Dikisahkan, ada seorang nelayan don keluarganya tinggal dekat sungai di kota Sintang, Kalimantan Barat. Kehidupan mereka sungguh sangat sederhana. Bahkan, dapat dikatakan serba kekurangan. Sehari-hari nelayan itu menangkap ikan di sungai untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Apabila sedang mujur, banyak ikan yang dapat dibawa pulang. Sebaliknya, tak jarang ia kembali ke rumah dengan tangan hampa.
Suatu ketika, nelayan itu keluar dari rumah hendak memancing ikan. Dibawanya dua buah pancing yang biasa digunakan. Tujuannya, satu pancing sebagai cadangan jika satu pancing lagi putus. Dengan semangat ia mendayung perahu menuju sungai. Ia begitu berharap bahwa hari ini merupakan hari keberuntungannya. Pancing diberi umpan dan dilemparkan ke salah satu bagian sungai yang menurutnya banyak terdapat ikan.
Matahari telah tinggi, teriknya hingga menembus kulit. Sungguh panas hari itu melebihi biasanya. Sudah lama ia menunggu, tetapi tidak didapatinya satu ekor ikan pun. Namun, ia tetap bersabar menunggu. Nelayan itu tetap meneguhkan hatinya untuk menunggu dan menunggu. Apapun yang terjadi, ia harus pulang ke rumah membawa ikan. Tekadnya kuat dan semangatnya membara untuk tetap bertahan.Namun tanpa disadari, kailnya mengait sesuatu. Ketika diangkat ternyata kailnya menyangkut satu gulungan kawat. Ketika diperhatikan lebih dekat ternyata gulungan kawat tersebut terbuat dari emas. Sontak, rasa suka cita menyelimuti dirinya. Ia membayangkan betapa mahalnya harga gulungan kawat itu apabila dijual. Satu depa panjangnya telah ia tarik, ia semakin bersemangat. Agaknya nafsu serakah telah menguasai dirinya. Hari semakin gelap, ia terus menarik kawat yang seakan-akan tidak ada ujungnya. Sungguh aneh, dari dalam ada yang berkata.
"Sudah, cukuplah, putuskan saja kawatnya." Tetapi nelayan itu tidak mau menuruti suara itu. Ia terus saja menarik kawat emas itu, agar secepatnya menjadi kaya. Ia teringat kehidupannya selama ini yang serba kekurangan. Ia juga terbayang raut wajah keluarganya yang selalu tidak pernah merasa kenyang karena makan yang selalu kurang. Semangat membawa pulang kawat emas sebanyak-banyaknya menjadikan ia lupa diri. Nafsu serakah telah menguasai jiwanya. Sekali lagi, suara yang berasal dari dalam sungai menyuruhnya berhenti.
"Potong saja kawatnya, jangan diteruskan!"
Namun, nelayan itu sudah keras hatinya. Air pelan-pelan memenuhi perahu, karena tidak kuat menanggung beban gulungan kawat yang demikian banyak. Ia terus saja menarik kawat dari dalam sungai. Ia baru tersadar, ketika perahu hampir karam. Akan tetapi, kesadaran itu terlambat. Nasi sudah menjadi bubur. Nelayan tak sempat lagi menyelamatkan diri. Tidak berapa lama lagi, air telah memenuhi seluruh bagian perahu. Saat itu juga perahu si nelayan tenggelam ke dasar sungai untuk selamanya. Tidak ada orang yang bisa menolongnya. Hari telah gelap. Sunyi pun perlahan merayap. Nelayan itu tidak muncul lagi ke permukaan air. Ia mati sia-sia, karena menuruti nafsu serakahnya. Di kemudian hari, peristiwa tersebut menjadi pertanda bagi semua orang untuk menahan diri dari nafsu yang tidak bertepi. Sungai tempat tenggelamnya si nelayan diberi nama sungai Kawat. Itulah asal-usul nama Sungai Kawat.
Pesan moral dari Cerita Legenda Di Indonesia Asal Mula Sungai Kawat Di Kalbar adalah sifat serakah bukan hanya merugikan orang lain (keluarga), tetapi juga diri sendiri. Keserakahan sering membuat orang buta mata dan hatinya. Kekayaan dan kebahagian yang dicari, akhirnya menjadi petaka karena jiwa dipenuhi nafsu serakah yang tidak pernah ada puasnya.
Sumber : https://dongengceritarakyat.com/cerita-legenda-di-indonesia-asal-muasal-sungai-kawat/
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.