×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

folklor

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Jawa Timur

Asal Usul Jember - Jember - Jawa Timur

Tanggal 23 Mar 2018 oleh Oase .

Dahulu kala, di pesisir pantai selatan Jawa Timur terdapat sebuah kampung yang damai dan tenteram. Kampung itu terkenal dengan nama Kampung Nelayan karena hampir seluruh penduduknya bekerja sebagai nelayan. Kampung Nelayan dipimpin seorang yang adil dan bijaksana. Semua yang dia lakukan untuk kesejahteraan penduduknya.

Kesejahteraan dan kemakmuran Kampung Nelayan mengundang decak kagum dari kampung di sekitarnya. Tetapi juga menjadi incaran orang-orang jahat yang iri dan serakah.

Suatu hari kampung tersebut diserang oleh kawanan perompak.

“Jangan biarkan perompak menghancurkan kampung ini. Kita harus berjuang demi Kampung Nelayan! Majuuu!” dengan gagah berani, Kepala Kampung memimpin melawan perompak.

Dalam perlawanan itu, Kepala Kampung terbunuh. Begitu juga sebagian besar para lelakinya.

Beberapa lelaki yang tersisa, membawa putri Kepala Kampung yang bernama Dewi Jembarsari dan para wanita meningggalkan Kampung Nelayan.

Mereka mengungsi di hutan perbukitan, dekat Sungai Bedadung yang jernih. Bahu-membahu mereka membuka hutan untuk dijadikan perkampungan baru dan belajar bercocok tanam. Pelan namun pasti, hasil kerja keras mereka bisa dinikmati. Hasil panen dari sawah dan kebun yang berlimpah. Daerah baru itu pun berkembang pesat dan besar dikenal dengan nama Kampung Baru.

Dewi Jembarsari tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pandai. Dia juga bijaksana seperti almarhum ayahnya. Penduduk sangat hormat dan segan pada Dewi Jembarsari. Mereka meminta dia untuk memimpin Kampung Baru.

“Apakah kalian sudah memikirkan baik-baik untuk memilihku menjadi pemimpin kampung ini?”

“Kami percaya dan yakin, Dewi bisa memimpin kampung ini dengan adil dan bijaksana seperti ayah Dewi dahulu.”

Dewi Jembarsari berpikir dan menimbang permintaan penduduk.

“Baiklah, aku terima kepercayaan kalian padaku. Tetapi aku meminta bantuan kalian untuk berjuang bersama memajukan kampung baru kita ini.”

“Terima kasih, Dewi Jembarsari!”

Penduduk sangat gembira. Mereka menerima permintaan Dewi Jembarsari dengan sukarela. Sejak dipimpin Dewi Jembarsari, Kampung Baru berkembang sangat pesat. Jalan pemukiman diperbaiki, begitu juga jalan yang menghubungkan dengan kampung di sekitarnya. Membangun saluran irigasi yang berpusat di Sungai Bedadung. Pertanian berhasil melimpah. Penduduk selalu bergotong-royong untuk melakukan pembangunan rumah warga, gardu kampung, balairung pertemuan dan menggarap sawah. Mereka juga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah bersama.

Dewi Jembarsari dan penduduk sangat ramah dan terbuka menerima kedatangan orang-orang dari luar kampung mereka. Kedatangan mereka sebagian besar adalah untuk berdagang. Pendatang dan pendagang banyak yang akhirnya memilih menetap di Kampung Baru.

Wilayah Kampung Baru semakin luas. Banyak kampung kecil disekitarnya yang bergabung di bawah kepemimpinan Dewi Jembarsari. Termasuk Kampung Nelayan. Penduduk di sana tidak suka dengan kepemimpinan perompak yang kejam dan semena-mena.

Kecantikan dan kepandaian Dewi Jembarsari membuat banyak pemuda yang jatuh cinta. Banyak yang melamarnya untuk dijadikan istri. Tapi Dewi Jembarsari selalu menolak dengan halus. Dia hanya ingin mengabdikan hidupnya untuk kesejahteraan Kampung Baru.

Suatu hari kawanan perampok yang terkenal kejam mencegat rombongan Dewi Jembarsari yang sedang dalam perjalanan kunjungan. Pimimpin mereka ingin memperistri Dewi Jembarsari.

“Hai Dewi Jembarsari! Kamu harus mau jadi istriku.”

“Maafkan saya! Saya tidak bisa memenuhi permintaan itu,” jawab Dewi Jembarsari tetap dengan nada lemah lembut.

“Kenapa kamu tidak mau menjadi istriku? Aku pemimpin yang kuat dan ditakuti, berdua kita akan menguasai seluruh wilayah,” kata pemimpin itu lagi.

“Saya masih mengemban tugas melindungi dan mensejahterakan penduduk Kampung Baru. Tidak sepatutnya jika saya mendahulukan kepentingan pribadi. Lagipula saya tidak tertarik dengan kekuasaan.”

Pemimpin perampok tidak terima atas tolakan Dewi Jembarsari. Dia marah besar dan merasa disepelekan. Dia memerintah anak buahnya untuk  menyerang rombongan Dewi Jembarsari. Pertempuran tidak bisa dielakkan. Dengan sekuat tenaga, Dewi Jembarsari dan pengawalnya membela diri. Apalah daya, kekuatan tak seimbang. Mereka kalah. Dewi Jembarsari gugur dalam pertempuran.

Penduduk Kampung Baru berduka. Pemimpin yang mereka cintai dan sayangi telah pergi untuk selamanya.

Untuk mengenang jasa Dewi Jembarsari, penduduk sepakat mengganti nama Kampung Baru menjadi Jembarsari. Setiap ada pertanyaan asal daerah, dengan bangga mereka akan menjawab, “Kami dari Jembarsari.”

“O … dari Jembar.”

Lama-kelamaan Jembarsari terkenal dengan nama Jembar. Yang kemudian berubah menjadi Jember.



 

Sumber: http://indonesianfolktales.com/id/book/asal-usul-jember/

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...