Liang Tapah adalah nama kampung di utara kaki Gunung Batu Kumpai, Kampung Garagata, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Liang Tapah berasal dari kata “liang”, yang berarti “rongga yang menyerupai goa”, “tapah” adalah nama ikan besar yang hidup di air tawar. Kini, ikan tapah kian langka. Dua nama itu digabungkan menjadi “Liang Tapah”, yang berarti “goa (ikan) tapah”.
***
Dahulu kala, dipinggiran hutan, hiduplah pemuda bernama Salman. Ia rajin bekerja dan taat beribadah. Di sekeliling tempat tinggalnya masih berupa hutan belantara. Banyak tumbuh pepohonan besar, termasuk pohon kayu ulin .
Asal muasal Salman tidak diketahui. Untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia menanam padi dan sayuran, membuat gubuk dari batang kayu ulin sebagai tiang penyangga, dan kayu lain sebagai bangunan gubuknya. Waktu terus berputar, hari berganti. Lama kelamaan, warga terus bertambah di kampung tak bernama itu. Usai salat Magrib, Salman rajin berdoa dan membaca ayat-ayat suci Alqur`an. Alunan suaranya yang merdu kadang terdengar sampai jauh. Padahal, Salman merasa tak terlalu nyaring saat mengaji. Suaranya membuat warga kampung tetangga memintanya menjadi guru mengaji bagi anak-anak. Dengan senang hati, Salman bersedia.
Kehidupan terus berjalan. Tak terasa, usia Salman terus bertambah, tapi ia belum berniat hidup berumah tangga. Di samping bercocok tanam, sehari-hari ia mencari ikan dengan cara bagalau dan memasang lukah .
Pagi-pagi sekali, usai salat Subuh, Salman mengambil lanjung .
Dengan menggendong lanjung dan parang di pinggang, Salman bermaksud melihat lukah yang dipasangnya kemarin. Di pinggir sungai, ia dikejutkan oleh daun-daun pakis yang bergoyangan, seakan dilanda sesuatu yang besar sekali.
Setiba di tempat tujuan, Salman kaget bukan kepalang saat melihat lukah-nya hancur berantakan. Sambil memeriksa perangkap ikan itu, ia bertanya-tanya dalam hati: ikan sebesar apa yang telah merusak lukah-nya?
Salman mengambil lukah-nya untuk diperbaiki di pondok.
Ketika melewati daun-daun pakis yang bergoyang-goyang tadi, Salman mengamati lagi dengan lebih cermat. Ia ingin menyusuri sungai yang menyerupai danau itu, untuk mengetahui apa gerangan yang membuat daun-daun pakis tadi bergoyangan. Tapi, diurungkannya niatnya. Hari sudah jelang siang. Ia harus menyirami tanaman jagungnya yang mulai berbunga. Saat di gubuk, hatinya gelisah, penasaran dengan yang dilihatnya di danau tadi.
***
Tengah malam di musim kemarau itu, Salman bermimpi bertemu dengan orang yang berpakaian seperti pengawal kerajaan. Orang itu berkata, “Susuri danau dan sungai berbatu itu, hingga ke kaki bukit. Niscaya akan kautemukan jawaban atas pertanyaanmu…”
Tanpa berpikir panjang, esok harinya Salman mengikuti petunjuk dalam mimpinya. Disusurinya sungai, hingga ke kaki bukit. Ia terkejut melihat ombak besar bergulung, dan alur gelombang yang menghilang di kaki bukit batu kapur.
Setibanya di alur air itu, ia makin terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya. Seekor ikan besar sedang menyelinap masuk ke sebuah liang! Didekatinya liang itu, sambil berpikir: bagaimana cara menangkapnya? Kalau dapat, daging ikan itu akan dibagi-bagikannya kepada tetangga dan murid-murid mengajinya.
***
Di gubuknya, Salman terus memikirkan cara agar dapat menangkap ikan itu. “Aku harus bangun lebih pagi,” pikirnya. “Akan kuintai dahulu ikan itu saat keluar. Kujaga di muara liangnya, sebelum ia kembali masuk. Hanya itu caranya …”
Malam harinya, Salman bermimpi didatangi sepasang manusia berpakaian aneh, dengan raut wajah sedih. Yang perempuan menatapnya dengan wajah memelas. “Kumohon, jangan kauteruskan niatmu itu…,” katanya, sebelum lenyap.
Salman bingung, hingga tak dapat memejamkan matanya hingga subuh. Setelah salat Subuh, diambilnya lanjung dan parang, berangkat dengan tekad bulat menangkap ikan besar itu.
Tak berselang lama, Salman tiba di tempat tujuan.
Diturunkannya lanjung dan dihunusnya parang, mengendap-endap perlahan mendekati liang. Matanya meneliti tanda-tanda di sekitarnya. Tampaknya, ikan itu tengah keluar mencari makan, karena dedaunan pakis tampak rebah, berlawanan arah dengan muara liangnya.
Di tempat persembunyiannya, Salman melihat ada gerakan-gerakan lembut pohon pakis, beberapa meter di depannya. Jantungnya berdebar-debar, saat gerakan itu kian mendekati tempat di mana ia berada. Ikan itu sedang menuju liangnya!
Saat melihat ikan itu berkelebat di bawah permukaan air, secepat kilat Salman menghunjamkan parangnya. Air bergolak dan tiba-tiba berwarna merah darah. Seekor ikan besar menggelepar-gelepar meregang nyawa, tepat di muara liang.
Dengan senyum penuh kepuasan, Salman menyeret ikan besar itu, memotong-motongnya, dan memasukkannya ke dalam lanjung. Di gubuk, Salman memperkecil potongan ikan itu untuk dibagi-bagikan, sesuai dengan jumlah tetangganya.
“Di mana guru mendapatkan ikan ini?” tanya warga yang berdatangan.
“Di muara liangnya,” jawab Salman.
“Ini ikan tapah!” seru warga lainnya.
“Alhamdulillah. Semua ini berkat dari Allah,” sahut Salman. “Bagaimana kalau kampung ini kita namai Kampung Liang Tapah?”
“Barrakkallaaah… “ sahut warga, setuju.
***
Di sekitar liang itu, ada lubuk yang pernah dipenuhi ikan tapah. Lubuk itu kini dinamakan Luk Hijau. Menurut warga, kadang-kadang terlihat ikan tapah di situ, tapi hanya orang-orang tertentu saja yang dapat melihatnya. Warga yakin, itu adalah pasangan ikan tapah yang telah ditangkap Salman.
Sumber:
https://datutadungmura2012.wordpress.com/2012/12/04/hikayat-tanjung-puri-dan-tangisan-putri-galuh-sewangi-cerita-rakyat-kabupaten-tabalong/
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang