|
|
|
|
Asal Mula Gunung Dukono Tanggal 26 Nov 2018 oleh Riani Charlina. |
Valau naik mobil dari Tobelo ke Galela, kita akan melihat sebuah gunung berapi yang menjulang tinggi, tampak megah dan indah. Gunung ini adalah Gunung Dukono. Taukah kalian bagaimana asal-mula nama gunung ini? Nah, silakan simak cerita berikut ini.
Pada zaman dahulu kala Gunung Tarakani adalah sebuah gunung berapi yang sangat tinggi. Pada waktu meletus, gunung itu patah menjadi dua bagian, yaitu Tarakani besar dan Tarakani kecil. Tarakani besar dengan ketinggian 800 di atas permukaan laut terletak di antara Desa Seki dan Desa Soasio, dekat Danau Galela. Tarakani kecil dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut terletak di Desa Makete, Ngidiho, dan Desa Simau.
Di atas puncak Gunung Tarakani besar terdapat suatu lembah yang besar dengan kedalaman kira-kira 600 meter dengan luas kurang lebih 10 ha dan ditutupi oleh hutan yang lebat. Lembah yang dalam ini adalah bekas kawah sewaktu gunung a pi itu masih aktif. Di atas puncak Gunung Tarakani besar juga terdapat beberapa kuburan tua (bahasa Ternate: jere) dan menurut orang Galela tempat ini adalah tempat keramat. Oleh karena itu, apabila orang Galela mau keluar ke satu daerah, contohnya mengikuti suatu pertandingan olahraga atau ikut mengamankan dan mempertahankan daerah, beberapa orang tua harus pergi ke jere untuk meminta petunjuk dari arwah nenek moyang supaya bisa berhasil dalam suatu petandingan.
Pada waktu Gunung Tarakani meletus, timbul banyak korban jiwa dan harta benda. Lahamya mengalir dan kini sudah membeku menjadi batu hangus dan berada di sekitar Tanjung Bongo dan Telaga Biru, yaitu jalan Galela-Tobelo. Orang-orang yang masih hidup mengungsi ke Morotai dan menggunakan satu bahasa Galela karena orang Morotai berasal dari Galela.
Hanya ada seorang nenek tua bemama Tolori yang tidak ikut mengungsi ke Morotai. Ia memilih tetap tinggal di Galela. Nenek Tolori ini mengumpulkan sisa-sisa abu gunung dengan maksud memindahkannya ke tempat yang lebih jauh. Abu gunung itu dimasukkan ke keranjang (bahasa Melayu Temate: saloi). Tali saloi-nya hanya dibuat dari daun kusu-kusu (alangalang).
Pada waktu nenek itu berjalan menuju daerah selatan, tiba-tiba tali saloi nenek putus. Dia tertindih oleh saloi yang berisi abu gunung itu dan si nenek pun meninggal. Kemudian, abu gunung yang dibawa menjadi sebuah gunung berapi yang saat ini dikenal sebagai Gunung Dukono. Namun, gunung ini sebenamya adalah Gunung Tolori, sesuai dengan nama nenek itu. Akan tetapi, masyarakat sekarang menyebutnya Gunung Dukono, yang artinya adalah gunung berapi.
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |