ASAL USUL COBAN BAUNG
Pada suatu malam, bulan nampak bundar di langit. Cahayanya yang keemasan menambah keelokan malam.
Seorang putri jelita terbangun dari semadinya. Cahaya bulan yang masuk ke dalam gua, tempatnya bertapa, menyilaukan matanya. Sementara itu, gemuruh suara air terjun di hadapannya terdengar merdu. Gua, tempat putri itu bertapa memang terletak di balik air terjun itu.
"Ah indah sekali malam ini. Tak terasa sudah sepurnama aku bersemadi," ujar putri itu sambil memandang keindahan bulan dari balik air terjun.
Putri itu mengalihkan pandang matanya ke desa di bawah sana. Desa itu nampak indah sekali. Sang putri tiba-tiba merasa kesepian. Sejak tadi cuma gemuruh air terjun yang terdengar.
Tiba-tiba, timbul keinginan Putri itu untuk bercengkrama dengan seseorang. Lalu, ia mengamati desa itu. Berkat kesaktiannya, ia bisa melihat seluruh wajah desa itu.
Tatapannya terhenti pada seorang pemuda yang sedang menatap bulan dari jendela kamarnya yang terbuka.
"Oh, sungguh rupawan pemuda itu! Malam ini pasti menyenangkan bila aku bersamanya," desah putri itu, mengagumi ketampanan pemuda itu. Wajah pemuda itu semakin nampak elok, karena cahaya bulan bermain-main di wajahnya.
Putri itu lalu bersemadi. Kesaktiannya ternyata bisa mempengaruhi pemuda itu. Tiba-tiba saja pemuda itu pergi ke air terjun.
"Hmm...! Pasti asyik sekali mandi di bawah cahaya bulan," gumam pemuda itu. Kemudian bagaikan dituntun sebuah kekuatan gaib, ia bergegas pergi ke air terjun.
Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang kakek tua, sesepuh di desa itu.
"Mau ke mana, Anak Muda?" tanya kakek itu.
"Saya hendak mandi di bawah air terjun, Kek," jawab pemuda itu.
"Wahai anak muda! Sebaiknya jangan pergi mandi di sana saat bulan purnama seperti ini," nasihat kakek itu.
"Baiklah, Kek. Saya tidak akan mandi. Saya cuma ingin memandangi keindahan air terjun di sana," jawab pemuda itu. Lalu, ia meninggalkan kakek itu. Sementara itu, sang kakek memandangai punggung pemuda itu dengan perasaaan gundah.
Sesampai di air terjun, tiba-tiba pemuda itu melihat suatu pemandangan yang ganjil. Ia melihat sebuah istana di balik air terjun itu. Titik-titik air terjun bagaikan sebuah tirai tipis yang menyelubungi istana itu.
"Aneh! Ada istana megah di sana! Apakah aku sedang bermimpi?" gumamnya takjub.
Tiba-tiba, air yang bagaikan tirai tersibak. Seorang Putri jelita muncul di sana. Pemuda itu terpana seketika.
"Oh, cantik sekali putri itu," pikirnya.
"Kenapa termangu-mangu di situ, Pemuda Rupawan? Kemarilah, temani aku!" sapa putri itu dengan suara merdu.
Pemuda itu belum pulih dari rasa terkejutnya. Ia belum bisa berkata apa-apa. Agak lama kemudian ia berkata tergagap" S-Siapakah kau? D-Dedemitkah?"
"Aku seorang putri raja dari Madura. Aku penguasa istana ini! Ayo kemarilah! Aku sengaja mengundangmu kemari karena aku ingin berbincang denganmu," jawab putri itu sembari tersenyum memikat.
Di hadapan pemuda itu, tiba-tiba membentang sebuah tangga. Ujung Tangga itu menguak air terjun dan menuju ke istana. Setengah sadar pemuda itu menaiki tangga dan pergi menemui putri jelita itu.
Malam itu, penduduk desa kehilangan seorang warganya. Mereka mencari pemuda itu ke seluruh pelosok desa. Namun pemuda itu tidak mereka temukan.
"Mungkin, ia masih ada di sekitar air terjun!" ujar kakek yang semalam bertemu dengan pemuda itu. Penduduk desa pun segera mencari ke sana. Mereka memanggil-manggil nama pemuda itu. Namun, pemuda itu tak muncul jua.
Tiba-tiba, mereka mendengar sayup-sayup suara gamelan ditabuh di sela-sela gemuruh air terjun. Sepertinya di sana sedang berlangsung sebuah pesta pernikahan. Penduduk desa mendadak merasa sedih.
"Kau tak mendengarkan nasihatku, Nak," ujar kakek tua itu sedih. "Agaknya, Putri Madura itu sedang mencari korban lagi semalam. Kaulah yang dipilihnya. Sungguh malang nasibmu, Nak!"
Hari itu, seluruh penduduk desa berkabung. Mereka menyesali kepergian seorang warga desanya yang rupawan.
Cerita ini termasuk legenda. Sampai sekarang air terjun yang konon meminta kurban tubuh pemuda itu masih ada. Air terjun itu dinamai Coban Baung. Air yang jatuh dari ketinggian 55 meter itu masih tetap mempesona. Apalagi saat purnama.
Kini, Coban Baung termasuk salah satu objek wisata di Jawa Timur. Letaknya di kawasan Kebun Raya Purwodadi. Siapa pun boleh mengagumi keindahannya, asal tidak naik ke puncak air terjun itu.
Puncak Coban Baung itu terdiri dari batu-batuan yang sangat licin. Kalau tidak hati-hati kita bisa tergelincir dan terbanting ke bawah. Kecelakaan seperti itu tentu bisa mengakibatkan kematian. Itukah yang menyebabkan kematian pemuda itu ? Tak ada seorang pun yang tahu!
Kata-kata manis belum tentu bermaksud manis. Oleh karena itu, kita harus pintar menafsirkan apa yang tersirat dalam kata-kata manis itu.
Sumber: Buku Cerita Rakyat Dari Jawa Timur
Oleh: Dwianto Setyawan
Penerbit PT. Gramedia Widisarana Indonesia, Jakarta 1997
(http://www.ceritadongenganak.com/2015/02/air-terjun-coban-baung.html)
#OSKMITB2018
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.