Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Timur Bondowoso
Asal Usul Kota Bondowoso Jawa Timur
- 13 Juli 2018

Postingan kali ini saya akan menuliskan Asal Usul Kota Bondowoso Jawa Timur. Pada kerajaan yang cukup megah di pulau Madura. Kerajaan ini memiliki wilayah yang luas, istana megah yang artistic dengan penataan gedung-gedung serta taman yang indah dan asri. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja memiliki beberapa orang putra, diantaranya bernama Raden Bagus Asra. Keberadaan putra-putranya merupakan kebahagiaan bagi kalangan keluarga kerajaan. Raden Bagus Asra memiliki jiwa kepemimpinan yang bisa diandalkan.
 


Untuk memperluas daerah kekuasaan kerajaan, raja mengutus Raden Bagus Asra ke pulau jawa bagian Timur. Dalam perjalannya didampingi oleh pengikut dan beberapa tentara kerajaan. Perjalan ke pulau Jawa ini melewati jalur laut yaitu selat Madura. Dari perjalan itu akhirnya mendarat di suatu daerah yang bernama Besuki. Berawal dari Besuki inilah Raden Bagus Asra mengembara dan membuka hutan ke arah Selatan.
Hari demi hari bulan demi bulan, pekerjaan membabat hutan untuk dijadikan wilayah komunitas masyarakat baru dan wilayah kerajaan. Perjalanan untuk membuka wilayah baru melewati daerah perbukitan, lembah-lembah dan perkampungan-perkampungan kecil yang dihuni oleh beberapa kepala keluarga saja.

Mereka umumnya bercocok tanam dan beterbak sebagai mata pencaharian.
Kehidupan mereka penuh gotong royong dan kekeluargaan. Suasana desa yang damai, aman dan nyaman membuat Raden Bagus Asra dan pengikutnya betah untuk singgah beberapa hari di desa itu untuk beristirahat dan memenuhi perbekalan perjalanan selanjutnya. Raden Bagus Asra tidak hanya membuka hutan saja, tetapi memberikan bimbingan dan penyuluhan cara bercocok tanam dan beternak yang baik kepada masyarakat kampung-kampung yang disinggahinya.

Di sela-sela istirahatnya di suatu pedukuhan, para pengikut Raden Bagus Asra membuat suatu hiburan dan atraksi yaitu aduan sapi. Dimana aduan sapi ini merupakan hiburan yang sangat disenangi dan terus digandrungi oleh pengikut-pengikutnya dan masyarakat pedukuhan yang dilewati oleh Raden Bagus Asra, sehingga aduan sapi ini menjadi suatu kebiasaan yang terus terpelihara sampai sekarang. Terutama di daerah-daerah yang pernah dilewati oleh Raden Bagus Asra dan pengikutnya.

Pada suatu saat Raden Bagus Asra dan pengikutnya tiba di suatu daerah pedukuhan yang subur. Dari kehidupan masyarakatnya terdapat seorang tuan tanah yang kaya. Dengan kekayaan inilah tuan tanah tersebut dapat mengatur daerahnya dan berkuasa disana. Berawal dari kondisi inilah akhirnya Raden Bagus Asra menamakan pedukuhan itu dengan nama Bondowoso yang mempunyai arti Bondo adalah modal atau biaya dan Woso adalah kuasa. Sehingga secara harfiyah dapat diartikan "mereka yang memiliki modal dapat berkuasa". Di daerah inilah Raden Bagus Asra bersama pengikutnya mengakhiri perjalan dan menetap untuk bercocok tanam serta hidup di sana. Raden Bagus Asra bersama orang kaya tersebut mengembangkan potensi alam yang ada dan sebagai perintis berdirinya kota Bondowoso.

Sejarah Bondowoso
Berawal dari seorang anak yang bernama Raden Bagus Assra, ia adalah anak Demang Walikromo pada masa pemerintahan Panembahan di bawah Adikoro IV, menantu Tjakraningkat Bangkalan, sedangkan Demang Walikoromo tak lain adalah putra Adikoro IV.

Tahun 1743 terjadilah pemberontakan Ke Lesap terhadap Pangeran Tjakraningrat karena dia diakui sebagai anak selir. pertempuran yang terjadi di desa Bulangan itu menewaskan Adikoro IV, Tahun 1750 pemberontakan dapat dipadamkan dengan tewasnya Ke Lesap. Terjadi pemulihan kekuasaan dengan diangkatnya anak Adikoro IV, yaitu RTA Tjokroningrat. Tak berapa lama terjadi perebutan kekuasaan dan pemerintahan dialihkan pada Tjokroningrat I anak Adikoro III yang bergelar Tumenggung Sepuh dengan R. Bilat sebagi patihnya. Khawatir dengan keselamatan Raden Bagus Assra, Nyi Sedabulangan membawa lari cucunya mengikuti eksodus besar-besaran eks pengikut Adikoro IV ke Besuki. Assra kecil ditemukan oleh Ki Patih Alus, Patih Wiropuro untuk kemudian di tampung serta dididik ilmu bela diri dan ilmu agama.

Usia 17 tahun beliau diangkat sebagai Mentri Anom dengan nama Abhiseka Mas Astruno dan tahun 1789 ditugaskan memperluas wilayah kekuasaan Besuki ke arah selatan, sebelumnya beliau telah menikah dengan putri Bupati Probolinggo. Tahun 1794 dalam usaha memperluas wilayah beliau menemukan suatu wilayah yang sangat strategis untuk kemudian disebut Bondowoso dengan diangkatnya beliau sebagi Demang di daerah yang baru dengan nama Abhiseka Mas Ngabehi Astrotruno. Demikianlah dari hari ke hari Raden Bagus Assra berhasil mengembangkan Wilayah Kota Bondowoso dan tepat pada tanggal 17 Agustus 1819 atau hari selasa kliwon, 25 Syawal 1234 H. Adipati Besuki R. Aryo Prawirodiningrat sebagai orang kuat yang memperoleh kepercayaan Gubernur Hindia Belanda, dalam rangka memantapkan strategi politiknya menjadikan wilayah Bondowoso lepas dari Besuki, dengan status Keranggan Bondowoso dan mengangkat R. Bagus Assra atau Mas Ngabehi Astrotruno menjadi penguasa wilayah dan pimpinan agama, dengan gelar M. NG. Kertonegoro dan berpredikat Ronggo I, ditandai penyerahan Tombak Tunggul Wulung.

Masa Beliau memerintah adalah tahun 1819 – 1830 yang meliputi wilayah Bondowoso dan Jember. Pada tahun 1854, tepatnya tanggal 11 Desember 1854 Kironggo wafat di Bondowoso dan dikebumikan di atas bukit kecil di Kelurahan Sekarputih Kecamatan Tegalampel, yang kemudian menjadi Pemakaman keluarga Ki Ronggo Bondowoso.

Sumber: https://betulcerita.blogspot.com/2016/10/asal-usul-kota-bondowoso-jawa-timur.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU