Apa yang para pembaca pikirkan ketika mendengar kata ‘Tebing’? pasti sebuah jurang yang tinggi jika dilihat dari atas dan sangat dalam jika dilihat dari bawah. Lalu, bagaimana dengan kata ‘Tinggi’ ? Pasti suatu kata sifat yang menggambarkan bahwa sesuatu itu menjulang ke atas. Lalu bagaimana jika kedua kata itu kita gabungkan menjadi ‘ Tebing Tinggi’ ? pasti anda membayangkan sebuah dinding curam yang menjulan ke atas yang hampir menyentuh langit. Tetapi sangat disayangkan bahwa ‘Tebing Tinggi’ yang akan saya ceritakan disini bukan definisi yang sudah kita ketahui bersama, melainkan adalah ‘Tebing Tinggi’ yang mana merupakan sebuah Kota di Provinsi Sumatera Utara. Disini saya akan mengulas tentang sejarah dan cerita rakyat mengenai asal usul terbentuknya Kota kelahiran saya ini. Disini saya juga akan mewawancarai teman saya sewaktu Sekolah Menengah Atas dulu, yang mana beliau merupakan Ketua Tim Peneliti Asal Usul Kota Tebing Tinggi dari Sekolah saya dulu. Beliau adalah Hinggil Putra Sadewa, beliau sekarang merupakan seorang Mahasiswa di salah satu Universitas di Malang, Jawa Timur. Dikarenakan kami dipisahkan oleh jarak, maka saya akan mewawancarainya via panggilan suara. Adapun pertanyaan yang akan saya tanyakan adalah:
Setelah saya mewawancarai Saudara Hinggil, saya pun mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang tadi kita tanyakan sebagai berikut:
Sepertinya sudah semua pertanyaan dijawab oleh saudara Hinggil, Terima kasih kepada saudara Hinggil Putra Sadewa. Saya sangat senang sekali bisa mengetahui sekaligus menyebarkan cerita rakyat tentang asal usul Kota kelahiran saya kepada para pembaca sekalian. Setelah mengetahui asal usul Kota Tebing Tinggi dapat kita simpulkan bahwa dulunya Tebing Tinggi merupakan sebuah daerah Kerajaan Melayu dengan Raja yang sangat bagus dalam memipin sehingga dapat membuat rakyatnya mengakui bahwa Raja tersebut memang pantas memimpin mereka bahkan menganugrahkan nama ‘Tinggi’ pada raja tersebut. Dari kesimpulan ini, saya harap bahwa setiap orang dari kita dapat meniru Raja Tengku Tebing Pangeran gelar Jamta Melayu Kota Tebing Tinggi dahulu, bahwa kita tak hanya hebat dalam memimpin diri sendiri tetapi kita dapat memimpin orang lain tanpa dengan kekerasan melainkan dengan kebersamaan yang membuat kita kuat. Dan tak lupa yang terutama bahwa kita bisa semakin menghargai budaya dan sejarah mengenai Indonesia tercinta kita, tidak hanya untuk kota besar melainkan untuk semua Budaya Indonesia. Tentu kita tidak ingin bila budaya kita sampai di klaim oleh pihak lain, untuk itu marilah kita semua saling menjaga Budaya Indonesia dengan cara mengetahui tentang budaya tersebut. Stop Apatis ! be ProAktif !!
#OSKMITB2018
sumber: wawancara dengan Ketua Tim Peneliti Sejarah SMA N 1 Tebing Tinggi tahun 2017, Hinggil Putra Sadewa.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja