Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Jawa Timur Malang
Asal Usul Coban Baung
- 6 Agustus 2018

ASAL USUL COBAN BAUNG

 

Pada suatu malam, bulan nampak bundar di langit. Cahayanya yang keemasan menambah keelokan malam.

 

Seorang putri jelita terbangun dari semadinya. Cahaya bulan yang masuk ke dalam gua, tempatnya bertapa, menyilaukan matanya. Sementara itu, gemuruh suara air terjun di hadapannya terdengar merdu. Gua, tempat putri itu bertapa memang terletak di balik air terjun itu.

 

"Ah indah sekali malam ini. Tak terasa sudah sepurnama aku bersemadi," ujar putri itu sambil memandang keindahan bulan dari balik air terjun.

 

Putri itu mengalihkan pandang matanya ke desa di bawah sana. Desa itu nampak indah sekali. Sang putri tiba-tiba merasa kesepian. Sejak tadi cuma gemuruh air terjun yang terdengar.

 

Tiba-tiba, timbul keinginan Putri itu untuk bercengkrama dengan seseorang. Lalu, ia mengamati desa itu. Berkat kesaktiannya, ia bisa melihat seluruh wajah desa itu.

 

Tatapannya terhenti pada seorang pemuda yang sedang menatap bulan dari jendela kamarnya yang terbuka.

 

"Oh, sungguh rupawan pemuda itu! Malam ini pasti menyenangkan bila aku bersamanya," desah putri itu, mengagumi ketampanan pemuda itu. Wajah pemuda itu semakin nampak elok, karena cahaya bulan bermain-main di wajahnya.

 

Putri itu lalu bersemadi. Kesaktiannya ternyata bisa mempengaruhi pemuda itu. Tiba-tiba saja pemuda itu pergi ke air terjun.

 

"Hmm...! Pasti asyik sekali mandi di bawah cahaya bulan," gumam pemuda itu. Kemudian bagaikan dituntun sebuah kekuatan gaib, ia bergegas pergi ke air terjun.

 

Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang kakek tua, sesepuh di desa itu.

"Mau ke mana, Anak Muda?" tanya kakek itu.

 

"Saya hendak mandi di bawah air terjun, Kek," jawab pemuda itu.

 

"Wahai anak muda! Sebaiknya jangan pergi mandi di sana saat bulan purnama seperti ini," nasihat kakek itu.

 

"Baiklah, Kek. Saya tidak akan mandi. Saya cuma ingin memandangi keindahan air terjun di sana," jawab pemuda itu. Lalu, ia meninggalkan kakek itu. Sementara itu, sang kakek memandangai punggung pemuda itu dengan perasaaan gundah.

 

 

Sesampai di air terjun, tiba-tiba pemuda itu melihat suatu pemandangan yang ganjil. Ia melihat sebuah istana di balik air terjun itu. Titik-titik air terjun bagaikan sebuah tirai tipis yang menyelubungi istana itu.

 

"Aneh! Ada istana megah di sana! Apakah aku sedang bermimpi?" gumamnya takjub.

 

Tiba-tiba, air yang bagaikan tirai tersibak. Seorang Putri jelita muncul di sana. Pemuda itu terpana seketika.

 

"Oh, cantik sekali putri itu," pikirnya.

 

"Kenapa termangu-mangu di situ, Pemuda Rupawan? Kemarilah, temani aku!" sapa putri itu dengan suara merdu.

 

Pemuda itu belum pulih dari rasa terkejutnya. Ia belum bisa berkata apa-apa. Agak lama kemudian ia berkata tergagap" S-Siapakah kau? D-Dedemitkah?"

 

"Aku seorang putri raja dari Madura. Aku penguasa istana ini! Ayo kemarilah! Aku sengaja mengundangmu kemari karena aku ingin berbincang denganmu," jawab putri itu sembari tersenyum memikat.

 

Di hadapan pemuda itu, tiba-tiba membentang sebuah tangga. Ujung Tangga itu menguak air terjun dan menuju ke istana. Setengah sadar pemuda itu menaiki tangga dan pergi menemui putri jelita itu.

 

Malam itu, penduduk desa kehilangan seorang warganya. Mereka mencari pemuda itu ke seluruh pelosok desa. Namun pemuda itu tidak mereka temukan.

 

"Mungkin, ia masih ada di sekitar air terjun!" ujar kakek yang semalam bertemu dengan pemuda itu. Penduduk desa pun segera mencari ke sana. Mereka memanggil-manggil nama pemuda itu. Namun, pemuda itu tak muncul jua.

 

Tiba-tiba, mereka mendengar sayup-sayup suara gamelan ditabuh di sela-sela gemuruh air terjun. Sepertinya  di sana sedang berlangsung sebuah pesta pernikahan. Penduduk desa mendadak merasa sedih.

 

"Kau tak mendengarkan nasihatku, Nak," ujar kakek tua itu sedih. "Agaknya, Putri Madura itu sedang mencari korban lagi semalam. Kaulah yang dipilihnya. Sungguh malang nasibmu, Nak!"

 

Hari itu, seluruh penduduk desa berkabung. Mereka menyesali kepergian seorang warga desanya yang rupawan.

 

Cerita ini termasuk legenda. Sampai sekarang air terjun yang konon meminta kurban tubuh pemuda itu masih ada. Air terjun itu dinamai Coban Baung. Air yang jatuh dari ketinggian 55 meter itu masih tetap mempesona. Apalagi saat purnama.

Kini, Coban Baung termasuk salah satu objek wisata di Jawa Timur. Letaknya di kawasan Kebun Raya Purwodadi. Siapa pun boleh mengagumi keindahannya, asal tidak naik ke puncak air terjun itu.

Puncak Coban Baung itu terdiri dari batu-batuan yang sangat licin. Kalau tidak hati-hati kita bisa tergelincir dan terbanting ke bawah. Kecelakaan seperti itu tentu bisa mengakibatkan kematian. Itukah yang menyebabkan kematian pemuda itu ? Tak ada seorang pun yang tahu!

Kata-kata manis belum tentu bermaksud manis. Oleh karena itu, kita harus pintar menafsirkan apa yang tersirat dalam kata-kata manis itu.

Sumber: Buku Cerita Rakyat Dari Jawa Timur

Oleh: Dwianto Setyawan

Penerbit PT. Gramedia Widisarana Indonesia, Jakarta 1997

 

(http://www.ceritadongenganak.com/2015/02/air-terjun-coban-baung.html)

 

#OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline