Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Jambi Jambi
Asal Nama Sungai Batang Hari
- 24 Juni 2014
Pada zaman dahulu, ketika penduduk Negeri Jambi sudah mulai banyak dan mereka memerlukan seorang raja yang bisa memimpin mereka, menyatukan negeri-negeri kecil supaya menjadi satu negeri yang besar, mereka mengadakan sayembara. Barang siapa yang ingin menjadi Raja Negeri Jambi, harus sanggup menjalani ujian, yaitu dibakar dengan api yang menyala berkobar-kobar, direndam dalam sungai selama tiga hari, dan digiling dengan kilang besi yang besar. Penduduk setempat tidak ada yang sanggup menjalani ujian it. Tokoh-tokoh terkemuka dari desa Tujuh Kuto, Sembilan Kuto, Batin Duo Belas, semuanya menyerah pada ujian keempat, yaitu digiling dengan kilang besi.
Tokoh-tokoh masyarakat Negeri Jambi pada waktu itu lalu berespakat untuk mencari orang dari luar Negeri Jambi, yang sanggup menjadi Raja Negeri Jambi melalui ujian yang telah mereka tentukan itu. Perjalanan mencari orang luar Negeri Jambi tidak mudah karena zaman dulu orang harus menempuh jalan setapak, menerobod hutan, menyusuri sungai, menghadapi perampok atau binatang buas. Akhirnya, mereka sampai ke sebuah negeri asing, yaitu India bagian selatan, yang penduduknya kebanyakan hitam-hitam. Mereka lalu menyebutnya Negeri Keling (India). Mereka berjalan mengitari negeri yang besar dan sudah lebih maju itu berhari-hari lamanya, guna mencari orang yang sanggup menjadi raja di Negeri Jambi.
Berkat ketekunan mereka, tidak kenal putus asa, di Negeri Keling itu mereka temukan juga satu orang yang menyatakan kesanggupannya menjadi raja di Negeri Jambi. orang itu sanggup menjalani berbagai ujian dan akan memerintah Negeri Jambi dengan bijaksana, serta berjanji akan membuat rakyat Negeri Jambi aman, makmur, dan sejahtera.
Dengan gembira, calon raja itu pun dibawa pulang ke Negeri Jambi dengan dendang mereka. Perjalanan panjang melewati samudera luas kembali ke Negeri Jambi memakan waktu yang lama. Terkadang cemas menghadapi angin topan gelombang setinggi bukit, hujan deras bercampur petir, siang ataupun malam hari. Terkadang pula, berlayar dengan cuaca cerah, angin tenang mendorong dendang mereka dengan laju, atau di waktu malam terang bulan.
Selama perjalanan itu, mereka juga banyak berbincang-bincang dengan calon raja mereka. Dari pembicaraan itu, tahulah mereka bahwa calon raja itu memang orang yang pintar. Dia mengenal ilmu perbintangan. Terkadang muncul keinginan dari orang-orang Negeri Jambi itu untuk menguji calon raja mereka, dengan banyak pertanyaan. Mereka takut, kalau ada pertanyaan yang sulit calon raja itu akan tersinggung dan membatalkan niatnya menjadi Raja Negeri Jambi.
Deburan ombak, hembusan angin, gelapnya malam atau benderangnya cahaya bulan, teriknya matahari atau gelapnya awan hitam, sudah silih berganti. Perjalanan mereka menuju negeri asal, yaitu Negeri Jambi, belum juga sampai. Mereka juga singgah di Malaka (Malaysia) untuk membeli perbekalan, singgah di Negeri Aceh untuk beristirahat atau menambah persediaan air tawar. Dengan demikian, perjalanan mereka menjadi makin panjang dan makin lam sampai di Negeri Jambi.
Pada suatu hari, rupanya dendang mereka sudah dekat Negeri Jambi. Mereka sudah memasuki muara sungai yang besar sekali, tempat mereka dulu memulai perjalanan mencari calon Raja Jambi. walaupun sungai besar itu sudah mereka kenal, sudah mereka layari dengan dendang, sudah mereka minum airnya, mereka belum mengetahui apa nama sungai besar itu. Apakah calon raja dari Negeri Keling itu mengetahui nama sungai itu atau tidak. Mereka ragu-ragu bertanya pada calon raja dari Negeri Keling itu. Apalagi saat itu mereka rasa kurang sopan bertanya karena hari sudah petang dan pemandangan menjadi remang-remang.
Seorang dari mereka, orang Batin Duo Belas, memberanikan diri juga ketika sudah disepakati oleh yang lain, mengajukan pertanyaan kepada calon raja dari Negeri Keling itu.
“Tuanku calon raja kami. Elok kiranya tuanku jika dapat menjawab sebuah pertanyaan kami.”
“Tanyalah mengenai apa saja.”
“Muara sungai besar yang sedang kita layari ini, apa gerangan namanya Tuan?”
“Haa… Inilah yang bernama muara Kepetangan Hari.”
Ternyata calon raja itu menjawab cepat, padahal sungai itu belum pernah dikenalnya.
Para tokoh masyarakat pencari calon raja itu gembira sekali dan makin kuat tenaganya mendayungkan kayu pengayuhnya menyusuri sungai itu, menyongsong (melawan) arus menuju desa Mukomuko.
perahu
Sesampai mereka di Mukomuko, mereka menyebarluaskan kepada setiap orang yang mereka temui. Mereka mengatakan bahwa nama sungai besar di Negeri Jambi itu bernama Kepetangan Hari. Setelah bertahun-tahun lamanya, kemudian berangsur terjadi perubahan menjadi Sungai Petang Hari, dan akhirnya menjadi Batang Hari.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
sate ayam madura
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

soto ayam adalah makanan dari lamongan

avatar
Sadaaaa
Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana