Asal-Usul Danau Sebedang
Terdapat sebuah keraton kerajaan Sambas, dimana daerah sekitar keraton sangat damai, tenang, dan juga banyak pepohonan yang menyejukkan serta asri sehingga memperindah keraton kerajaan sambas. Suatu hari, keluarlah seseorang dari keraton tersebut dan orang yang keluar tersebut ternyata adalah seorang Sultan yang bernama Syarifiudin. Sultan tersebut berjalan-jalan di halaman keraton yang indah dan tenang. Saat berjalan-jalan, terlintas dipikiran Sultan Syarifiudin untuk memiliki sebuah tempat peristirahatan yang asri, indah, tenang dan diselingi banyak gunung dan pohon serta dialiri oleh danau. Sultan juga ingin suatu tempat dimana ia bisa mendengar kicauan burung-burung.
Setelah itu, Sultan memanggil menteri-menteri dan bawahannya ke keraton istana. Sang Sultan meminta kepada semua menteri dan bawahannya untuk dicarikan sebuah tempat peristirahatan seperti yang diinginkannya. Kemudian, para menteri itu pun bergegas mengumpulkan orang-orang untuk mencari tempat peristirahatan yang diinginkan sang Sultan. Setelah lama mencari, para menteri dan orang bawahannya pun tidak bisa menemukan tempat yang diinginkan Sultan. Mereka pun meminta maaf kepada Sultan, satu keraton pun hening. Kemudian muncul lah seseorang tiba-tiba ke hadapan Sultan. Ia adalah kepala desa Sebedang, yang menawarkan suatu tempat yang diinginkan oleh Sultan Syarifiudin. Sultan pun tertarik dengan tempat yang ditawarkan kepala desa Sebedang. Setelah itu kepala desa pun pulang ke desanya menunggu kedatangan rombongan Sultan Syarifiudin.
Keesokan harinya, rombongan Sultan pun berangkat ke desa Sebedang. Rombogan berangkat menaiki kuda dari Kabupaten Kesultanan Sambas melewati Desa Sepuk Tanjung dan melewati Tanjung Putat, tidak langsung ke Desa Sebedang karena pada masa itu Desa Sebedang tidak ada jalan raya. Setelah sampai di daerah Sebedang, Sultan pun bertemu Kepala Desa Sebedang. Sultan pun menanyakan dimana tempat yang dia inginkan kepada Kepala Desa Sebedang. Kepala Desa Sebedang pun menunjukkan bukit-bukit yang ada dan dari bukit satu ke bukit ujungnya, daerah tersebut dapat dibuat danau buatan. Setelah itu, Sultan pun memerintahkan kepada menteri-menteri dan bawahannya untuk membuat sebuah danau buatan di daerah tersebut. Setelah beberapa waktu, danau buatan tersebut pun selesai dibuat.
Setelah danau yang diinginkan Sultan selesai dibuat, Sultan menghabiskan waktu dari hari ke hari di danau buatan tersebut. Namun tiba-tiba, turun hujan yang sangat deras sehingga membuat pagong danau tersebut rusak dan pecah. Saat hujan telah reda, Sultan memerintahkan bawahannya untuk memperbaiki danau tersebut. Setelah diperbaiki, ditahun kedua danau tersebut kembali diguyur hujan deras sehingga danau tersebut kembali rusak. Ternyata hal tersebut disebabkan karena didaerah tersebut dihuni oleh penghuni kasat mata yang tidak dapat diusir begitu saja.
Karena setiap danau yang rusak diperbaiki kembali rusak, Sultan pun memanggil Kepala Desa Sebedang untuk menanyakan mengapa hal ini terjadi dan bagaimana solusinya. Kepala Desa Sebedang pun memberi saran bahwa agar danau ini lebih aman dan tidak rusak lagi, dibuatlah dengan guni dan daerah bawah danau dibuat lebih besar dan diatas dibuat lebih kecil. Sultan pun memerintahkan bawahannya untuk membuat apa yang dijelaskan oleh Kepala Desa Sebedang. Setelah itu danau buatan tersebut menjadi aman dan tidak rusak lagi. Danau buatan tersebut pun diberi nama Danau Sebedang karena danau tersebut berada di daerah sebedang. Begitulah cerita asal usul terbentuknya Danau Sebedang. Danau tersebut sekarang merupakan objek wisata di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
#OSKMITB2018
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja