Dahulu kala di tempat itu terdapat sebuah negeri/Desa yang cukup besar. Rakyat di desa/ negeri itu hidup dengan aman dan damai di bawah pimpinan seorang Raja yang sangat bijaksanan dan baik hati. Pada waktu yang sama di pingiran desa/negeri itu hiduplah dua orang kakak beradik yang sudah kehilangan ayah bundanya. Mereka berdua hidup sebagai anak-anak yatim piatu yang miskin lagi hina.
Dalam keadaan hidup yang miskin dan hina itu, kedua kakak beradik hidup dalam suatu suasana persaudaraan yang manis sekali. Setiap hari mereka berusaha untuk mengolah alam sekitarnya untuk memperoleh makanan bagi kelanjutan hidup mereka. Pada suatu ketika kedua mereka sedang duduk-duduk dalam pondok mereka, datanglah seorang nenek yang sudah demikian tuanya dengan pakaian compang-camping lagi kotor berlumuran debu.
Kedua anak miskin yang baik hati itu segera mengajak nenek duduk dan diberilah nenek itu makanan dan minum. Sesudah itu pakaian nenek yang kotor itu dibersihkan oleh kedua anak itu. Melihat tingkah laku kedua anak yatim piatu itu yang demikian baik, timbulah dari pihak nenek perasaan yang sayang serta keinginan untuk membalas kebaikan mereka. Itulah sebabnya nenek itu lalu memintakan kesedihan dari kedua anak itu untuk mencari kutunya.
Ketika mereka sudah mengabulkan permintaan nenek tersebut dan pada waktu mereka mulai memegang kepala si nenek tua itu untuk mencari kutunya, nenek itu lalu berpesan kepada mereka. "Kedua anak yang baik hati, ingat bilamana kalian mencari kutu nenek dan bertemu dengan telur-telur kutu itu hendaknya kamu hancurkan saja telur-telur itu. Tetapi bilamana kalian bertemu atau mendapat seekor induk kutu, maka jangan sekali-kali kamu hancurkan induk kutu itu. Kedua anak itu lalu mencari kutu nenek itu dengan senantiasa berpegang teguh pada pesannya.
Setelah beberapa lama mereka mencari kutu di mana telur-telur kutu pada kepala nenek tersebut sudah dihancurkan, tiba-tiba mereka berdua menemukan seekor induk kutu pada kepala nenek itu. Sesuai dengan pesan nenek tadi induk kutu itu tidak dihancurkan melainkan diambil dari kepala nenek itu dan segera ditunjukkan pada beliau. Induk kutu itu segera berubah menjadi seekor anak babi.
Lalu berkatalah nenek itu kepada kedua kakak beradik itu; "Inilah anak babi, jagalah baik-baik sampai besar, agar kalian nanti tidak akan bersusah payah lagi mencari bintang buruan, tetapi kalian kini sudah memperoleh." Disamping itu nenek tersebut memberikan kepada kedua anak itu sebuah wasali atau kuwali, seraya berpesan kepada kedua mereka. "Ini wasali kalian berdua jaga baik-baik, bilamana kalian ada kekurangan sesuatu, ketuk saja wasali ini maka pasti apa yang kalian butuhkan itu akan datang dengan sendirinya."
Setelah pesan itu diberi kepada kedua anak itu, maka pergilah si nenek tua itu meninggalkan kedua kakak beradik itu. Kini berkat kebaikan hati kedua anak itu, sang nenek tua telah membalas jasa baik mereka melalui pemberian-pemberian tersebut, sehingga sekarang mereka telah hidup dengan tidak kurang apa-apa. Orang desa/negeri yang tahu benar-benar bahwa kedua anak itu sangat miskin dan hina, menjadi sangat kaget melihat kedua anak itu kini telah hidup dengan secukupnya. Mereka saling bertanya satu dengan yang lainnya dari mana serta bagaimana sehinga anak-anak miskin dan hina itu sudah hidup demikian. Mereka lalu berusaha sekeras-kerasnya untuk mengetahui sumber dari kehidupan yang cukup dari kedua anak tadi.
Orang-orang desa itu lalu menjadi iri hati melihat kedua anak tersebut, walaupun dari pihak kedua anak yatim piatu, sekali-kali tidak menimbulkan sikap angkuh terhadap mereka. Mereka beruaha keras untuk mengetahui sumber keberhasilan hidup kedua anak tersebut sehingga pada akhirnya mereka mengetahui bahwa wasali itulah sumbernya. Kini mereka berusaha untuk mencari wasali itu dari kedua anak yatim piatu itu.
Pada suatu hari kedua anak tersebut pergi ke kebun mereka, ketika hari sudah sangat siang dan mereka sudah lapar, maka pulanglah kedua anak itu ke rumah. Ketika mereka sampai di rumah segera mereka mencari wasali itu. Ternyata benda tersebut sudah tidak berada lagi pada tempatnya. Mereka berdua mencari wasali itu ke sana-kemari namun sia-sia juga usaha mereka, karena ketika mereka lagi berada di kebun wasali itu sudah dicuri oleh orang-oang desa/negeri.
Kedua anak itu menjadi susah harinya, lalu menangislah mereka tersedu-sedu. Sementara mereka lagi menangis muncul kembali nenek tua itu di hadapan mereka, sambil bertanya, "Mengapa kalian berdua menangis?" Kedua anak itu lalu menjawab bahwa wasali pemberian nenek itu telah dicuri oleh orang, yang kami sendiri tidak tahu. Nenek itu lalu berkata: Jangan kamu menangis lagi tetapi ambil saja sebuah anak panah ini bersama busurnya, lalu pergilah kamu berdua ke tengah-tengah desa/negeri itu seraya memanah ke arah langit. Bilamana anak panah itu sudah terlepas dari busurnya, maka kalian berdua segera harus lari meninggalkan desa/negeri tersebut.
Dan ternyata anak panah itu jatuh dan tertancap pada tanah dalam lingkungan negeri atau desa tersebut, maka keluarlah satu mata air yang mengalirkan air dengan derasnya. Akibatnya tiada beberapa lama maka negeri atau desa itu lalu tengelam digenangi air sehingga semua penghuni desa/negeri itu mati.
Kejadian ini merupakan perwujudan dari kemurkaan nenek tua tadi terhadap penghuni desa/negeri itu yang iri hati dan benci kepada kedua anak yatim piatu yang baik dan murah hati itu. Penduduk tersebut tidak rela melihat kedua anak itu hidup sewajarnya, sehingga nenek tersebut melalui anak panah yang dilepaskan oleh kedua anak yang baik hati itu telah menenggelamkan desa/negeri itu sehingga telah berubah menjadi "Danau Tapala."
Sumber:
http://alkisahrakyat.blogspot.com/2016/05/asal-mulanya-danau-tapala.html
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...