Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Surabaya
Asal Usul Nama Surabaya
- 19 September 2014 - direvisi ke 6 oleh Bangindsoft pada 12 November 2021

Menurut legenda, nama Kota Surabaya, Ibu Kota Propinsi Jawa Timur, berasal dari gabungan kata Sura yang merupakan nama seekor ikan hiu besar dan Baya yang merupakan nama seekor buaya besar. Berikut ini sejarah singkat mengenai asal usul nama Surabaya.

Alkisah pada zaman dahulu hidup seekor buaya besar bernama Baya. Ia mempunyai musuh bebuyutan seekor ikan hiu besar bernama Sura. Hampir setiap hari keduanya berkelahi. Karena sama-sama kuat, tangguh, dan tangkas, tidak ada yang menang maupun kalah. Jika keduanya tengah berkelahi, perairan di sekitarnya akan menjadi bergelombang besar dan keruh. Hewan-hewan yang hidup disekitar mereka merasa terganggu dan berusaha untuk mendamaikan keduanya. Namun Sura dan Baya terus saja bermusuhan dan berkelahi.

Permusuhan Antara Sura Dan Baya

Sampai pada titik tertentu, keduanya merasa kelelahan dengan permusuhan itu. Akhirnya Sura dan Baya sepakat untuk menghentikan permusuhan mereka, setidaknya untuk sementara waktu. “Baya, aku mulai lelah dengan permusuhan kita. Hampir tiap hari kita berkelahi dan tidak ada yang menang maupun kalah. Bagaimana kalau kita membagi wilayah kekuasaan dan menghentikan permusuhan kita?” kata Sura pada Baya.

“Boleh saja. Aku juga sudah lelah dengan permusuhan ini. Bagaimana aturan pembagian wilayah kekuasaan ini?” tanya Baya.

“Batas wilayah kita adalah daerah dimana air mencapainya di waktu laut pasang. Aku menguasai perairan dan Engkau menguasai daratan. Semua mangsa di laut menjadi bagianku, begitu juga semua mangsa di darat menjadi bagianmu.” kata Sura.

“Cukup adil. Baiklah kalau begitu Aku setuju.” kata Baya.

Akhirnya tercapailah persetujuan antara Sura dan Baya. Sejak saat itu mereka sudah tidak lagi berkelahi memperebutkan daerah kekuasaan. Masing-masing menguasai daerah kekuasaannya.

Tapi sayang perdamaian diantara keduanya tidak berlangsung lama. Sura mulai melanggar peraturan yang ia ajukan sendiri. Ia tidak saja mencari makan di daerah kekuasaannya di laut, tapi ia juga mencari mangsa di daerah kekuasaan Baya yaitu di sungai. Hal itu ia lakukan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh Baya. Tapi lambat laun Baya mulai mengetahui kecurangan yang dilakukan Sura.

Suatu ketika Baya melihat Sura tengah mencari mangsa di daerah kekuasaannya di sungai. Dengan marah Baya mendekati Sura dan memarahinya. “Hai Sura! Mengapa engkau berlaku curang dengan mencari mangsa di daerah kekuasaanku? Bukankah engaku sendiri yang membuat peraturan wilayah kekuasaan ini?” kata Baya dengan marah.

Sura nampaknya tidak mau mengakui kecurangannya dan mengatakan bahwa ia tidak melanggar perjanjian. “Apa katamu Baya? Aku melanggar perjanjian? Aku tidak melanggar wilayah kekuasaanmu. Kan sudah Aku bilang, kalau Aku menguasai wilayah perairan dan engkau menguasai wilayah daratan. Jadi apa salah jika aku mencari mangsa di sungai?’ kata Sura tidak mau kalah.

Baya merasa Sura hanya mencari-cari alasan. “Hai Sura! Kau hanya mencari-cari alasan agar bisa mencari mangsa di daerah kekuasaanku. Sekarang perjanjian diantara kita telah berakhir karena Engkau melanggarnya. Mari kita bertarung! Siapa yang menang maka dia menjadi penguasa baik di daratan maupun di perairan!” Baya menantang Sura.

“Baiklah mari kita bertarung untuk menentukan siapa yang terkuat diantara kita.” teriak Sura.

Pertarungan Hebat Sura Dan Baya

Mereka berdua akhirnya kembali bertarung dengan hebatnya. Keduanya saling menggigit tubuh lawannya dengan gigi runcingnya. Sura menggigit ekor Baya sementara Baya juga mengigit ekor Sura hingga hampir putus. Sura merasa kesakitan karena ekornya hampir putus oleh gigitan Sura yang bergigi sangat tajam dan kuat. Karena tidak tahan, akhirnya Sura berenang kembali ke laut. Sementara ekor Baya terluka parah karena gigitan Sura, yang mengakibatkan ekornya selalu membelok ke kiri. Namun Baya merasa senang karena telah memenangkan pertandingan tersebut. Sura telah kembali ke laut karena ekornya terluka parah.

Sura Dan Baya Menjadi Asal Usul Nama Surabaya

Perkelahian antara Sura dan Baya tersebut disaksikan oleh warga sekitar. Warga merasa takjub dengan dahsyatnya perkelahian tersebut. Akhirnya warga memberi nama tempat mereka tinggal dengan paduan nama Sura dan Baya, yakni Surabaya. Begitulah menurut cerita rakyat mengenai asal usul nama Surabaya. Hingga kini Surabaya menjadi ibukota Propinsi Jawa Timur dan merupakan salah satu kota besar di Indonesia.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
sate ayam madura
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

soto ayam adalah makanan dari lamongan

avatar
Sadaaaa