Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Legenda Sumatera Utara Lintongnihuta
Asal Mula Danau Sipinggan dan Danau Silosung
- 14 Agustus 2018
Konon dahulu ada dua orang bersaudara, namanya Datu Dalu dan adiknya Sangmaima. Orang tuanya mempunyai sebuah tombak pusaka. Sesuai dengan adat, jika orang tua meninggal maka tombak pusaka jatuh ke tangan anak yang tertua, yaitu Datu Dalu.
 
Suatu ketika Sangmaima ingin meminjam tombak pusaka itu untuk berburu babi hutan. Datu Dalu meminjamkan tombak itu kepada adiknya dengan syarat tombak itu harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang. Begitulah ketika Sangmaima sampai di kebunnya dia melihat seekor babi hutan yang sedang merusak tanamannya.
 
"Babi hutan, sialan! Kerjanya merusak tanaman orang!" rutuknya. Tanpa berpikir panjang ia melemparkan tombak pusaka tepat mengenai lambung babi hutan itu. Babi hutan itu masih sempat melarikan diri. Sangmaima berusaha mengejar, tetapi yang dia temukan di semak-semak hanya tombaknya saja sedangkan mata tombaknya masih melekat di lambung babi hutan itu.
 
Sangmaima segera pulang, melapor pada abangnya. Dia sudah menduga abangnya pasti marah besar karena mata tombaknya hilang entah kemana.
 
"Kamu harus mendapatkan kembali mata tombak itu. Aku tidak mau tahu bagaimana caramu!" kata Datu Dalu kepada adiknya.
 
"Saya mohon maaf, bang. Hari ini juga saya akan mencari mata tombak itu."
 
"Sudah, jangan banyak bicara! Cepat berangkat!"
 
Hari itu juga Sangmaima berangkat ke hutan mencari mata tombak itu. Dari tempat tanamannya yang dirusak, ia melacak tapak-tapak babi hutan yang melarikan diri. Akhirnya ia menemukan sebuah lubang besar, tempat babi hutan itu menghilang. Dengan sebuah tali yang panjang, Sangmaima dapat mencapai dasar lubang itu. Dasar lubang itu ternyata merupakan pintu gerbang sebuah istana bawah tanah.
 
Di istana itulah akhirnya Sangmaima bisa menemukan mata tombaknya yang melekat di tubuh puteri raja yang sedang sakit. Tahulah sekarang Sangmaima, babi hutan yang pernah ia tombak itu ternyata jelmaan puteri raja. Setelah berhasil menyembuhkan sang puteri, diam-diam Sangmaima pergi untuk mengembalikan mata tombak kepada kakaknya.
 
Datu Dalu sangat gembira melihat kepulangan adiknya. Kegembiraan itu ia wujudkan dengan mengadakan pesta adat secara besar-besaran. Sayangnya dalam pesta itu ia tidak mengundang adiknya. Tindakan Datu Dalu ini membuat Sangmaima tersinggung. Lalu ia bermaksud mengadakan pesta sendiri. Dalam pesta Sangmaima ada tontonan yang menarik. Tontonan itu berupa seorang wanita yang dihias dengan berbagai macam bulu burung sehingga bentuknya menjadi seekor burung Ernga (biasanya berkicau di sore hari).
 
Di rumah Datu Dalu tamu yang datang sangat sedikit. Dia penasaran. Ketika diteliti, ternyata orang lebih senang datang ke rumah adiknya karena di situ ada tontonan yang menarik. Maka Datu Dalu segera ke rumah adiknya. Ia bermaksud meminjam tontonan itu untuk memikat tamu ke rumahnya. Sangmaima bersedia meminjamkan dengan syarat kakaknya harus menjaga jangan sampai burung Ernga itu rusak atau hilang.
 
Sangmaima kemudian mengantarkan Ernga ke rumah kakaknya. Dia sendiri kemudian bersembunyi di langit-langit rumah abangnya. Pada hari pertama pesta di rumah Datu Dalu cukup ramai karena adanya tontonan itu. Malamnya diam-diam Sangmaima menemui wanita yang menjadi Ernga, "Besok pagi buta, kamu harus meninggalkan tempat ini. Bawalah semua emas, pakaian yang telah diberikan kepadamu." "Baik, tuan," jawab wanita itu.
 
Pada pagi hari yang kedua, Datu Dalu bermaksud memanggil Ernga untuk bernyanyi lagi di hadapan penonton. Berulang-ulang dipanggil, Ernga itu tidak muncul. Datu Dalu menjadi cemas. Dia mencari ke sana kemari tetapi Ernga itu tetap tak tampak. Saat itulah datang Sangmaima mengingatkan perjanjian dengan abangnya tentang peminjaman burung Ernga. Datu Dalu berusaha mengganti berapa jumlah kerugian adiknya, namun Sangmaima tidak bersedia menerima ganti rugi itu.
 
Akhirnya pertikaian tak dapat dihindarkan lagi, meningkat menjadi pertikaian yang sengit. Keduanya sama-sama kuat. Datu Dalu kemudian mengambil sebuah lesung. Sekuat tenaga lesung itu dia lempar hingga jatuh di kampung Sangmaima. Ajaibnya di tempat terjatuhnya lesung itu terjadi sebuah danau. Sampai sekarang danau itu disebut danau Losung. Sangmaima pun tidak mau kalah dengan adiknya. Ia mengambil sebuah piring, dia lemparkan piring itu ke arah perkampungan abangnya. Di tempat jatuhnya piring itu pun terjadi sebuah danau. Sampai kini orang menyebutnya danau Si Pinggan. Itulah awal mula terjadinya danau Si Losung dan si Pinggan.
 
#OSKM2018

Sumber : http://kidungkawan.blogspot.com/2012/11/dongeng-asal-mula-danau-si-losung-dan.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline