencing yang masih melekat di kemaluan sang Putri. Melihat hal itu, sang Putri tetap membiarkannya. Kejadian seperti itu berlangsung hampir setiap kali sang Putri buang air kecil.

Setelah beberapa bulan berada di tempat itu, sang Putri mulai merasa kesepian. Sebagai seorang gadis yang sedang mengalami kasmaran yang menggelora, tentu ia mendambakan kehangatan kasih mesra seorang kekasih. Ketika asmaranya semakin menggelora dan tak mampu lagi menahannya, akhirnya sang Putri pun melampiaskan nafsunya kepada anjing kesayangannya. Kebiasaan sang Putri membiarkan anjingnya menjilat kemaluannya setiap selesai buang air kecil berubah menjadi hubungan kelamin, hingga akhirnya sang Putri mengandung. Namun, saat itu pula terjadi suatu keanehan. Penyakit yang diderita sang Putri berangsur sembuh.

Pada suatu hari, utusan dari istana datang mengantarkan makanan dan keperluan untuk sang Putri. Betapa terkejutnya para utusan tersebut ketika melihat perut sang Putri yang sudah membesar.

"Ampun, Tuan Putri! Apa yang sedang menimpa Tuan Putri, kenapa perut Tuan Putri menjadi besar begitu?" tanya seorang utusan.

Mulanya, sang Putri enggan untuk menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Setelah didesak, akhirnya ia pun berterus terang dan menceritakan apa yang telah dilakukannya dengan si Tumang. Ia juga bercerita bahwa sejak berhubungan dengan si Tumang, penyakit kelaminnya berangsur sembuh.

Mendengar pernyataan sang Putri, para utusan itu pun segera kembali ke istana untuk menyampaikan berita tersebut kepada sang Raja. Mulanya sang Raja sangat senang ketika mendengar penyakit putrinya telah sembuh. Namun, alangkah terkejutnya sang Raja ketika mendengar putrinya telah berhubungan badan dengan si Tumang. Mendengar kabar buruk itu, sang Raja bagaikan disambar petir. Ia benar-benar tidak pernah menyangka sebelumnya jika putrinya akan melakukan perbuatan yang sangat memalukan itu. Ia pun menjadi murka dan tidak menerima perbuatan putrinya yang telah mencemarkan nama baik keluarga istana.

Pada suatu malam, Sang Raja mensucikan diri dan memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar menghukum putrinya.

"Ya, Tuhan! Berilah hukuman kepada putriku yang telah melanggar perintahmu! Hancurkanlah tempat di mana Putriku telah melakukan perbuatan tercela!"

Doa sang Raja pun dikabulkan. Beberapa hari kemudian, hujan deras disertai angin sangat kencang datang menerjang. Tidak berapa lama kemudian, bumi pun bergetar sehingga semenanjung Pulau Bali tempat sang Putri diasingkan itu terputus dan hanyut menuju ke arah utara.

Nun jauh di sana, di tengah laut lepas sebelah timur Pulau Sumatra, dua orang nelayan yang bernama Datuk Malim Angin dan Datuk Langgar Tuban sedang memancing ikan dengan menggunakan perahu sampan. Di tengah sedang asyik memancing, tiba-tiba mereka dikejutkan sebuah pemandangan yang aneh. Datuk Malim Angin melihat sebuah pulau sedang hanyut dan melintas tidak jauh dari tempat mereka memancing. Tanpa berpikir panjang, ia pun segera mengayuh sampan dan mengejar pulau itu. Ketika berhasil mencapai salah satu bagian pulau tersebut, Datuk Malim Angin pun segera mengambil sebuah tali sauh dan mengikatkannya pada sebatang pohon yang ada di kaki sebuah gunung, kemudian melemparkan jangkarnya yang telah diikatkan pada ujung tali itu ke dasar laut. Beberapa saat kemudian, pulau itu pun berhenti dan tidak hanyut lagi.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, gunung tempat Datuk Malim Angin menambatkan tali sauhnya disebut dengan Gunung Baginde yang kini terletak di Kampung Padang Kandis, Membalong, Belitung. Sementara pulau yang hanyut itu, masyarakat setempat menyebutnya Pulau Belitong, yang berasal dari kata Bali terpotong. Lama kelamaan penyebutannya berubah menjadi Belitung.

* * *

Demikian cerita Asal Usul Pulau Belitung dari daerah Provinsi Bangka-Belitung, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori legenda yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah ganjaran dari perbuatan lengah dan tidak mampu menahan hawa nafsu, sebagaimana yang dialami oleh sang Putri. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:

ingat hidup banyak godaan
di kiri iblis di kanan setan
nafsu menanti di dalam badan
selera menunggu di angan-angan
bila lengah hidup mengenyam
bila lalai rusaklah iman

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline