Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Sumatera Barat Sumatera Barat
Asal Mula Nama Minangkabau
- 12 November 2018 - direvisi ke 8 oleh Bangindsoft pada 27 September 2024

Secara bahasa, Minangkabau artinya menang kerbau. Asal Mula penamaan Minangkabau bermula pada masa kerajaan Pagaruyung. Dahulu kala pernah terjadi adu kerbau antara Kerajaan Pagaruyung dengan Kerajaan Majapahit yang dimenangkan oleh kerajaan Pagaruyung, sehingga daerah tersebut menjadi terkenal dengan sebutan Nagari Minangkabau.

Dahulu kala, sezaman dengan Kerajaan Majapahit, di wilayah Sumatera Barat berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Pagaruyung. Raja Pagaruyung dikenal sebagai raja yang arif bijaksana. Dalam mengambil keputusan, beliau sangat mempertimbangkan keselamatan rakyatnya.

Pada suatu hari, raja Pagaruyung mendengar kabar bahwa pasukan Majapahit dari tanah Jawa telah tiba di perbatasan kerajaan Pagaruyung. Menurut kabar, pasukan Majapahit hendak menyerang kerajaan Pagaruyung. Mengingat kekuatan pasukan Majapahit yang besar dan tidak sebanding dengan angkatan perang kerajaan Pagaruyung, maka raja Pagaruyung mempertimbangkan untuk melakukan perundingan dengan pasukan Majapahit. Hal ini dilakukan beliau demi menyelamatkan rakyatnya.

Raja Pagaruyung mengumpulkan hulubalang dan para panglima perang untuk membicarakan hal tersebut. “Hulubalang dan para panglima perang, kalian saya kumpulkan disini untuk membicarakan perihal pasukan Majapahit yang telah siap menyerang kita. Bagi saya musuh pantang dicari, datang pantang ditolak. Kalau bisa dihindari, tapi kalau terdesak kita hadapi. Tapi mengingat kekuatan pasukan Majapahit yang besar, saya khawatir akan jatuh banyak korban jiwa di pihak kita. Saya meminta pendapat kalian mengenai masalah ini.”

Para panglima dan hulubalang bergantian memberikan pendapat mereka untuk menghadapi pasukan Kerajaan Majapahit. Akhirnya mereka sepakat dengan satu gagasan terbaik yaitu: Kerajaan Pagaruyung akan menjamu pasukan Majapahit dengan sebaik-baiknya, kemudian mereka akan menawarkan adu kerbau. Jika pasukan Majapahit kalah adu kerbau, maka pasukan Majapahit bisa pulang dengan damai tanpa harus terjadi pertumpahan darah.

Raja Pagaruyung kemudian meminta putrinya Datuk Tantejo Gerhano, dengan ditemani oleh dayang-dayang istana, untuk pergi ke perbatasan menemui pasukan Majapahit dan menjamu mereka dengan hidangan-hidangan lezat.

Datuk Tanteno Gerhano adalah seorang gadis yang lembut hati dan memiliki tata krama yang tinggi. Dengan ditemani oleh dayang-dayang istana, putri Raja Pagaruyung kemudian mendatangi kemah-kemah pasukan Majapahit di perbatasan. Mereka membawa banyak sekali makanan lezat untuk menjamu pasukan Majapahit. Sementara itu, dari kejauhan, pasukan Pagaruyung berjaga-jaga untuk mengatisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi.

Setelah mengucapkan selamat datang dengan ramah, Datuk Tanteno Gerhano kemudian menyuruh para dayang-dayang untuk menghidangkan makanan-makanan lezat. Hal tersebut membuat pasukan Majapahit terheran-heran. Mereka mengira akan disambut oleh pasukan perang Kerajaan Pagaruyung, tetapi ternyata disambut hangat oleh putri raja Pagaruyung dan gadis-gadis cantik yang ramah serta makanan yang enak-enak. Setelah selesai menikmati hidangan, Datuk Tanteno Gerhano mengundang pasukan Majapahit untuk datang ke istana kerajaan Pagaruyung.

Setibanya di istana kerajaan Pagaruyung, raja Pagaruyung menyambut pasukan Majapahit dengan baik. Panglima perang Majapahit menyampaikan kepada raja, bahwa Raja Majapahit memberikan tugas kepada mereka untuk merebut kerajaan Pagaruyung. Seketika suasana di istana kerajaan berubah menjadi tegang. Semuanya terdiam kaku.

Setelah terdiam beberapa saat, Raja Pagaruyung kemudian menawarkan adu kerbau kepada panglima perang Majapahit sebagai ganti peperangan dengan tujuan untuk menghindari pertumpahan darah. Raja juga berjanji bahwa seluruh pasukan Majapahit tidak akan diganggu dan dapat kembali pulang ke Majapahit dengan damai.

Mendengar usulan raja yang bijaksana tersebut akhirnya panglima perang Majapahit setuju. Akhirnya kedua kerajaan sepakat tidak akan berperang. Sebagai gantinya mereka akan mengadakan adu kerbau. Dalam kesepakatan itu tidak ada ketentuan jenis maupun ukuran kerbau yang akan diadu.

Kedua belah pihak kemudian bersiap-siap untuk adu kerbau. Pasukan Majapahit memilih seekor kerbau yang paling kuat dan besar agar mampu mengalahkan kerbau kerajaan Pagaruyung. Di lain pihak, Kerajaan Pagaruyung justru memilih seekor anak kerbau yang masih menyusu. Anak kerbau tersebut sengaja dipisahkan dari induknya selama tiga hari agar kelaparan. Pada kepala anak kerbau dipasang besi runcing.

Hari yang ditentukan pun tiba. Kedua kerbau aduan dibawa ke gelanggang. Kerajaan Majapahit memiliki kerbau aduan yang besar dan kuat. Kedua belah pihak memberikan semangat dukungan pada kerbau aduan kerajaan mereka masing-masing. Setelah beberapa waktu berlalu, kedua kerbau tersebut dilepas, kerbau milik pasukan Majapahit terlihat beringas dan liar. Sementara, anak kerbau milik Pagaruyung yang bertubuh kecil segera berlari menuju kerbau besar Majapahit. Rupanya si anak kerbau mengira bahwa kerbau besar Majapahit itu adalah induknya.

Karena sudah tiga hari tidak menyusu, moncong kecilnya berusaha menggapai perut kerbau Iawannya, sehingga perut kerbau Kerajaan Majapahit terluka terkena besi runcing yang terpasang pada kepala si anak kerbau. Setelah beberapa kali terkena tusukan, kerbau milik pasukan Majapahit akhirnya roboh dan terkapar di tanah. Melihat kejadian itu, penonton dari pihak Pagaruyung pun bersorak-sorak gembira.

"Manang Kabau! Manang Kabau! Manag Kabau" teriak rakyat Pagaruyung dengan gembira. Sementara para prajurit kerajaan Majapahit tertunduk lesu. Mereka benar-benar tidak mengira bahwa Kerajaan Pagaruyung menggunakan taktik cerdik untuk mengalahkan kerbau mereka yang besar dan kuat.

Akhirnya, pasukan Majapahit menerima kekalahan mereka dalam pertandingan adu kerbau tersebut. Raja Pagaruyung mengizinkan mereka kembali ke Majapahit dengan damai.

Sementara itu, berita kemenangan kerbau Kerajaan Pagaruyung menjadi buah bibir di seluruh negeri. “Manang kabau” adalah bahasa penduduk setempat yang berarti Menang kerbau. Akhirnya, daerah itu dikenal dengan sebutan Manang Kabau. Lambat laun sebutan manang kabau berubah menjadi Minangkabau.

Sebagai upaya untuk mengenang peristiwa tersebut, penduduk negeri Pagaruyung merancang sebuah rumah yang atapnya menyerupai bentuk tanduk kerbau. Rumah tersebut dibangun di daerah perbatasan kerajaan, tempat dimana pasukan Majapahit dijamu oleh putri raja Pagaruyung, Datuk Tanteno Gerhano.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline