Dahulu kala disebuah daerah hiduplah seorang pria tua yang bernama Angku Pangilun. Angku Pangilun tinggal di lereng sebuah perbukitan bersama beberapa anjing peliharaannya. Angku Pangilun ini adalah orang yang sangat dihormati dan disegani di desa karena kesaktiannya. Kesaktian Angku Pangilun tidak hanya menjadi buah bibir di desa saja, tetapi juga di berbagai daerah. Banyak penduduk desa dan penduduk dari daerah lain yang berguru kepadanya atau sekedar meminta pertolongan kepadanya.
Kesaktian yang dimiliki oleh Angku Pangilun sangat banyak. Orang-orang dari berbagai pelosok daerah sering meminta bantuannya untuk berbagai keperluan. Kebanyakan dari mereka pergi menemui Angku Pangilun untuk berobat. Mereka percaya bahwa paureh (ramuan) yang telah dimantrai oleh Angku Pangilun berkhasiat mengobati penyakit. Selain itu, Angku Pangilun juga sering dipanggil untuk menjadi pawang binatang buas yang sering menyerang desa. Tak jarang pula ia dimintai untuk membuatkan Paureh Padi (Ramuan Padi). Paureh Padi ini adalah ramuan yang dibuat agar padi yang ditanam tumbuh subur dan terhindar dari hama.
Di akhir hayatnya Angku Pangilun masih mendapatkan penghargaan yang tinggi dari masyarakat. Penduduk desa dan orang-orang yang menghormatinya sepakat untuk menguburkan jasadnya di puncak tertinggi dari bukit tempat ia tinggal. Puncak tersebut kemudian terkenal dengan nama “Puncak Tampat” atau Puncak Keramat. Untuk menghormati dan mengenang jasa Angku Pangilun yang telah banyak menolong, penduduk desa lalu menamai bukit itu dengan nama “Gunung Pangilun”, dan daerah sekitar juga dikenal dengan nama yang sama.
Di ceritakan informan, sewaktu ia masih kecil banyak orang berziarah ke kuburan Angku Pangilun. Tujuan mereka berziarah anatara lain untuk berdoa agar tanaman padi mereka terhindar dari hama penyakit. Bahan-bahan yang mereka bawa ke Puncak Tampat adalah Paureh Padi yang terdiri atas air sumur yang di dalamnya ditambahkan bunga tujuh rupa dan beberapa potong asam kapeh. Selain membawa paureh padi, mereka juga membawa semacam sesaji berupa 2 gengggam beras, lapek, dan abu tungku rang marando. Lapek adalah makanan ringan yang dibungkus daun pisang, lapek ini ada berbagai macam, ada lapek pisang, lapek sagu, lapek sagan, lapek parancih,dll. Sedangkan abu tungku rang marando adalah abu tungku yang berasal dari rumah yang di dalamnya tinggal seorang janda.
Diceritakan lagi oleh informan, bahwa pada zaman penjajahan Jepang dulu pernah terjadi peristiwa gaib di Puncak Tampat (Kuburan Angku Pangilun). Pada suatu hari ada sebuah pesawat Jepang yang oleng dan hampir jatuh tepat di atas kuburan Angku Pangilun. Karena keramatnya, pesawat yang seharusnya jatuh menimpa kuburan justru malantiang atau menyimpang jauh arah jatuhnya sehingga kuburan tersebut aman.
Hingga kini, cerita ini menjadi legenda karena dipercaya oleh sebagian orang. Umumnya pihak yang percaya adalah orang-orang tua yang tahu dengan cerita Angku Pangilun. Selain mendapat cerita dari mulut ke mulut, di puncak bukit (puncak Tampat) memang terdapat bukti berupa kuburan yang panjangnya kira-kira 3 meter. yang menurut informan adalah ,akam Angku Pangilun walaupun belum jelas keasliannya.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEAQFjAE&url=http%3A%2F%2Fnusantaralogin.blogspot.com%2F2013%2F09%2Fkumpulan-cerita-rakyat-papua.html&ei=pUGKVOqZBsHIuATGqoDYCQ&usg=AFQjCNEkZUxwyS9UNexiJJpL0FFQ7TgrxA&sig2=eDnpGyn694VzQKO8ZEcLsw
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...