×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Maluku

Asal Mula Kelompok Patasiwa dan Kelompok Patalima

Tanggal 14 Aug 2018 oleh Oskm18_16918255_wahyu .

Cerita rakyat asal mula kelompok Patasiwa dan kelompok Patalima berasal dari pulau Seram Provinsi Maluku. Berawal dari kisah dibunuhnya putri Hainuwele maka terjadi perpecahan antara kelompok-kelompok di pulau Seram. Berikut adalah kisahnya.

Hainuwele adalah seorang putri yang sangat cantik menawan yang dalam bahasa daerah disebut Mulua. Ia tumbuh menjadi seorang gadis yang selain kecantikannya ia memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia lain pada umumnya. Ia dapat menyihir sesuai kehendak hatinya. Dari seonggok lumpur Hainuwele dapat menyihirnya menjadi barang-barang berharga seperti piring-piring dari Cina yang disebut porselen dan gong. Barang-barang tersebut kemudian dijual dengan harga yang lumayan mahal. Berita tentang Hainuwele pun tersiar luas di seluruh pulau Seram. Kelebihan yang dimilikinya membuat banyak orang senang dan kagum padanya namun tak sedikit juga yang iri hati padanya. Pada suatu hari diadakanlah pesta Tari Maro di Tamene Siwa. Pesta itu diselenggarakan oleh sembilan keluarga, dan merekalah yang menjadi penari dalam acara tersebut selama sembilan hari. Para penari membentuk sembilan lingkaran besar dimana perempuan-perempuan duduk ditengah-tengah lingkaran sambil menyuguhkan sirih dan pinang kepada setiap penari pria. Pesta berlangsung pada malam hari hingga pagi hari, dan berlangsung selama sembilan hari. Namun tempat pelaksanaan tarian antara hari pertama dan hari-hari lainnya berbeda. Putri Hainuwele juga diundang dalam pesta Maro itu. Ketika ia tiba di tempat pesta, ia menjadi pusat perhatian semua orang yang hadir saat itu karena kecantikannya. Ia pun menari bersama penduduk yang ada dan ketika ia hendak membagi-bagi sirih dan pinang seperti biasanya yang dilakukan oleh para penari perempuan, namun anehnya ia membagi-bagikan batu-batu karang yang berubah menjadi benda-benda yang bercahaya dan berkilau. Melihat hal itu, orang-orang yang hadir kemudian serentak berebutan benda-benda tersebut darinya Pada malam berikutnya, Hainuwele kembali lagi untuk mementaskan tari Maro bersama penduduk lainnya. Kali ini ia membagi-bagi piring porselen yang disebut Hana. Malam keempat ia kembali lagi dan membagi-bagikan piring-piring Cina yang besar yang disebut Kina Batu. Malam kelima ia membagikan parang-parang panjang. Malam keenam ia membagikan kotak tempat sirih dan tembaga yang indah. Malam ketujuh masing-masing orang mendapat anting-anting emas, malam kedelapan ia membagikan gong yang indah. Apa yang dilakukan Hainuwele membuat orang-orang yang hadir saat itu sangat senang namun ada juga yang iri dan cemburu padanya. Mereka yang cemburu itu berencana untuk membunuhnya pada malam kesembilan (malam terakhir). Tibalah pada malam kesembilan pesta tari Maro dilangsungkan dengan sangat meriah dan orang yang ikut pun bertambah banyak. Seperti biasa yang dilakukan Hainuwele kembali berdiri di tengah-tengah para penari untuk membagi-bagi sirih pinang sementara itu mereka yang berencana membunuhnya telah menggali lubang yang dalam. Kelompok penari malam itu adalah dari keluarga Lesiela. Di tengah-tengah keasyikan menari sambil membagi- bagikan hadiah tiba-tiba Hainuwele didorong masuk ke dalam lubang tersebut. Serentak dengan itu pula para penari langsung menyanyikan lagu Maro dengan suara yang keras dan bernada tinggi untuk menutupi suara jeritan minta tolong Hainuwele dari dalam lubang yang gelap itu. Sambil terus menyanyi dan menari para penari menutupi lubang itu dengan tanah sambil menginjak- injak tanahnya supaya keras dan padat. Ketika hari telah subuh pesta pun usai para penari juga kembali pulang kerumah masing-masing. Sementara sang putri tidak pernah kembali lagi kerumahnya. Ayahnya Ameta dengan kesaktiannya yang tinggi langsung mengetahui bahwa anaknya telah dibunuh di tempat pesta tari Maro semalam. Ameta langsung mengambil 9 (Sembilan) batang lidi (tulang daun kelapa) dan menuju tempat pembunuhan anaknya itu. Setelah tiba disana ia menancapkan lidi-lidi tersebut di atas tanah dimana anaknya dikubur. Selanjutnya ia melakukan Mawe (meramal). Dan ia langsung mengetahui bahwa ada 9 (Sembilan) lingkaran penari Maro berada di tempat itu. Ketika Sembilan lidi itu dicabut dari atas tanah keluarlah darah diikuti dengan beberapa helai rambut Hainuwele. Dengan segera Ameta menggali lubang itu dan menemukan jenazah anaknya, kemudian menguburkannya. Ameta menjadi sangat marah dan berusaha untuk membinasakan 9 (Sembilan) kelompok penari tersebut. Gemparlah Tamene Siwa karena peristiwa itu, dan sejak itu situasi keamanan di Tamene Siwa dan sekitarnya menjadi tidak aman akibat seringkali terjadinya pembunuhan antara kelompok yang membunuh Hainuwele dengan kelompok yang menyayanginya.

OSKM18

FTMD'18

BETAMALUKU

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...